Lesbian, gay, biseksual, transgender, dan interseks (LGBTI) di Asia memiliki dua insiatif, yaitu melakukan kemitraan secara regional antara the United Nations Development Programme (UNDP), Kedutaan Besar Swedia di Bangkok, dan United States Agency for International Development (USAID).
Dilansir UNDP in Asia and the Pacific, kerja sama itu, memiliki fokus ke empat negara: Cina, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Itu adalah sebuah insiatif untuk memajukan kesejahteraan LGBTI dengan mengurangi ketimpangan sosial dan sifat marginalisasi atas dasar orientasi seksual dan identitas gender (SOGI).
Inisiatif ini akan mendorong kolaborasi LGBTI dengan masyarakat sipil, dengan melibatkan lembaga-lembaga nasional dan regional. Keterlibatan sipil dan lembaga ini untuk memajukan hukum dan kebijakan protektif terhadap LGBT dalam pemberdayaan masyarakat sipil.
Gerakan ini juga mendukung kebijakan dan penelitian operasional, pengembangan strategi antara kelompok rentan. Inisiatif ini mengakui jika populasi LGBTI memiliki beragam pengalaman, tergantung identitas dan kebudayaan mereka.
Tujuan dari proyek tersebut adalah pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang menerima keberadaan LGBTI. Berikut tiga pencapaian yang ingin tercapai:
1. Memiliki akses terhadap keadilan untuk melaporkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan mengakhirinya secara hukum.
2. Melalui mobilisasi masyarakat dengan advokasi kebijakan yang efektif pada perubahan hukum dan kebijakan (dengan pembuat hukum, pemerintah daerah, lembaga peradilan, dan lembaga ak asasi manusia nasional).
3. Melalui mobilisasi masyarakat untuk terlibat dalam dialog dengan stakeholder, seperti organisasi keagamaan, sektor swasta, aparat penegak hukum, lembaga pendidikan. Itu diperlukan untuk mengatasi stigma, diskriminasi, dan mengakhiri praktik-praktik berbahaya dalam pelanggaran HAM terhadap individu LGBT dalam pengaturan publik dan swasta, dan untuk memastikan individu LGBTI memiliki akses yang sama ke layanan umum. (republika.co.id, 12/2/2016)