Ideologi Islam Bukan Ancaman

Sejak terbit fajar Islam, saat Baginda Rasul saw diutus, Islam telah menjadi musuh kekufuran. Cahaya Islam di Makkah sedari awal menjadi mimpi buruk Abu Jahal, Abu Lahab dan kafir Quraisy lainnya. Saat dakwah Islam mulai bersemi, kafir Quraiys sepakat untuk menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka kemudian melakukan berbagai upaya untuk memadamkan cahaya Allah SWT, mulai dari tindakan fisik berupa penganiayaan, propaganda negatif (di’âwah) dari dalam dan luar kota Makkah, sampai tindakan pemboikotan (muqâta’ah) terhadap Rasul, keluarga dan para shahabat. Namun, Allah tetap menjaga cahaya-Nya walau orang-orang Kafir membenci dan memusuhinya (QS ash-Shaff [37]: 8).

 

Ideologi Islam Musuh Bersama Kapitalisme dan Komunisme

Dalam konteks ideologi saat ini, ideologi Islam menjadi musuh bersama ideologi kapitalisme dan komunisme. Secara fisik, arena Revolusi Suriah menggambarkan dengan jelas permusuhan Barat dan Timur terhadap Islam. Mereka tidak lagi mempersoalkan ideologi mereka saat menggempur kaum Muslim. Memang yang tampak di medan peperangan seolah hanya pertempuran antara penguasa Basyar Assad dan Mujahidin. Namun, siapa pun melihat bahwa Amerika Serikat (kapitalis) adalah sutradara dan Rusia (komunis) mendominasi gempuran di lapangan. Amerika dan Rusia berbagi peran dalam memadamkan cahaya Revolusi Suriah yang diberkati. Amerika melakukan tindakan “soft power”, sementara Rusia melakukan “hard power”.

Uzbekistan, pecahan Uni Soviet berhaluan komunis, dengan pemimpinnya Karimov, terus-menerus menghisap darah umat Islam. Kekejaman Karimov atas umat Islam sudah melampau batas kemanusiaan. Tidak kurang dari 8.000 pejuang Khilafah dipenjarakan, dilarang shalat dan disuntik narkoba hingga menyebabkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Dunia kapitalis membisu atas semua peristiwa ini.

Komunisme dalam doktrinnya memandang agama sebagai candu yang berbahaya bagi masyarakat. Adapun akidah kapitalisme memisahkan agama dari berbagai aturan kehidupan. Dalam irisan pemikiran dasar ini, kedua ideologi ini akhirnya memiliki kemiripan, sama-sama menihilkan agama dan memusuhi agama (baca: Islam).

Memang, tidak semua pemikiran Islam menjadi musuh kapitalisme dan komunisme. Hanya pemikiran Islam yang berkarakter ideologis yang dianggap ancaman. Pemahaman Islam yang berakar, yang melahirkan pemikiran sistemiklah yang dikhawatirkan oleh kedua ideologi ini. Adapun Islam ritual, serpihan Islam yang hanya berfokus pada persoalan individu, ibadah ritual, talak, nikah dan rujuk tidak dianggap ancaman. Di antara pemikiran-pemikiran Islam yang dianggap ancaman tersebut adalah pemikiran tentang akidah, syariah, khilafah dan jihad.

Akidah Islam bagi seorang Muslim adalah pemikiran asasi dalam kehidupan. Akidah akan memberikan gambaran dasar dari mana kehidupan ini berasal, apa yang terjadi setelah kehidupan berakhir, sehingga akan jelas dan tegas seperti apa menyikapi dan menjalani kehidupan ini.

Dengan pemahaman akidah Islam yang benar, seorang Muslim juga bisa menatap akidah di luar Islam. Ia mampu menimbang dan membandingkan akidah Islam dengan akidah kapitalis dan sosialis. Kesimpulannya, akidah kapitalis maupun sosialis adalah akidah yang tidak sesuai dengan akal, bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak pernah menenteramkan jiwa. Wajar jika pemikiran akidah Islam ini dianggap berbahaya oleh kapitalisme dan komunisme.

