Hizbut Tahrir Indonesia Melanjutkan Kehidupan Islam
Saat gelombang serangan udara Rusia menghantam wilayah yang lebih dekat ke perbatasan Turki pada hari Kamis, sebuah kelompok riset Suriah mengeluarkan laporan yang mengatakan dampak dari lima tahun perang di Suriah telah menyebabkan kehancuran yang lebih dahsyat daripada yang sudah diperkirakan.
Laporan dari Pusat Penelitian Kebijakan Suriah mengatakan bahwa setidaknya 470.000 warga Suriah telah tewas akibat perang, atau hampir dua kali lipat dari jumlah 250.000 orang yang dihitung satu setengah tahun yang lalu oleh PBB, sehingga berhenti menghitung karena kurangnya data yang bisa dipercaya.
Harapan hidup telah menurun 14 tahun, menjadi 56 tahun dari 70 tahun, sejak perang dimulai, dengan lebih banyak pria Suriah yang terjun ke medan perang, kata laporan itu, dari data dikumpulkan oleh kelompok itu dari markasnya yang lama di ibukota, Damaskus.
Kelompok pemberontak menuduh kelompok S.D.F. Kurdi berpihak kepada pemerintah dan mengambil keuntungan dari serangan udara Rusia.
Kelompok yang dipimpin Kurdi – yang didominasi oleh para pejuang yang sepaham dengan partai politik Kurdi yang baru-baru ini membuka kantor di Moskow – mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka tidak bekerja dengan pemerintah tapi merebut wilayah untuk mencegahnya diambil oleh pasukan pemerintah.
Kelompok ini mengatakan kepada outlet oposisi Suriah bahwa mereka membantu warga sipil dari daerah yang dikuasai pemberontak untuk melewati wilayah yang dikuasai Kurdi yang relatif aman.
Kelompok Kurdi umumnya berusaha untuk mempertahankan détente dengan semua pihak, dengan fokus terutama untuk mendirikan zona semiotonomi di sepanjang perbatasan Turki. (nytimes.com, 12/2/2016)
