Remaja Pelopor, Bukan Pengekor
HTI Press, Bogor. Lajnah Khusus Sekolah (LKS) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Kota Bogor menyelenggarakan acara Temu Sahabat SWI (Smart With Islam) pada Ahad (22/5/2016) di Kantor DPD II MHTI Kota Bogor mengusung tema “I am a Muslim and Pioneer of Real Change – Remaja itu Pelopor bukan Pengekor”.
Tayangan kebangkitan remaja serta kisah para shahabat dan shahabiyah mengantarkan peserta pada dimulainya acara. MC membuka acara dengan sangat menarik. Para peserta dibuat seakan-akan menjadi pendengar sebuah radio Smart Channel.
Ibu Nur Amaliah Ketua DPD II MHTI Kota Bogor mengatakan bahwa masa muda adalah masa pencarian jati diri. Namun, banyak fakta yang mengungkapkan bahwa pemuda saat ini banyak terjerumus dalam kemaksiatan seperti, narkoba, seks bebas, HIV/AIDS, dll. Oleh karena itu, para pemuda harus sadar bahwa mereka adalah agen perubahaan dan harus berani berhijrah kepada kehidupan yang lebih baik.
IbuĀ Fera Kusmerlin (MHTI Kota Bogor) sebagai pemateri menyampaikan, bahwa Islam itu hebat, tinggi dan dapat membuat mulia sehingga akan disukai oleh setiap makhluk Allah Swt,.
“Siapa saja remaja yang menjadikan Islam sebagai landasan kehidupannya secara kaffah, maka dia adalah remaja hebat,” katanya di hadapan puluhan peserta remaja/pelajar SD, SMP, dan SMA di wilayah Kota Bogor.
Berbagai opini negatif dilontarkan terhadap Islam, seperti Islam tidak modern, Islam tidak kekinian, dan bahkan Islam harus kompromistik. Semua dilakukan agar umat Islam jauh dari Islam dan tidak menyukai Islam. Ditambah dengan serangan era digital yang dirancang agar remaja teralihkan perhatiannya dari Islam dengan menjadikan gaya hidup Barat sebagai gaya hidup yang bebas dan hedonis.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menjadi remaja hebat, remaja harus selalu menjadikan Islam sebagai bagian dari dirinya dan melandaskan segala bentuk perbuatan sesuai dengan Islam.
Remaja Islam harus rajin mengkaji agamanya, agar memiliki benteng dalam kencangnya arus globalisasi, perusakan akidah serta potensi berfikir, bahkan menjadikan remaja sebagai pengekor, bukan pelopor.
“Remaja Islam harus kembali kepada Allah, menjadikan dakwah sebagai aktivitas kehidupannya agar remaja dapat kembali kepada posisi mereka, sebagai agen perubahan, agen yang akan mengembalikan kehidupan yang rusak menjadi kehidupan yang maju dan gemilang,” pungkasnya. []