Adapun syariah pada prinsipnya adalah solusi praktis (mu’âlajât) atas berbagai persoalan kehidupan. Solusi ini lahir dari pemikiran akidah Islam. Syariah Islam dianggap ancaman karena tatacara praktis yang diberikan Islam dalam memberikan jawaban bertubrukan dengan aturan kapitalis dan sosialis.

Syariah Islam merupakan mu’âlajât atas berbagai persoalan—ekonomi, politik dalam dan luar negeri, sosial-kemasyarakatan, budaya dan pendidikan—yang bersumber dari Allah SWT. Sebaliknya, aturan-aturan kehidupan dari ideologi kapitalis maupun komunis menihilkan peran sang Khalik dalam tata aturan kehidupan. Aturan dibuat oleh manusia. Faktanya, solusi kapitalisme dan sosialisme atas ragam persoalan kehidupan saat ini terbukti gagal. Prahara kemanusiaan semakin menyeruak. Peradilan—meminjam istilah Mahfud MD—tidak lebih dari lembaga tempat tongkrongan setan-setan. Jurang pemisah kaya dan miskin semakin menganga. Alhasil, harapan solusi hanya tinggal pada syariah Islam.

Khilafah adalah sistem politik-pemerintahan Islam. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi Muslim untuk merealisasikan syariah secara menyeluruh dan menjaga kemurnian akidah Islam. Dengan hadirnya sistem Khilafah di tengah-tengah kaum Muslim, akan terwujud secara nyata syariah Islam; akan terangkat selaksa pesoalan umat. Khilafah Islam juga akan mengemban ideologi Islam ke seluruh penjuru dunia. Alhasil, Khilafah jelas menjadi mimpi buruk bagi kapitalisme dan sosialisme.

Henry Kissinger pernah berujar, “Ancaman itu sesungguhnya datang dari Islam fundamentalis ekstrem yang berusaha menghancurkan Islam moderat yang bertentangan dengan pandangan-pandangan kelompok radikal dalam masalah Khilafah Islam.”

Adapun jihad adalah metode fisik yang dimiliki kaum Muslim untuk mempertahankan eksistensi Islam (difâ’iyyah) dan mengemban dakwah Islam (hujûmiyyah). Jihad adalah perang secara fisik dengan motivasi ruhiah (hubungan dengan Allah SWT) yang tidak dimiliki oleh penganut kapitalis maupun komunis. Saat semangat jihad itu terpatri dalam benak umat, mereka tidak pernah terkalahkan secara fisik. Meski peralatan peperangan sering kalah, dengan semangat jihad, peperangan demi peperangan telah dimenangkan oleh kaum Muslim. Rahasia kemenangan peperangan mulai zaman Rasulullah saw. sampai pada Perang Salib yang berkepanjangan adalah semangat jihad.

 

Strategi Barat Menjadikan Ideologi Islam sebagai Ancaman

Perang Salib yang berkepanjangan memberikan inspirasi bagi Barat, bahwa kaum Muslim tidak mungkin dikalahkan secara fisik sebelum mereka dilumpuhkan secara pemikiran. Barat kemudian selalu mengedepankan perang non fisik. Barat lalu melakukan ghazwul-fikri (perang pemikiran) dan membuat berbagai di’âwah (propaganda negatif) terhadap ideologi Islam. Barat kemudian melumpuhkan kaum Muslim secara fisik.

Secara global Amerika dan Sekutunya menjadikan pemikiran perang melawan terorisme (war on terrorism) untuk menghancurkan Islam. Perang terhadap terorisme hakikatnya adalah perang terhadap Islam. Barat dan Rusia bersatu-padu memerangi Islam dengan dalih memerangi terorisme. Dunia terus dikutubkan menjadi dua, pihak teroris dan bukan teroris. Bahkan dengan sangat latah negeri-negeri Islam (seperti Arab Saudi) juga menjadikan isu terorisme sebagai musuh utama negara.

