Distas Tokoh Muslimah: Solusi Tuntas Atas Tingginya Angka Pernikahan Anak di Bondowoso

HTI Press, Bondowoso. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Bondowoso kembali mengadakan diskusi terbatas tokoh muslimah. Kali ini mengusung tema “Solusi Tuntas Atas Tingginya Angka Pernikahan Anak di Bondowoso”. Acara berlangsung di Aula YPU Jalan Kartini No. 34-36, pada Ahad (28/2/2016).

Suasana Distas Tokoh Muslimah Bondowoso

Hadir perwakilan tokoh muslimah antara lain dari P2TP2A, PIVERI, GOW/PERIP, BPPKB, YAPIKMA, mubalighoh, praktisi kesehatan, praktisi pendidikan, pemerhati remaja, dan psikolog.

Sebelum memulai diskusi, disajikan tayangan data pernikahan anak di Bondowoso yang tergolong tertinggi di Jawa Timur. Ibu Yuli Wardani dalam pengantar diskusi menyebut dari data tersebut didapat bahwa pernikahan dini disebabkan oleh dua faktor. Yaitu faktor pribadi (pergaulan bebas) dan faktor keluarga (ekonomi, adat, dan pendidikan rendah orang tua).

Ibu Yanny Nurhayati seorang konselor dari P2TP2A, membenarkan adanya data bahwa Bondowoso sebagai penyumbang terbesar angka pernikahan dini di Jawa Timur dan include dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Pemerintah tidak tinggal diam melihat permasalahan ini. Ada banyak upaya yang telah dilakukan. Di antaranya Kesehatan Reproduksi (Kespro), sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) pada sekolah-sekolah. Namun itu semua belum mampu menuntaskan permasalahan pernikahan anak di Bondowoso.

“Pemerintah telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, dan itu ada hasilnya walau sedikit. Pernah turun sampai 50%, tahun berikutnya naik drastis, setelah itu turun sangat sedikit sekitar 2%,” kata Ibu Hartini perwakilan dari Dinas Kesehatan.

Sementara itu, Ibu Ariesta selaku praktisi pendidikan, menjelaskan bahwa kurikulum yang ada saat ini, menjadikan remaja hanya fokus pada nilai akademik. Terjadi pemisahan antara agama dan kehidupan. Belajar tidak dikaitkan dengan kehidupan akhirat. Pendidikan saat ini tidak mendidik untuk menyiapkan generasi siap menghadapi masa depan dengan lebih baik. Sehingga banyak pelajar yang terjerumus pada pergaulan bebas.

Menikah dini bukanlah sebuah masalah, yang menjadi masalah adalah pergaulan bebasnya. Inilah yang harus dicarikan solusi untuk menyelesaikannya.

Ibu Istianah selaku pengamat remaja memaparkan, remaja harus punya pengendali diri. Untuk itu beliau selalu melakukan pendampingan supaya para remaja punya kepribadian Islam. Melihat baik buruknya sesuatu berdasarkan syariat.

Ibu Herdiana menambahkan, bahwa pergaulan bebas ini disebabkan oleh sistem Sekular kapitalis. Maka solusi tuntasnya pun harus sebuah sistem. Sistem pemerintahan yang mampu menjamin keimanan dan ketaqwaan warganya, keamanahan dari pejabatnya, tercipta atmosfer keimanan di seluruh negara, dan keadilan para hakim serta tegasnya perundang-undangan yang berlaku.

Itu semua, katanya, hanya akan terwujud dalam negara yang menerapkan syariah Islam secara kaffah, yaitu Khilafah Rasyidah. Sehingga menikah dini bukanlah sebuah masalah, karena Al Qur’an menggunakan istilah mitsaqon ghalidzan (untuk kuatnya ikatan pernikahan). []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*