Khilafah Lindungi Umat dari Paham-paham Menyesatkan
HTI Press, Palembang. Tiadanya Khilafah hari ini membuat umat kian terjebak dengan berbagai paham menyesatkan. “Umat Islam saat ini tidak dapat membedakan antara pluralitas dan pluralisme,” demikian ujar Koordinator Lajnah Khusus Muballighah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Sumatera Selatan (Sumsel) Ustazah Hj. Fadliyati Siregar S.T dalam Daurah Siyasah Syar’iah bertajuk “Bahaya Pluralisme dan Sinkretisme”, di Sekretariat MHTI Sumsel, Rabu (30/3/2016).
Fadliyati menjelaskan bahwa pluralisme merupakan paham yang menyamaratakan semua agama, paham ini bertentangan dengan aqidah Islam. “Paham inilah yang seharusnya kita tolak,” tegasnya di hadapan 20 muballighah dari berbagai majelis taklim di Palembang.
Beliau menyebutkan firman Allah dalam al-Quran surah al-Maidah ayat 3 bahwa agama satu-satunya yang diridhoi oleh-Nya adalah Islam. Islam mengakui pluralitas di tengah kehidupan masyarakat dengan banyak ragam ras, suku, dan bangsa serta bahasa dan agama. Namun tidak dengan pluralisme.
“Pluralisme sejatinya adalah alat penjajah kafir Barat untuk menghancurkan umat Islam, mereka memasukan ide-ide yang bertentangan dengan Islam sehingga umat saat ini tendensius terhadap agamanya sendiri,” jelasnya.
Masyarakat plural, lanjutnya, sejatinya telah ada di masa Rasulullah Saw. ketika Negara Islam pertama kali berdiri di Madinah. Islam memposisikan para ahludz dzimmah yaitu kaum kafir yang tidak memusuhi Islam dengan sangat baik. Mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam serta mendapatkan perlidungan atas harta, jiwa, dan kehormatan serta ibadahnya.
Ia juga menambahkan, saat ini diperlukan keberadaan negara yang melindungi umat dari paham-paham menyesatkan seperti pluralisme, liberalisme, agar terwujud Islam rahmatan lil alamin. Khilafah adalah model negara yang mewujudkan hal tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. bahwa Khalifah adalah perisai bagi umatnya, ia berperang bersamanya dan berlindung di belakangnya.
Antusias peserta atas penyampaian materi nampak dengan banyaknya tanggapan. Salah satunya Ibu Rita dari Majelis Taklim Talang Jambe. Beliau mengatakan saat ini banyak majelis taklim terjebak pada politik praktis seperti menjadi tim sukses dalam pemilihan daerah. Pertemuannya yang berumur satu bulan dengan MHTI Sumsel membuatnya mengetahui banyak hal, termasuk perannya sebagai muballighah.
Di akhir acara, Fadliyati mengajak para muballighah yang hadir untuk menyampaikan dan meluruskan kembali bahaya pluralisme tersebut di tengah-tengah masyarakat.[]