ISIS (Islamic State of Irak and Syria) kemudian dijadikan ikon untuk merealisasikan agenda “war on terrorism” ini. Caranya dengan melakukan monsterisasi atas ISIS. ISIS selalu dijadikan “tumbal” bagi Barat dan Rasia untuk menggebuk kaum Muslim. Barat dan Rusia terus berupaya memadamkan “Revolusi Suriah” yang diberkati dengan alasan memerangi ISIS. Amerika dengan leluasa menyerang Afganistan dan Pakistan dengan dalih memerangi ISIS. Di Indonesia, bom awal tahun 2016 di kawasan Thamrin langsung dialamatkan ke ISIS. Dengan semena-mena Densus 88 di negeri ini melakukan penangkapan, penyerangan, penyiksaan, bahkan pembunuhan terhadap umat Islam dengan dalih tersangka teroris. Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis dan Cina—yang memiliki hulu nuklir terbesar di dunia—ditambah dengan koalisi lebih dari 30 negara bentukan Arab Saudi, seolah tidak berbadaya melawan kelompok kecil ISIS.

Strategi berikutnya adalah mengkriminalisasi syariah yang mulia. Dengan berbagai dalih yang tidak rasional dan berlawanan dengan fakta, Pemerintah di negeri ini terus berupaya mengkriminalisasi syariah. Berbagai perda yang dianggap berbau syariah dicoba dieliminasi dengan berbagai alasan. Mendagri Tjahjo Kumolo pernah mangancam untuk menganulir sejumlah perda bernuansa syariah yang dianggap bertentangan dengan UU dan HAM (Hak Asasi Manusia). Perda larangan miras (minuman keras) di beberapa daerah dianggap menghambat investasi dan pembangunan.

Berikutnya adalah stigma negatif terhadap Islam dengan mengidentikan pemikiran syariah dan Khilafah sebagai Islam radikal. BNPT (Badan Nasional Pemberantasan Terorisme) pernah menuduh 19 pesantren di Indonesia terindikasi memiliki pemikiran radikal. Pemikiran radikal versi BNPT tentu pemikiran Islam yang dianggap berbahaya.

Langkah berikutnya untuk menyudutkan ideologi Islam adalah dengan melakukan adu-domba, pemecahbelahan antarkelompok Islam. Rand Corporation (sebuah pusat kajian Islam strategis, lembaga think-tank AS) menjadikan strategi pecah-belah untuk melumpuhkan umat Islam. Islam terlebih dulu dikelompokkan menjadi fundamentalis, tradisionalis, modernis dan sekular. Amerika menggunakan strategi mendukung Muslim moderat sebagai pihak yang berseberangan dengan Islamis radikal.

Langkah berikutnya adalah politik belah-bambu. Kelompok satu diinjak dan yang lain didukung. Membenturkan kelompok tradisionalis dengan Islam fundamentalis beberapa waktu terakhir sangat terasa di lapangan.

Langkah-langkah menyerang Islam berikutnya adalah dengan mengokohkan pemikiran-pemikiran Barat itu sendiri seperti pemikiran demokrasi, HAM, liberalisme, pluralisme dan konsep moderat. Meski cacat-cela dari konsep-konsep ini makin hari makin terungkap, Barat tetap berupaya keras—dengan dukungan dana yang fantastis—mengokongkan ide-ide berbahaya ini.

Kelompok separatis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) secara sistematis terus berupaya memisahkan diri dengan Indonesia dengan alasan HAM. LGBT terus dipaksakan dengan biaya yang besar dengan alasan HAM. Predator seksual bergentayangan dan terus mencari mangsa adalah bukti bahwa liberalisme di negara ini tersistemisasi. Segerombolan pemerkosa dan pembunuh Yuyun hanya divonis 10 tahun penjara. Bahkan berbagai penistaan agama, munculnya manusia-manusia yang mengaku mendapat wahyu tidak bisa ditindak secara tegas karena ada paham HAM, pluralisme dan konsep moderat yang dipertahankan.

