Oleh: Ainun Dawaun Nufus – MHTI Kediri (Pemerhati Sosial dan Pendidikan)
“Rakyat disuruh memakan propaganda MEA dengan lauk janji-janji , agar lupa dengan kelaparan sistematis yang diciptakan oleh rejim kapitalis” Kata Umar Syarifudin – LS DPD HTI Kota Kedri
“Buk, nggolek duwek angel tenan, ora ono sing ngramut aku, rego-rego podo mundak, urip tansoyo rekoso, aku luwih milih ndang mati, timbang urip koyo ngene” (Bu, cari uang sangat sulit, tidak ada yang merawat saya, harga-harga naik, hidup semakin susah, Saya lebih memilih segera mati daripada hidup kayak begini”, kalimat ini meluncur eksplosif dari lisan Mak Sum saat penulis berkunjung ke rumahnya yang tinggal di gubuk ukuran 2 x 2 meter. Selang 1 minggu kemudian beliau meninggal, warga sekitar mengetahui selang beberapa jam.
Kata rakyat pada judul di atas adalah kita semua. Kita bersama-sama telah merasakan bahwa kebutuhan makin menghimpit, biaya hidup naik, ditambah keputusan pemerintah memberikan beban banyak pungutan kepada masyarakat. Meski sudah 71 tahun merdeka, mayoritas masyarakat belum merasakan arti kemerdekaan. Kemerdekaan tidak didapatkan secara mudah dan bukanlah hasil hadiah pemberian bangsa lain. Tetapi, melalui perjuangan panjang dan memakan banyak korban. Namun sayangnya, kemerdekaan Indonesia tidak begitu dirasakan masyarakat kelas bawah.
Kesenjangan sosial terjadi di mana-mana. Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) telah merusak kelangsungan hidup bangsa dari upaya mewujudkan keadilan sosial. Padahal, di dalam butir kelima Pancasila menyebutkan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sampai saat ini baru 20 persen rakyat Indonesia yang berada di kelas menengah ke atas. Mereka sudah bisa merasakan nikmatnya memiliki rumah, pendidikan, makan dan berlibur. kenapa rakyat dimiskinkan saat negeri kita terlalu kaya?
Pertanyaan ini yang menusuk pori-pori jiwa, kesedihan yang sering menyumbat di tenggorokan, yang sering dilampiaskan dalam gumam sehari-hari di dapur-dapur saat para ibu menanak nasi, di warung-warung, di pasar-pasar, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat kerja lainnya. Hidup rakyat dalam keluh kesah dan menderita. Berbagai kejahatan seperti pencopetan, perampokan, pembegalan serta pembunuhan, peredaran narkoba dan perbuatan tindak asusila dengan dalih kebutuhan ekonomi terlihat semakin meningkat.
Praktik korupsi dan menilap uang rakyat juga tak kunjung berhenti. Seperti biasa kita melihat gaya politisi di tv, atau membaca di koran, atau mendengarnya melalui radio, mereka lebih sibuk dengan bagaimana mencari pembenaran diri, cuek dan tidak mau tau. Keluh kesah para pemimpin bangsa adalah bagaimana memperpanjang kekuasaan, menurunkan kekuasaan pada keluarga inti atau kerabat dekat, memperkaya diri dengan berbagai cara, dll.
Geram, kita semua melihat para politikus busuk tampil petentang-petenteng sambil mengumbar teori kesejahteraan ala demokrasi. Gerah sehingga perlu dikibaskan pidato presiden tentang meningkatnya taraf hidup masyarakat. Marah saat rakyat susah cari makan, pemerintah biang kerok pemiskinan, sibuk mencipta dan melempar isu. Miris, melihat partai politik semakin dimanja saat Tjahjo Kumolo tahun lalu menyampaikan gagasan perlu menambah anggaran bagi partai politik (parpol) hingga 1 trilyun rupiah.
Ini merupakan masalah yang serius, bukan main-main. Kita kini hanya mempunyai dua pilihan: Pertama, diam dan tidak ikut berjuang mengganti sistem dan rejim dusta, hingga kehinaan dan nestapa pun akan terus membelenggu leher rakyat akibat ulah para penguasa kapitalis, yang justru mengubah potensi kekayaan berlimpah di negeri kita menjadi kemiskinan, melalui berbagai kebijakan neo-lib yang anti rakyat.
Atau pilihan kedua, bergerak secara aktif untuk mengganti sistem dan rejim itu, dan mengangkat seorang Khalifah ar-Rasyid yang akan menjadi pelindung dan perisai. Dengan begitu, kitaa akan bisa melenyapkan kemiskinan dan mengangkat bumi nusantara secara utuh ke pangkuan negeri Islam. Dengan itu, Anda pun bisa meraih kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Kezaliman ekonomi, sistem kebebasan, ide liberalisme, sekularisme, individualisme, hedonisme dan kehidupan di dunia yang dipandang sebagai kesenangan yang harus dilampiaskan dengan nafsu dan syahwat, semuanya adalah akibat dari sikap meninggalkan hukum-hukum syariah dari realita kehidupan individu, masyarakat dan negara serta akibat dari penerapan undang-undang kufur.
Sesungguhnya kaum kafir penjajah, setelah meninggalkan negeri ini, mengangkat anak-anak negeri ini menjadi penguasa bayaran dan perpanjangan tangan mereka. Lalu para penguasa itu melaksanakan apa saja yang diminta oleh kafir penjajah dengan penuh semangat dan patuh. Kaum kafir itu menjadikan peradaban, sejarah, tsaqafah, kebudayaan dan jalan hidup mereka sebagai model yang wajib diikuti dan ditiru oleh orang yang menginginkan kemajuan dan kemakmuran.
Kepada Presiden Jokowi, di bawah pemerintahan Anda, negeri ini telah kehilangan rasa aman, pembunuhan dan kezaliman memanas; negeri ini penuh dengan orang-orang terlantar, kemiskinan dan kekacauan; dan orang miskin dan orang-orang yang hidup kekurangan makin bertambah banyak. Akhirnya sebagian rakyat mremilih mati agar mereka bisa lari dari tirani Anda. Mereka memandang bahwa mati lebih mudah dari pada hidup di bawah kerusakan Anda!
Wahai umat, Sesungguhnya kami di Hizbut Tahrir menyerukan kepada kaum muslimin dengan suara lantang, bahwa kita adalah bagian dari umat yang memiliki vitalitas; umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk seluruh umat manusia sejak Rasulullah saw memimpinnya, lalu diteruskan oleh para Khulafa’ ar-Rasyidin, kemudian oleh para khalifah setelahnya. Maka janganlah Anda perpanjang harapan terhadap mereka dengan rasa takut membelenggu. Akan tetapi, berjuanglah untuk menegakkan hukum Allah dengan tegaknya daulah Khilafah yang menegakkan perintah Allah di tengah-tengah Anda, sehingga Allah SWT mengangkat belenggu dari Anda dan memuliakan Anda dengan ketaatan kepada-Nya serta membebaskan Anda dari kesempitan hidup akibat kapitalisme.[]