Hasil otopsi dan uji mikroskopis menunjukkan tidak ada perlawanan dari Siyono ketika Densus 88 menyiksanya secara brutal hingga nyawanya melayang.
“Dan dari seluruh rangkaian otopsi ini tidak ditemukan adanya perlawanan dari Siyono, dari luka-luka yang diteliti tidak ditemukan luka yang berupa defensif (menahan/melawan serangan, red),” ujar Siane Indriani dalam konfrensi pers hasil otopsi dan uji mikroskopis jenazah Siyono, Senin (11/4) di Kantor Komnas HAM, Jakarta.
Justru sebaliknya, uji ilmiah yang dilakukan sembilan dokter forensik dari Muhammadiyah dan satu dokter dari Polda Jateng tersebut menunjukkan kebrutalan Densus 88 dalam menghabisi nyawa Siyono.
“Kematian Siyono akibat dari benda tumpul yang ada di bagian rongga dada. Ada patah tulang di iga bagian kiri ada lima ke dalam. Luka patah sebelah kanan ada satu ke luar. Tulang yang patah ke dalam tadi ke arah jantung, ini yang diduga sebagai penyebab kematian yang lumayan fatal. Jadi titik kematian ada di situ,” beber Siane sembari menunjukkan foto-foto jenazah Siyono.
Menurutnya, memang ada luka di bagian kepala, semacam ketokan, tetapi tidak menyebabkan kematian. Di situ tidak banyak pendarahan tetapi yang menyebabkan kematian pada dada. Dan dari luka di punggung menunjukkan, Siyono membelakangi benda keras.
“Entah Siyono dipojokkan ke tembok atau berbaring, kita tidak tahu, tetapi yang jelas benda keras di belakang Siyono semakin memperbesar efek trauma dari benda tumpul yang dihantamkan ke dadanya,” pungkasnya.
Sesaat sebelum memberikan pernyataan tersebut, diadakan serah terima secara simbolik hasil otopsi dan uji mikroskopis dari Ketua Tim Forensik Muhammadiyah dr. Gatot Sp.F kepada Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas. Lalu dari Busyro diserahkan kepada Siane.[] Joko Prasetyo