MHTI Waspadai Rencana Global Memandulkan Peran Pemuda
HTI Press, Yogyakarta. Ada dua isu kritis terkait rencana aksi untuk mencegah kekerasan ekstrimis yang diadopsi PBB yang diluncurkan 12 Februari 2016 lalu. Demikian jelas Mas’ulah Ammah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Ratu Erma Rahmayanti dalam orasinya di Konferensi Perempuan bertajuk “Pemuda Muslim: Pelopor Perubahan Hakiki” di Jogjakarta Expo Center (JEC) Yogyakarta, Sabtu (7/5/2016).
Isu kritis pertama, kata dia, yaitu menjauhkan anak-anak dan pemuda Muslim dari pemahaman Islam yang benar. Kedua, adanya upaya Barat untuk membajak potensi anak-anak dan pemuda Muslim melalui program pemberdayaan pemuda di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Strategi Barat hari ini, menghadapi kekerasan ekstrimis dengan strategi politik dan perang pemikiran. Atas saran RAND Co, Barat membentuk ‘jaringan Muslim moderat’, dan sebagai mitra utamanya adalah intelektual dan ulama muda. “Karena Muslim moderat tidak membahayakan eksistensi mereka,” jelasnya.
Selain itu, Erma melihat Barat menjadikan inovasi teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai alat kulturisasi budaya liberal.
“Inilah strategi global dan agenda Barat untuk menjauhkan generasi Muslim dari Islam yang benar dan membajak potensi mereka, menjadi duta-duta liberal dan korban nilai dan gaya hidup Barat beserta sistemnya,” katanya di hadapan 500-an tokoh, pelajar, dan mahasiswa muslimah yang hadir dari berbagai penjuru di Indonesia.
Dikesempatan yang sama, orator dari kalangan mahasiswa, Azimatur Rosyida menyebut dalam era globalisasi budaya saat ini, potret kehidupan pemuda digambarkan sebagai sosok yang hanya sekedar hidup untuk hura-hura dan bersenang-senang.
Azimatur melihat media berperan besar mengopinikan potret tersebut ke seluruh dunia. Media bekerja untuk mengagitasi naluri dan menggelitik emosi. Pemuda terlanjur tertunduk khusus di depan gadget dan televisi.
Akibatnya, lanjut dia, mereka buta akan permasalahan yang melanda negeri ini, mereka tuli akan teriakan revolusioner yang digaungkan oleh pemuda-pemuda di Suriah, Palestina, dan Tunisia. “Inilah realita pemuda masa kini,” ungkap Mahasiswi Universitas Airlangga Surabaya ini.
Untuk menghadapi kerusakan-kerusakan yang terlanjur menglobal saat ini, dibutuhkan solusi yang serius dan komprehensif. “Dan satu-satu solusi yang dapat mewujudkan semua itu hanya Islam yang ditegakkan dalam sistem Khilafah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam,” tutupnya disambut takbir peserta.
Selain orasi dari 4 orator lainnya, konferensi ini juga dimeriahkan dengan eksibisi, diskusi panel tematis serta aksi teatrikal.[]