Pergantian rezim dipastikan tidak mampu membawa Indonesia keluar dari kesulitan yang kini sedang dihadapi. Terbukti hingga hari ini, rakyat masih jauh dari kondisi sejahtera.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Provinsi Sumatera Utara, Irwan Said Batubara, ST., menyampaikan itu pada muktamar tokoh umat yang digelar di Hotel Madani, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Minggu (24/4). Sekira 800 tokoh umat dari sejumlah wilayah di Kota Medan dan sekitarnya hadir pada acara tersebut.
Indonesia , kata Irwan Said, sudah beberapa kali mengalami pergantian Presiden, Menteri, Gubernur hingga Walikota dan Bupati namun kemiskinan dan penderitaan masih tetap terjadi dimana-mana. “Kriminalitas dan kemaksiatan tetap merajalela, kemungkaran juga tidak dapat dihentikan,” ucapnya di hadapan peserta.
Dalam pandangan Islam, sebut Irwan, sesungguhnya kondisi yang sulit dan membelit itu karena umat Islam telah berpaling dari penerapan syariat Allah secara kaffah. Akibatnya, Islam rahmatan lil’alamin tidak tercapai.
Sementara itu, Ustadz Azwir Ibnu Aziz yang juga menjadi pembicara pada muktamar itu mengatakan Islam rahmatan lil’alamin hanya bisa didapat jika kita merepakan islam secara totalitas, tidak sepotong-potong.
“Selama ini kita hanya menggenggam Islam sebagai agama ritual belaka, padahal yang dikatakan Allah dan Rasulnya kita harus masuk totalitas dalam islam. Total seperti apa? Dien (agama) ini mengatur seluruh kehidupan manusia,” ucapnya.
Menurutnya, saat ini ajaran agama Islam baru sebagian saja yang dilaksanakan, padahal Islam tidak hanya mengatur hubungan kita dengan Allah tetapi juga mengatur hubungan kita dengan diri sendiri dan hubungan kita dengan manusia lainnya.
“Hubungan kita dengan Allah adalah perkara shalat, puasa dan lainnya. Sementara perkara hubungan kita dengan diri sendiri ada aturan terkait makanan yang halal dan ada yang haram, juga cara berpakaian. Begitu juga sudah ada aturan tentang akhlak,” ucapnya.
Sementara hubungan kita dengan sesama, yakni mualamat dan sanksi hukum. Muamalat yang diatur Allah terkait dengan sistem politik, pemerintahan dan ekonomi. Islam juga mengatur tentang hudud, takjir yang merupakan sanksi yang harus kita laksanakan untuk mencapai rahmatan lil’alamin.
“Sebagain dari syariat islam ini memang bisa dilakukan secara individu tetapi tidak semua bisa dilakukan oleh individu tetapi harus dilakukan negara. Ini sudah dicontohkan Rasulullah, para sahabat yang sudah dijamin masuk surga, sudahkah kita mencontoh mereka?,” tanyanya.
Pembicara lain, Dr. Ahmad Basyuni menjelaskan tentang tugas mulia seorang khalifah. Selain menjaga akidah umat, seorang khalifah juga bertanggungjawab membebaskan umat dari siksa Allah.
Khalifah memberikan jaminan keamanan bagi seluruh umat manusia dan menghentikan penjajahan yang dilakukan negara-negara kapitalis. Sistem kekhilafahan juga memberikan peluang kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Khalifah, kata Dosen Pasca Sarjana USU itu, akan mendorong umat melakukan aktifitas amar makruf nahi mungkar dan menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga islam sebagai rahmat bagi seluruh sekalian alam dapat tercapai.
Pembicara lain dalam muktamar itu, Ustadz Rohmat S Labib yang juga Ketua DPP Hizbut Tharir Indonesia, Ustadz Muhammad Fatih al Malawy, Dr. Dedi Sahputra, dan Ustadz Ja’far Sinaga. Para peserta muktamar berkesempatan melakukan diskusi/tanya jawab dengan para narasumber. (horassumutnews.com)