 

Ideologi Islam Memberikan Kebaikan Bagi Seluruh Manusia

Siapapun yang memiliki pemikiran cemerlang, bukan komprador asing, tidak akan menjadikan ideologi Islam sebagai musuh. Justru kapitalisme dan komunismelah ideologi yang mengancam dan sangat berbahaya atas masyarakat Indonesia secara khusus, dan dunia secara umum. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, saat menghadiri simposium mewaspadai PKI (Partai Komunis Indoensia), usai ceramah menyampaikan bahwa ada yang lebih berbahaya dari PKI, yakni neoliberalisme dan neokapitalisme. “PKI berbahaya, tetapi yang lebih berbahaya adalah neokapitalisme dan neoliberalisme,” jelas Gatot di Jakarta,Kamis 2/6/2016.

Bahkan Dana Moneter Internasional/IMF mengakui bahwa liberalisme telah gagal. Menurut mereka, neoliberalisme bekerja sangat baik hanya bagi 1% orang kaya di dunia. Seperti yang telah dilaporkan Oxfam pada awal tahun ini, 1% orang kaya di dunia memiliki kekayaan yang setara dengan semua penduduk dunia di planet ini jika digabungkan.

Dalam genggaman para kapitalis, kembali terjadi perbudakan modern. Organisasi amal mengungkap bahwa ada 48,8 juta manusia hidup dalam perbudakan modern, meningkat lebih dari 1/3 dari dua tahun yang lalu. Menurut Walk Free Foundation, India memiliki jumlah terbesar (18,35 juta), diikuti oleh Cina (3,39 juta) dan kemudian Pakistan (2,13 juta). Laporan ini menyajikan klasifikasi 167 negara dengan praktik-praktik kerja paksa, jerat utang, kawin paksa dan eksploitasi seksual.

Komunisme dan sosialisme terbukti telah gagal di dunia ini. Kapitalisme juga benar-benar telah menjadikan dunia ibarat “neraka”. Tidak ada secercah cahaya pun bisa diharapkan dari kedua ideologi tersebut. Benar, ideologi Islam musuh dan ancaman bagi kapitalisme dan komunisme, namun bukan ancaman bagi negeri ini dan dunia.

Berbagai persoalan yang menggasak negeri ini seujung rambut pun bukan dari ideologi Islam. Penjarahan kekayaan atas negeri ini adalah oleh korporasi kapitalis. Negara tidak berdaya mengendalikan harga bahan pokok karena negara kalah dengan pengusaha. Hal demikian karena negara ini dikendalikan dengan sistem ekonomi liberal-kapitalis. Korupsi semakin membudaya, bahkan cenderung dilindungi. Staf Kemendagri yang secara jujur memprotes realitas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebagai KPK (Komisi Perlindungan Korupsi) dipecat. Predator seksual terus berkeliaran di negeri ini karena sistem liberalisme.

Semua pesoalan tersebut bukan karena Islam, tetapi justru karena tidak hadirnya syariah Islam. Mereka yang teriak dan menuduh Islam sebagai musuh dan ancaman atas bangsa ini seolah tuli dan bisu terhadap selaksa persoalan bangsa di atas. Menuduh Islam sebagai ancaman hakikatnya adalah menutupi hakikat kebenaran Islam sebagai rahmat. Ini adalah tabiat orang kafir dengan memutarbalikan kebenaran dan keburukan, sebagaimana firman Allah SWT:

وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Janganlah kalian mencampuradukkan yang haq dengan yang batil dan jangan pula kalian menyembunyikan yang haq itu, sedangkan kalian mengetahui (QS al-Baqarah [2]: 42).

 

Alhasil, ideologi Islam bukanlah ancaman bagi negeri ini. Islam justru merupakan ideologi penebar rahmat dan kebaikan untuk dunia dan negeri ini.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Luthfi Hidayat]

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*