Oleh: Umar syarifudin (Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)
Beberapa wartawan senior Indonesia melakukan kunjungan bertemu Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu di Israel. Hampir saja tidak ada yang tahu bahwa sejumlah wartawan senior Indonesia telah berkunjung ke Israel dan bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Namun, situs resmi Kementerian Luar Negeri Israel merilis pertemuan itu, Senin (28/3/2016). Kunjungan ini dirasa mengejutkan setelah sebelumnya Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dilarang masuk Palestina. Retno dilarang masuk Palestina setelah menolak pertemuan dengan diplomat Israel di Yerusalem.
“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, siang ini (Senin, 28 Maret 2016), bertemu dengan delegasi wartawan senior Indonesia yang mengunjungi Israel atas inisiatif – dan yang sedang diselenggarakan oleh – Kementerian Luar Negeri,” rilis situs yang beralamat di mfa.gov.il itu. Netanyahu menegaskan bahwa saat ini telah tiba waktunya untuk membangun hubungan resmi Israel dan Indonesia.
“Waktunya telah tiba untuk hubungan resmi antara Indonesia dan Israel. Kami memiliki banyak kesempatan untuk bekerja sama di bidang air dan teknologi. Israel memiliki hubungan yang sangat baik dengan beberapa negara di Asia, khususnya China, Jepang, India dan Vietnam. Selain itu, Israel juga memperdalam hubungan dengan Afrika, Amerika Latin dan Rusia. hubungan dengan dunia Arab juga berubah,” kata Netanyahu.
Kunjungan tersebut diungkap pertama kali lewat cuitan akun twitter resmi juru bicara Perdana Menteri @ofirgendelman, Senin (28/3) malam. Media-media Israel seperti Israel Times pun kemudian menyiarkan pesan Netanyahu kepada para wartawan dari Indonesia, soal keinginan Israel menjalin hubungan dengan Indonesia. Publikasi serupa juga disuarakan media-media nasional di Tanah Air seperti Tempo dan Kompas.
Dikutip dari The Times of Israel, didepan kelima wartawan Indonesia, PM Netanyahu menyerukan pembentukan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel. Netanyahu mengatakan tiada lagi alasan bagi Israel dan Indonesia untuk tidak menjalin hubungan diplomatik. Menurutnya, hubungan antara Jerusalem dan Jakarta akan menjadi persekutuan yang didorong oleh kepentingan bersama, yaitu menangkal ancaman terorisme dan faktor ekonomi. Kunjungan ini tentu saja mengundang polemik di tengah-tengah masyarakat muslim.
Tribunnews.com mewawacarai pemerhati Timur Tengah Faisal Assegaf mengatakan undangan wartawan-wartawan senior Indonesia ke Tel Aviv, Israel tidak lepas dari keinginan Israel untuk membangun hubungan diplomatik resmi dengan Indonesia. Israel menginginkan agar Indonesia tidak hanya membuka kantor perwakilan di Palestina, tapi juga di Israel.
“Jubir Israel, Emmanuel Nahshon pernah mengatakan pada saya bahwa pembukaan kantor konsul kehormatan Indonesia di Palestina adalah urusan Pemerintah Indonesia, tapi menurutnya kalau memang mau etis dan mau menjadi negosiator hubungan Palestina dan Israel, maka sebaiknya Indonesia juga membuka kantor konsulnya di Israel,” ujar Faisal ketika dihubungi, Selasa (29/3/2016).
Undangan bagi para wartawan senior itu sendiri menurutnya adalah salah satu bagian untuk mencapai tujuan tersebut. ”Jadi undangan kepada para wartawan senior itu tujuannya agar Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel yang tentu saja tidak mungkin dilakukan selama Israel menjajah Palestina. Kunjungan itu secara penuh dibiayai oleh kementerian luar negeri Israel,” katanya.
Tidak diragukan lagi, mereka (delegasi wartawan itu) paham siapa Israel dan maksud-maksud politisnya. Omong kosong jika mereka mengambil posisi netral. Mereka mengharapkan ini dan itu. Bahkan mereka membungkuk kepada pihak penjajah. Persoalan ini merupakan perkara yang bisa diindera dan diraba, bahwa para delegasi itu mengerahkan segenap usaha untuk ‘bermanis muka’ kepada musuh Islam.
Dengan ataupun tanpa pengakuan kemerdekaan ‘semu’ Indonesia, kejahatan-kejahatan Yahudi terus berlangsung di Palestina, sementara para penguasa tetap bungkam dan diam, enggan menolong warga Gaza dan membebaskan ‘seluruh’ tanah kaum muslim di Palestina yang dirampok Israel. Bahkan kecaman dan kutukan nyaris tidak terdengar dari pangkal tenggorokan mereka. Jika pun ada maka itu pun malu-malu dan dipertimbangkan seribu kali dulu.
Padahal sikap gagah berani warga Palestina dengan senjata yang bisa dibuat secara lokal telah membinasakan musuh, membuat musuh berdarah dan menjatuhkan mereka dalam kengerian. Namun demikian, sesungguhnya problem itu tidak akan terselesaikan kecuali dengan melenyapkan entitas Yahudi. Pada titik inilah kaum muslim di Indonesia mengetahui media-media massa sekuler bekerja untuk kepentingan siapa?[]