Oleh H. Luthfi H.
قال بَعْضُ الحُكَمَاء: مَنْ أَبْطَرَ الغِنَى أَذَّلَه الفَقْرَ، ومَنْ أَفْرَحَتْهُ العَافيةُ هَدَّهُ السَّقَمَ، ومَن ضَيَّعَ شُكْرَ النِّعَمِ حَلَّتْ به النِّقَمُ، ومَن لم يُحَاسِبْ نفسَه قَبْلَ يومِ القيامةِ حَلَّ بِهِ النَّدَمُ.
Telah berkata ahli hikmah: “Siapa saja yang membanggakan kekayaannya, niscaya ia akan jatuh pada kefakiran. Dan siapa saja yang membanggakan kesehatannya, –maka Allah– akan merobohkannya dengan penyakit. Dan siapa saja yang menyia-nyiakan syukur nikmat dari Allah, maka ia akan jatuh pada kesengsaraan. Dan siapa saja yang tidak melakukan muhasabah atas dirinya, pasti dia akan jatuh pada penyesalan.”
جوامعِ الكَلِمِ ونَفَائِسِ الحِكَمِ مِن كِتَابِ المجالسةِ وجَواهرِ العِلْمِ
(Dari kitab: Jamami’ul Kalim wa Nafaisu al Hikam dari Kitab al Mahalisati wa Jawahirul ‘Ilmi)
Bahwa dunia tidaklah kekal, sementara akhirat adalah yang kekal dan abadi. Karenanya kekayaan itu tidak kekal, kesehatan pun tidak kekal, dan kenikmatan juga tidak kekal.
Segala sesuatunya, semuanya akan berakhir. Hanya Allah SWT-lah yang kekal abadi. Firman Allah SWT:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ . وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar Rahman: 26-27)
Sehingga barangsiapa yang membanggakan kekayaannya, maka niscaya ia akan jatuh pada kemiskinan. Artinya, siapa saja yang sombong atas hartanya, suatu saat dia akan datang pada hari di mana dia dalam keadaan miskin dan hina.
Dan siapa yang berbangga dengan kesehatannya, tidak digunakan untuk ta’at kepada Allah, maka dia akan temuakan hari di mana saat itu dia sakit yang bersangatan yang menyebabkan ia sulit bergerak dan berbicara.
Demikian pula, siapa saja yang menyia-nyiakan syukur nikmat dari Allah, dengan nikmat yang tidak terhitung dan tidak terkira, maka akan datang suatu hari di mana ia jatuh pada musibah dan kesengsaraan.
Karenanya, sungguh manusia harus instrospeksi.
Dan barangsiapa yang tidak melakukan instrospeksi atas dirinya, sebelum hari akhir datang, pasti ia akan jatuh pada penyesalan. Sejatinya seorang manusia harus melakukan muhasabah sebelum Allah menghisabnya di yaumil qiyamah.
Jika tidak, dia akan menyesal dengan se-sesal-sesalnya, di saat penyesalan sudah tiada guna. Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ . وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.” (Al Hasyr 18-19)
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمْ الْعَذَابُ ثُمَّ لا تُنْصَرُون
“Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (Az Zumar 54)
وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: “حَاسِبوا أنفسَكم قبلَ أن تُحاسَبوا، وزنوا أعمالكم قبل أن توزن عليكم، فإن أهون عليكم في الحساب غدًا أن تحاسبوا أنفسكم اليوم، وتَزَيَّنوا للعرضِ الأكبرِ، يومئذٍ تُعرضون لا تَخفى منكم خافية”.
Umar bin Khaththab berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah amal kalian sebelum ditimbang. Karena sesungguhnya yang meringankan hisabmu nanti adalah saat engkau menghisab hari ini. Dan berhiaslah untuk pertemuan hari akbar, hari saat dipamerkan segala amal, dan tidak ada keringanan sedikitpun hisab atas kalian”.
وكتب عمر بن الخطاب رضي الله عنه إلى بعض عماله: “حَاسِبْ نفسَك في الرخَاءِ قبلَ حِسَابِ الشّدةِ، فإنّ مَن حَاسَبَ نفسَه في الرخاءِ قبلَ حِسابِ الشّدةِ، عَادَ أمرُه إلى الرِّضا والغِبْطَة، ومَن ألْهَتْهُ حياتُه، وشَغْلَتْه أهواؤُه عَادَ أمرُه إلى النَّدَامَةِ والخَسَارَة”.
Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada beberapa gubernurnya: “Hisablah diri kalian di saat senang (lapang) sebelum saat sulit. Karena siapa yang menghisab dirinya saat senang sebelum saat sulit, dia akan menghadapi urusannya dengan ridha dan iri yang baik. Dan barangsiapa yang dilalaikan oleh kehidupannya, dan disibukkan dengan hawa nafsunya, dia akan menghadapi urusannya penyesalan dan kerugian. []