Revitalisasi Peran Pemuda Muslim: Pelopor Perubahan Hakiki
HTI Press, Bandung. Untuk menghalau sekularisme, saatnya pemuda berubah dengan bertaubat karena waktu ini tidak dapat diputar kembali dan saatnya menjadi generasi emas yang berkepribadian Islam. Demikian ungkap Dina Riska Lestari, S.T. (Pengamat Generasi) dalam Dialog Intelektual Aktivis Mahasiswa Kampus (Dinamika) yang digelar Muslumah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Barat (Jabar), Minggu (21/5/2016) di Auditorium Monumen Perjuangan Bandung, mengambil tema “Revitalisasi Peran Pemuda Muslim: Pelopor Perubahan Hakiki”.
Di depan sekitar 90 aktivis mahasiswi Muslim dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Jabar, Ajeng Sri Hikmayani, S.Pd. (Praktisi Pendidikan) menyampaikan bahwa sekularisasi melalui bidang pendidikan adalah upaya Barat mencengkeram para pemuda Muslim melalui kurikulum pendidikan. Sehingga, Barat mampu mengontrol negeri Muslim agar tetap berada dalam peradaban Barat dan pemuda Muslim jauh dari Islam.
Sementara itu, Koordinator Lajnah Khusus Mahasiswa MHTI DPD I Jabar Nur Victory menyatakan bahwa posisi penting generasi muda Muslim harus dipahami, sebagaimana Barat memahami benar posisi penting tersebut. Barat menjadikan pemuda sebagai penjaga keberlangsungan kapitalisme, melalui pengkebirian peran strategis dari agen perubahan menjadi hanya berorientasi materi dengan cara berfikir yang mereka inginkan. Sehingga mahasiswa akan menjadi pelindung kepentingan kapitalisme di negara ini, lanjutnya.
Padahal seharusnya, kata dia, pemuda memiliki posisi penting dalam perubahan, yaitu sebagai bagian integral dari keberhasilan masa depan umat dan status dien Islam.
Maka, ada langkah strategis untuk mengembalikan identitas generasi muda Muslim yang hilang pada saat ini. Pertama, pemuda harus membentuk akidah dengan keyakinan yang kokoh. Kedua, pemuda lah yang menguak iming-iming jalan hidup sekuler dan mengungkapkan kerusakannya. Ketiga, Pemuda harus memahami Islam sebagai Dien yang sempurna dan membangun kebanggaan terhadap Islam dan sejarah peradaban Islam. Keempat, Pemuda harus terlibat aktif dalam perjuangan menegakkan Khilafah serta menyiapkan diri sebagai pengisi Khilafah masa depan.
Di akhir acara, para peserta mengazamkan diri untuk turut aktif merevitalisasi peranan pemuda, dan mengembalikan peran strategisnya, hingga kondisi buruk akibat kapitalisme ini bisa diubah menjadi kondisi yang baik, melalui penerapan syariah Islam dalam naungan Khilafah.[]