Pada hari Rabu dan Kamis (16-17 Februari) telah diselenggarakan Konferensi Doha XII dengan tema “Keamanan Spiritual Dan Intelektual Dalam Persepektif Ajaran Agama”. Isi dari konferensi itu yang paling penting adalah seruan untuk memberikan prioritas terhadap bahasa dialog dan toleransi daripada bahasa kekerasan, kebencian dan penghinaan bagi agama, keyakinan dan doktrin-doktrin dalam masyarakat. Konferensi yang diikuti oleh sejumlah besar peneliti, “tokoh agama” dan cendekiawan ini merekomendasikan pentingnya untuk mengatasi setiap penyimpangan yang sesat dan fanatisme etnis, serta perang melawan terorisme. Para anggota konferensi mengapresiasi kelompok pemuda yang paling perhatian dengan fokus pada cara-cara mengimunisasi para pemuda dari kekerasan pemikiran dan moral, serta penyesatan budaya. Pembicaraan para anggota konferensi fokus tentang pentingnya konsolidasi konsep kesatuan agama-agama, bahwa terorisme menjadi ancaman bagi perdamaian masyarakat dan dunia, dan ini tidak dapat diatasi kecuali dengan proyek pemikiran alternatif bagi generasi masa depan kita (situs resmi konferensi).
Kita semua harus tahu bahwa gagasan dialog antaragama yang dipromosikan oleh Barat saat ini, adalah gagasan asing (nyeleneh) yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam Islam. Gagasan ini menyerukan untuk menemukan benang merah antara agama, bahkan juga menyerukan penciptaan agama baru yang apokrifa atau tidak dapat dipercaya, yang akan dianut oleh kaum Muslim menggantikan Islam.
Sementara Islam telah mewajibkan kita untuk mengemban dakwah Islam kepada non-Muslim semuanya, artinya masing-masing dari kita diwajibkan untuk mengajak mereka kepada Islam, sebagai satu-satunya agama yang benar, bukan berdialog dengan mereka untuk menemukan benang merahnya. Keyakinan seorang Muslim adalah bahwa Allah SWT telah mengutus Muhammad saw sebagai utusan untuk semua orang, dan meminta mereka untuk meninggalkan agama apapun selain Isla, serta menyerukan kepada mereka agar menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama. Siapa saja yang memenuhi seruan itu, maka ia Muslim. Sebaliknya, siapa saja yang mengingkarinya, maka ia kafir. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (TQS. Ali Imran [3] : 19-20).
Rasulullah saw bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّار»
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya, bahwa tidak seorang pun dari umat ini, Yahudi atau Nasrani, yang mendengar agamaku, kemudian ia mati, sementara ia tidak percaya dengan agama yang aku diutus untuknya, maka ia di antara penghuni neraka.” (HR. Muslim).
Dan masih banyak lagi nash-nash al-Qur’an dan hadits tentang masalah ini. Jika akidah Islam telah menetapkan bahwa siapa saja yang menginginkan selain Islam sebagai agama, maka tidak akan pernah diterima darinya. Sedang syariah Islam telah menetapkan kewajiban mengemban dakwah Islam kepada non-Muslim dengan dakwah dan jihad sampai mereka beriman atau mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. Jadi, dari mana para pengusung ide dialog antar agama ini mendapatkan dalil tentang gagasannya itu?
Barat telah bekerja keras untuk menyebarkan gagasan ini dan mengokohkannya. Barat menggelar sejumlah konferensi, mengadakan berbagai kuliah, dan menulis beragam buku untuk membicarakan hal ini. Kaum kafir Barat menggunakan sarana dialog antar agama ini, seperti sarana-sarana lainnya, setelah mereka gagal untuk menjauhkan kaum Muslim dari akidahnya. Kemudian mereka memasukkan (menyusupkan) ke dalam sendi-sendi masyarakat Islam istilah-istilah dan kata-kata yang memukau, yang menunjukkan pada makna umum dengan tujuan membuat penyesatan dan penipuan.
Sebenarnya, Barat yang menyerukan dialog dengan kaum Muslim, justru mereka melihat Islam dengan pandangan permusuhan, bahkan pandangan inilah yang motivasi mereka untuk melakukan dialog. Jadi, pandangan itulah yang mengendalikan dan menjalankan gagasan dialog tersebut. Seorang orientalis, Bernard Lewis mengatakan tentang Islam dan kapitalisme “bahwa keduanya bertentangan sehingga tidak ada ruang untuk dialog.” Mereka yang mengklaim bahwa mereka ingin persaudaraan serta hidup dalam damai dan aman bersama dengan kaum Muslim sebenarnya adalah orang-orang yang sama dari mereka yang mengadakan berbagai konferensi dan pertemuan yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dan memecah belah di antara kaum Muslim. Dan mereka yang mengaku mencintai kaum Muslim dan Islam, justru diri mereka sendiri yang hatinya dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan terhadap kaum Muslim.
Apakah masuk akal membenarkan kaum kafir yang beruasaha mencari solusi untuk hidup berdampingan dengan kaum Muslim untuk menjaga agama mereka dan Islam, sementara nash-nash syariah yang kita miliki justru memperingatkan kita untuk tidak berpihak dan cenderung kepada orang-orang kafir, mencintai mereka dan merasa aman di sisi mereka . Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (TQS. Hūd [11] : 113).
Dan firman-Nya: “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (TQS. Al-Mujādilah [58] : 22).
Dan firman-Nya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 120).
Juga, apakah kita masih membenarkan upaya mereka setelah kita melihat semua kejahatan orang-orang kafir di negeri-negeri kaum Muslim sejak runtuhnya Khilafah, mulai dari membangun pemukiman Yahudi di Palestina, hingga pembantaian kaum Muslim di Syam, Irak, Myanmar, Afghanistan, Uzbekistan, dan lain-lainnya, serta penyematan sebutan terorisme dan ekstremisme pada Islam dan kaum Muslim.
Dengan demikian, setelah melihat nash-nash tersebut dan lainnya, serta melihat catatan kejahatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslim sepanjang sejarah sampai hari ini, maka kami menyadari betul bahwa tidak ada ruang untuk meragukan arti dan tujuan dari dialog yang dilakukan kaum kafir Barat dengan kaum Muslim, yaitu untuk mencegah kembalinya Islam dalam kehidupan sebagai sebuah sistem, sebab hal itu akan mengancam keberlangsungan ideologi dan peradaban mereka, serta akan mengakhiri kepentingan dan pengaruhnya.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dari membenarkan klaim palsu orang-orang kafir terhadap kaum Muslim dan Islam. Ingat, bahwa dialog antar agama itu bertentangan dengan akidah dan syariah. Lebih dari itu, dialog antar agama ini termasuk sebuah jenis ilusi karena bertentangan dengan kaidah-kaidah pemikiran dan karakteristik peradaban, bahkan Barat tidak melihat Islam kecuali dengan pandangan permusuhan.
Untuk itu kaum Muslim harus menyempurnakan peralatan yang sepadan untuk menghadai konflik, yaitu mendirikan negara Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan menjaga kewibawaan, pemikiran dan peradaban kaum Muslim, juga yang akan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia untuk menyeru mereka kepada Islam (mb-alraiah.net, 24/2/2016).