Oleh: KH Hafidz Abdurrahman
[Khadim Majlis-Ma’had Syaraful Haramain]
Dalam kitab Shahih ibn Huzaimah, dituturkan, bahwa Nabi saw. berkhutbah di malam 1 Ramadhan. Dalam khutbahnya, Nabi saw. bersabda:
ياَ أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، فَرَضَ اللَّهُ صِيَامَهُ وَجَعَلَ قِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، فَمَنْ تَطَوَّعَ فِيهِ بِخِصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَهُوَ شَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَهُوَ شَهْرٌ يُزَادُ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ فِيهِ، مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ عِتْقُ رَقَبَةٍ وَمَغْفِرَةٌ لِذُنُوبِهِ.
“Wahai manusia, kalian telah dinaungi bulan yang agung, bulan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah mewajibkan puasa di siang harinya, dan menjadikan malam harinya untuk ibadah tambahan [tathawwu’]. Siapa saja yang menambah amalan sunah, dengan satu kebaikan, maka dia sama dengan menunaikan satu fardhu di luar bulan itu. Dan, siapa saja yang menunaikan satu fardhu di dalamnya, maka dia sama dengan menunaikan tujuh puluh fardhu di luar bulan itu. Ia [Ramadhan] adalah bulan sabar. Sabar pahalnya surga. Ia juga bulan pelipur lara. Bulan, dimana rizki orang Mukmin ditambahkan di dalamnya. Siapa saja yang memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia mendapatkan pahala membebaskan budak, dan ampunan dari dosa-dosanya.” [Hr. Ibn Huzaimah]
Mari kita renungkan sabda Nabi yang menyatakan, bahwa Ramadhan adalah “Syahrun ‘adhim” [bulan yang agung]. Sifat ini disematkan oleh Nabi kepada Ramadhan, karena keagungan yang ada di dalamnya. Ramadhan memang benar-benar agung. Ketika Nabi saw. menyebutnya dengan “Syahrun ‘adhim” [bulan yang agung], selain untuk menyadarkan kita, bahwa Ramadhan memang benar-benar agung dan mulia, maka di balik sabda Nabi itu juga ada perintah. Perintah untuk mengisi bulan agung nan mulia itu dengan pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia. Bukan pekerjaan dan aktivitas yang remeh, ecek-ecek, apalagi hina.
Betapa tidak. Jika kita mengisi Ramadhan dengan pekerjaan dan aktivitas yang remeh, ecek-ecek, apalagi hina, tentu bertentangan dengan keagungan dan kemuliaan Ramadhan. Tentu ini tidak sesuai dengan maksud dari sabda Nabi saw. di atas. Lalu, apa ukuran pekerjaan dan aktivitas yang remeh, ecek-ecek, dan hina, dan harus kita jauhi dan tinggalkan di bulan Ramadhan?
Pekerjaan dan aktivitas yang remeh dan ecek-ecek tentu berbeda dengan pekerjaan dan aktivitas yang hina. Pekerjaan dan aktivitas yang remeh dan ecek-ecek itu merupakan perbuatan yang mubah, tetapi tidak ada manfaatnya, baik bagi diri, keluarga, masyarakat apalagi umat dan agamanya. Menghabiskan waktu di depan televisi, smartphone, belanja dan sebagainya adalah perbuatan mubah, tetapi tidak sedikit yang tidak membawa manfaat. Bahkan, kadang hanya menghabiskan waktu. Bahkan, tidak jarang melalui jaringan facebook, twitter dan lain-lain, bukan hanya kata-kata kotor, berita bohong, tetapi juga gambar dan tayangan yang merusak masuk ke ruang pribadi kita. Semuanya itu bisa menyita waktu dan kesibukan kita untuk melakukan pekerjaan dan aktivitas yang hina, dan dihinakan. Na’udzubillah..
Karena itu, Ramadhan harusnya kita isi dengan pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia. Semua pekerjaan dan aktivitas yang wajib dan sunah kita kerjakan. Pekerjaan dan aktivitas yang makruh dan mubah, sebisa mungkin kita tinggalkan. Begitu juga yang syubhat. Semuanya itu bagian dari keagungan dan kemuliaan yang harus kita wujudkan di bulan yang agung dan mulia ini. Meski level pekerjaan dan aktivitas yang mulia dan agung itu juga berbeda. Pekerjaan dan aktivitas yang wajib dan sunah untuk kemaslahatan umat dan agamanya, tentu jauh lebih agung dan mulia dibanding pekerjaan dan aktivitas yang sama untuk kemaslahatan pribadi dan keluarga.
Karena itu, dakwah, jihad dan perjuangan untuk Islam dan umatnya banyak dilakukan oleh Nabi saw. dan para sahabatnya di bulan Ramadhan, nan agung dan mulia ini. Desatemen pertama yang dikirim oleh Nabi dilakukan di bulan Ramadhan, tahun 1 H. Perang Badar Kubra, dilakukan oleh Nabi saw. dan para sahabat tanggal 17 Ramadhan 2 H. Penaklukan Kota Makkah, dilakukan oleh Nabi saw. dan para sahabat juga di bulan Ramadhan, tepatnya tanggal 20 Ramadhan 8 H. Begitu juga, Perang Tabuk, “Jaisy ‘Usyrah” [pasukan sulit]-nya diberangkatkan dari Madinah ke Tabuk bulan Sya’ban, dan mereka menghabiskan sebagian Ramadhan dalam perjalanan.
Dakwah, jihad dan perjuangan untuk Islam dan umatnya adalah pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia. Karena aktivitas ini bukan hanya untuk kemaslahatan pribadi dan keluarga, tetapi untuk kemaslahatan Islam dan umatnya. Tanpa dakwah dan jihad orang Kafir tidak akan mendapatkan hidayah, sehingga bisa melihat cahaya Islam, dan memeluknya. Karena itu, pahalanya pun luar biasa. Menghadirkan hidayah kepada satu orang, kata Nabi, pahalanya lebih baik daripada unta merah, bahkan lebih baik ketimbang dunia dan seisinya. Begitulah keagungan dan kemuliaan aktivitas dakwah, jihad dan perjuangan untuk Islam dan umatnya.
Hari ini, ketika umat tidak berdaya dan lemah, karena tidak mempunyai negara yang membela kehormatan dan keagungan Islam dan umatnya, maka perjuangan untuk menegakkan syariah dan Khilafah juga merupakan taj al-furudh [mahkota kewajiban], karena seluruh kewajiban dan kesunahan tegak dan tidaknya bermuara ke sana. Maka, berjuang untuk menegakkan syariah dan Khilafah juga merupakan pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia, yang harus dilipatgandakan kuantitas dan kualitasnya di bulan yang agung dan mulia ini.
Semoga kita bisa mengisi Ramadhan yang agung dan mulia ini dengan pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia, dan meninggalkan serta menjauhi sejauh-jauhnya pekerjaan dan aktivitas yang remeh dan hina dina. Semoga, kita meraih Ramadhan tahun ini dengan nilai yang sempurna, dengan pekerjaan dan aktivitas yang agung dan mulia yang kita torehkan di dalamnya.
Dengannya, kelak kita dipertemukan oleh Allah SWT di dalam jannah-Nya, “ar-Rayyan” bersama kekasih kita, Muhammad saw. dan para sahabatnya. Amin..[]