Pada tahun 1960-an, Amerika bekerja keras untuk melawan kebangkitan umat Islam di AS. Pemimpin Muslim, Malcolm X, bahkan dibunuh pada tahun 1964. Tak lama setelah petinju Muhammad Ali menjadi Muslim, opini publik berbalik melawannya. Ketika ia menolak untuk terlibat dalam perang kotor Amerika di Vietnam, ia dihambat untuk bertanding dalam olahraganya.
Sekarang dalam kematiannya, liputan media tentang Muhammad Ali telah dijaga dengan penuh kehati-hatian sehingga dijauhkan dari fokus diskusi mengenai agamanya. Bahkan, pada saat pemakamannya Jumat lalu, selain oleh anggota keluarga, hampir semua pidato disampaikan oleh non-Muslim, termasuk mantan Presiden Clinton. Hanya putri Malcolm X yang diizinkan untuk berbicara. Pidato-pidato yang dijadwalkan dari Presiden Turki Erdogan dan Raja Yordania Abdullah dibatalkan, meskipun mereka adalah agen-agen Barat yang setia.
Amerika sangat menyadari kekuatan Islam dan yang paling menakutkan baginya adalah kebangkitan Islam di dalam tubuh Amerika sendiri.
يريدون ليطفئوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (QS. Ash-Shaff 61: 8)
Sumber : (khilafah.com, 11/6/2016)