HTI Press. Jakarta. Di hadapan sekitar 3000 peserta Muktamar Tokoh Umat (MTU): Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto menegaskan rahmatan lil ‘alamin atau terjuwudnya kemaslahatan dan tercegahnya kemafsadatan merupakan buah dari penerapan syariat Islam secara kaffah.
“Terwujudnya kemaslahatan (jalb al-mashâlih) dan tercegahnya kemafsadatan (dar’u al-mafâsid) merupakan hasil dari penerapan syariah Islam secara kâffah, bukan ‘illat (alasan hukum) pensyariatan hukum syariah,” ujarnya, Sabtu (23/4) di Balai Sudirman, Jakarta.
Menurutnya, hasil (natîjah) jelas berbeda dengan alasan (sabab) pensyariatan hukum. Sebab, hasil merupakan konsekuensi dari penerapan syariah. Adapun alasan pensyariatan hukum ada sebelum hukum tersebut disyariatkan dan menyertainya setelah hukum itu ada, bukan hasil yang menjadi konsekuensi dari penerapannya.
Karena itu, lanjut Ismail, kerahmatan Islam bagi alam semesta merupakan konsekuensi logis dari penerapan Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
“Kerahmatan Islam tidak akan terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, asesoris dan pelengkap penderita yang lain. Kerahmatan Islam tidak akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja, sementara ajaran politiknya ditinggalkan. Pada saat yang sama, paham politiknya diambil dari kapitalisme maupun sosialisme, yang nota bene bertentangan dengan Islam,” pungkasnya.
Ia pun menyebutkan Islam secara kaffah pernah diterapkan selama 14 abad di seluruh dunia; yang pernah memimpin umat manusia, dari Barat hingga Timur, Utara hingga Selatan. Di bawah naungannya, dunia pun aman, damai dan sentosa, dipenuhi keadilan. Muslim, Kristen, Yahudi dan penganut agama lain pun bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai selama berabad-abad lamanya.
Begitulah, lanjut Ismail, Islâm rahmat[an] li al-‘âlamîn, yang telah terbukti membawa kerahmatan bagi seluruh alam. Islam yang dirindukan oleh umat manusia untuk kembali memimpin dunia; membebaskan umat manusia dari perbudakan dan penjajahan oleh sesama manusia; serta menebarkan kebaikan, keadilan dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia.
“Itulah Islam yang hidup sebagai peradaban di tengah umat manusia, diterapkan, dipertahankan dan diemban oleh umat manusia di bawah naungan Khilafah Rasyidah,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo