Potensi Umat Islam : Peluang dan Ancaman

Peringatan keruntuhan khilafah usai sholat jumat al aqsa (1)Oleh: Umar Syarifudin – LS DPD HTI Kota Kediri

“Robert Briffault , dalam The Making of Humanity, menyatakan, “Seluruh segi kemajuan peradaban di Eropa secara pasti dapat ditelusuri akarnya dari peradaban Islam. Peradaban Islamlah yang telah menghidupkan energi yang menggerakkan peradaban modern.”

Penjajahan fisik di Indonesia telah selesai. Namun, penjajahan non-fisik masih mencengkeram kuat di seluruh sendi kehidupan; baik di sektor politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan. Keterpurukan bangsa ini tercermin dari angka kemiskinan yang tinggi, kasus korupsi yang menggurita, penegakan hukum yang bobrok, dekadensi moral, dan masih banyak lagi. Padahal beberapa faktor pendukung untuk menjadi negara bangkit dan maju sudah ada pada negeri ini. Di antaranya ialah potensi kekayaan alam yang begitu melimpah-ruah serta sumberdaya manusia yang cukup luar biasa. Tentu patut dipertanyakan, mengapa Indonesia tidak juga kunjung bangkit? Mengapa umat masih jatuh dalam kejumudan?

Hendaknya kita menyadari bahwa kebangkitan tidak mungkin terwujud kecuali setelah umat mengetahui jati dirinya, dan makna keberadaannya dalam kehidupan. Perlu disadari, salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada negeri-negeri muslim, khususnya Indonesia, selain mayoritas penduduknya muslim, adalah kekayaan yang melimpah. Siapapun yang menghayatinya akan menyadari ada lima potensi yang dimiliki umat Islam.

Pertama, Potensi Ideologis, pasca runtuhnya komunisme, musuh ideologis AS adalah Islam. Pada saat Bush Junior akan menyerbu Afghanistan menyatakan, bahwa perang tersebut merupakan perang peradaban. Potensi Ideologis inilah yang dipandang sebagai ancaman oleh negara Kafir Imperialis. Bangkitnya Islam politik di Indonesia merupakan ancaman terbesar yang mampu merusak intervensi AS, China dan Eropa untuk terus negeri ini.

Kedua, Potensi Geopolitis. Kaum muslim secara geografis menempati posisi strategis jalur laut dunia. Mereka menempati Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella, dan Boshporus yang menghubungkan Laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan menempati posisi strategis ini, kebutuhan dunia banyak ditentukan oleh umat Islam. Jika kaum muslimin bersatu terhimpun di bawah naungan Al Khilafah Islamiyah, niscaya mereka menjadi kekuatan adidaya.

Ketiga, Potensi Sumber Daya Alam. Seluruh negeri-negeri muslim telah dianugrahi Allah dengan kekayaan alam yang melimpah : lembah, hutan, rempah-rempah, isi perut bumi yang kaya akan tambang, minyak, dan gas bumi. Laut yang memiliki aneka ragam potensi yang ada di permukaannya, di dasarnya, maupun di perut buminya. Potensi SDA ini, dipandang sebagai bahaya yang dapat mengalahkan negara-negara besar di satu sisi; sementara di sisi lain merupakan lahan bagi negara-negara kafir imperialis untuk memperkaya diri mereka.

Keempat, Potensi Demografi. Memang, jumlah penduduk bukalah faktor penentu kekuatan suatu negara. Namun, bila umat Islam di seluruh dunia bersatu di bawah payung Khilafah Islamiyah; tentu ini merupakan kekuatan luar biasa. Realitas menunjukkan, bahwa Indonesia sebagi negeri muslim dengan penduduk muslim paling besar di antara negari-negari muslim lainnya.

Kelima, Potensi Militer. Secara kuantitas jumlah tentara di Dunia Islam sangat besar. Bila terekrut 1% saja dari penduduknya yang 1,6 Milyar, akan didapat 16 juta tentara. Di Indonesia, bila 1% penduduknya terekrut menjadi tentara, akan ada 2,5 juta tentara. Karena itu dapat dibayangkan betapa kuatnya jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negeri muslim, apalagi negara yang bersifat internasional.

Semua potensi tersebut memunculkan ambisi negara-negara Barat, agar umat Islam tidak menjadi negara adikuasa yang dapat menghilangkan kedholiman dan nafsu penjajahan mereka. Sehingga Barat berupaya keras agar umat Islam menjadi jumud dan terbelakang, sehingga mampu dikebiri secara ideologis dan geopolitisnya tidak dapat digunakan untuk membangun peradaban Islam, melainkan justru dapat digunakan untuk merealisasikan kepentingan Barat. Umat Islam dibuat lemah dan dipecah belah. Sehingga Barat bekerja keras untuk mensukseskan proyek disintegrasi di tengah-tengah kaum muslim.

Walhasil, umat perlu waspada dengan segala makar, dan segera mewujudkan persatuan dan mempertahankan keutuhannya. Dengan demikian, jalan yang akan mengantarkan pada tujuan yang dicita-citakan tersebut adalah dakwah menuju Allah dengan berdasarkan fikrah yang menjelaskan pemikiran, hukum, sistem peraturan, perundang-undangan dan keyakinan yang dikandungnya. Maka akan diketahui bagaimana mencerabut akidah, pemikiran dan hukum yang batil dari jiwa-jiwa masyarakat dan bagaimana menanamkan penggantinya yang hak dalam jiwa-jiwa umat.

Karena itu, jika umat ingin bangkit, negeri ini tidak cukup hanya dengan berganti pemimpin atau pejabatnya, namun diperlukan pula sebuah sistem negara dengan kualitas nomor wahid. Umat pun perlu diarahkan supaya memiliki kesadaran ideologis.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*