Tokoh Muslimah Cilacap Bahas Solusi Tuntas Kekerasan Seksual

HTI Press. Cilacap. Kini, Indonesia tengah berada dalam kondisi darurat kekerasan seksual. Sepanjang beberapa bulan terakhir ini kasus-kasus tersebut terus mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Demikian jelas Karnia Widiasih, SE., Anggota Lajnah Faaliyah DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Cilacap sebagai moderator dalam Diskusi Tokoh Terbatas bertajuk “Menggagas Solusi Tuntas Kekerasan Seksual” pada Ahad (12/6/2016) di Jalan Indraloka, Cilacap. Diskusi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh muslimah di Cilacap.

Suasana diskusi

Dewi Ummu Syahidah Ketua MHTI DPD II Cilacap membuka diskusi dengan sebuah survey. Survey yang menunjukan bahwa media memiliki andil besar dalam mengkondisikan berita dan fakta kekerasan seksual yang kini menjadi viral di tengah masyarakat.

Sadar Indonesia semakin gawat darurat kekerasan seksual, pemerintah pun mencari solusinya. Mulai dari RUU Kekerasan, Perpu Kebiri Kimiawi, dan pemasangan chip. Di tingkat RT/RW dibentuk pula Satgas Anti Kekerasan dan mendorong keluarga untuk lebih waspada. “Sayangnya solusi ini bukan solusi tuntas selama pemicu kekerasan tidak dihapus,” tegasnya.

Kekerasan seksual, kata dia, muncul karena dipicu oleh peredaran miras, narkoba, game online yang berbau pornografi dan kekerasan, kebebasan dalam bergaul dan mengumbar aurat.

“Kekerasan seksual dalam sebuah negara hanya bisa dihentikan dan dicegah ketika pemicunya juga hilang dan dicegah oleh tiga pilar negara,” jelasnya.

Pilar pertama, kata dia, individu yang beriman dan bertakwa pada Allah Swt., yang tidak mudah tergoda maksiat. Kedua, masyarakat yang cerdas dan peduli, yang menjadikan syariah sebagai standar pijakan. Ketiga, negara yang bertanggung jawab dan melindungi dari kebebasan pemikiran kufur, menerapkan sistem kehidupan Islam, dan memberikan sanksi tegas yang berfungsi sebagai zawajir (pencegahan) dan jawabir (penggugur dosa) akan diberlakukan dalam negara Khilafah yang menganut sistem Islam kepada rakyatnya yang masih melakukan pelanggaran.

Peserta diskusi

Diskusi berlangsung hangat. Para tokoh dari berbagai institusi yang hadir turut geram dan merasa khawatir dengan tingkat kekerasan seksual yang semakin mengerikan.

Saya sangat menyayangkan ketika masyarakat memandang kerusakan moral remaja sebagai hal yang biasa. Masyarakat tidak lagi merasa jijik ketika melihat berpasang-pasang remaja melakukan kebebasan bergaul di tempat umum. Saya ingin sekali menegur, tapi saya tidak tidak ada kemampuan, keluh Menik Tokoh Masyarakat Kecamatan Adipala.

Bungsuwati Tokoh Masyarakat Kota mengatakan, “Semestinya tokoh yang menghadiri acara MHTI ini lebih banyak lagi. Di Cilacap ini banyak majelis pengajian, tapi tidak ada yang membahas topik dan solusi setinggi yang dijelaskan oleh MHTI. Muslimah itu harus cerdas agar bisa melihat dan menyelesaikan masalah kehidupan di sekitarnya”.

Di akhir diskusi Dewi menegaskan bahwa segala kerusakan yang ada adalah akibat tidak diterapkannya syariat Allah. “Kehidupan di akhir zaman ini seperti hidup dengan menggenggam bara api. Maka MHTI mengajak seluruh tokoh dan ormas se-Cilacap untuk bersama berjuang menegakkan syariat Allah tersebut,” pungkasnya. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*