Permusuhan Rusia terhadap Islam dan kaum Muslim tidak hanya dilakukan di Rusia atau di Suriah tapi juga di Tatar Krimea. Permusuhan Rusia dan para penguasa kaki tangannya khususnya terhadap Hizbut Tahrir yang melakukan dakwahnya tanpa kekerasan, lebih kejam lagi.
Sebagaimana diberitakan baru-baru ini Tatar Krimea, sebuah kelompok minoritas Muslim yang menentang aneksasi Rusia, pada hari Jumat mengutuk gelombang baru represi setelah pasukan keamanan Rusia menggerebek rumah-rumah mereka dan mendakwa empat orang penduduk Tatar atas tuduhan melakukan tindakan terorisme.
Majlis penduduk Tatar Krimea dalam pernyataanya mengatakan bahwa gelombang baru represi telah dimulai di Krimea dalam melawan penduduk Tatar Krimea.
Seorang jaksa Krimea mengatakan pihak keamanan Rusia FSB telah menahan empat orang karena dituduh ikut ambil bagian dalam organisasi Islam Hizbut Tahrir.
Seorang pengacara yang mewakili orang-orang yang ditahan, Emil Kostadinov, mengatakan kepada AFP, hari Jumat bahwa keempat orang yang telah didakwa dengan mengorganisir atau bergabung dengan kelompok yang dianggap teroris, bisa menghadapi hingga 20 tahun penjara.
Sejak mencaplok Krimea pada bulan Maret 2014, Rusia telah bertindak keras terhadap penduduk Tatar, sebuah kelompok etnis pribumi yang merupakan sekitar 13 persen dari penduduknya, yang banyak dari mereka menentang kekuasaan Moskow.
FSB menggerebek 12 rumah, menyita komputer dan perangkat elektronik lainnya, kata tokoh masyarakat Tatar, Zair Smedlya, kepada AFP.
Pasukan keamanan itu menahan 12 orang untuk diinterogasi, delapan di antaranya kemudian dibebaskan, kata Smedlya. Pasukan keamanan bertindak kasar dengan memecahkan jendela salah satu rumah saat anak-anak sedang tidur di dalamnya, kata Mejlis.
Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Jumat mengecam “represi politik” terhadap penduduk Tatar Krimea, yang disebut sebagai warga Ukraina, dan menuntut pembebasan segera mereka yang ditangkap.
Mereka yang ditahan termasuk Emir-Usein Kuku, anggota kelompok HAM yang mencari orang-orang Tatar yang telah hilang di semenanjung itu sejak dilakukan aneksasi oleh Rusia, kata juru bicara Tatar, Smedlya.(riza/arabnews.com, 13/2/2016)