Di antara ‘hikmah’ datangnya bulan suci Ramadhan adalah semakin tampaknya syiar persatuan, kebersamaan dan jalinan persaudaraan (ukhuwah) di antara sesama Muslim. Saat makan sahur tiba, misalnya, kaum Muslim serentak melakukannya dalam waktu yang sama. Berbuka pun pada saat yang sama ketika magrib menghampiri. Bahkan di banyak masjid, nuansa persatuan, kebersamaan dan jalinan persaudaraan makin terasa saat mereka melakukan buka puasa bersama hingga pelaksanaan sholat tarawih dan witir secara berjamaah.Alangkah indah dan menyejukkan seandainya nuansa persatuan, kebersamaan dan jalinan persaudaraan ini tidak hanya kita temukan dalam tataran ritual ibadah seperti di atas, tetapi juga kita rasakan dalam tataran kehidupan keseharian kita. Tak ada prasangka, curiga apalagi sikap saling mencela, sepi dari sikap saling iri dan dengki meski beda visi dan organisasi. Jauh dari sikap saling tuduh, apalagi memperlakukan sesama Muslim layaknya musuh. Sunyi dari segala persepsi negatif meski beda pendapat dan prinsip.Demikianlah seharusnya umat Islam. Gambaran di atas bisa menjadi bukti hakiki bahwa mereka sama-sama berpegang teguh pada firman Allah SWT:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. (QS al-Hujurat [49]: 10).
Gambaran di atas juga bisa menjadi bukti bahwa kaum Muslim mengamalkan firman Allah SWT berikut:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai. (QS Ali Imran [3]: 103).
Keadaan umat Islam seperti digambarkan di atas juga merupakan perwujudan hakiki dari sabda Rasulullah saw.:
Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; sebagian menguatkan sebagian lainnya. (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).
Merekatkan Ukhuwah, Menjauhkan Fitnah
Umat Islam harus menyadari bahwa dalam Islam memelihara ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Karena itu, lalai atau bahkan merusak jalinan ukhuwah islamiyah adalah dosa, sebagaimana meninggalkan bentuk kewajiban-kewajiban yang lain. Setiap Muslim dan setiap komponen umat Islam sudah sepantasnya melakukan ta’âruf (saling mengenal), ta’âluf (saling merekatkan), tafâhum (saling memahami), tafâqud (saling respek/peduli) dan ta’âwun (saling menolong). Semua itu akan menjadi kunci pembuka hati persaudaraan, menambah kedekatan, menciptakan kesepahaman dan sikap toleran sekaligus menghilangkan sikap iri dan dengki.
Ukhuwah dan Agenda Bersama
Di samping merekatkan ukhuwah, sudah saatnya seluruh komponen umat Islam merumuskan agenda bersama dalam merespon setiap permasalahan yang melanda umat Islam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Agenda bersama ini sejatinya tidak terlepas dari:
- Membangun kesadaran ideologis Islam di tengah-tengah umat.
- Membangun kesadaran politik umat.
- Menegakkan sistem yang dapat menyatukan umat.
Tidak ada sistem yang dapat menyatukan keragaman selain sistem Islam. Itulah Khilafah Islam yang telah terbukti mampu mengayomi semua kelompok dalam masyarakat, bukan hanya umat Islam, tetapi juga umat lain, selama berabad-abad. Karena itu, secara sadar harus ditanamkan pada diri umat Islam, bahwa mereka adalah umat yang satu; akidah mereka satu; sistem mereka juga satu; dan negera mereka satu, meski mereka berbeda organisasi, kelompok masyarakat, dan sebagainya.
Walhasil, marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum bagi kita untuk kembali pada pangkuan Islam, serta menjadikan akidah Islam dan hukum-hukumnya sebagai tali pengikat sesama Muslim.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []
Achmad Luthfi
Humas DPD 1 Hizbut Tahrir Indonesia
Jawa Tengah