Hal ini jelas bahwa orang-orang Inggris tidak percaya atas apa yang mereka lihat sebagai sistem yang terputus, kadang-kadang korup, lembaga dan sistem yang curang.
Voting untuk memilih keluar merupakan bagian dari keprihatinan yang lebih luas di banyak negara demokrasi di mana orang merasa ditinggalkan oleh sistem global dan para elit liberal.
Keputusan memilih untuk keluar adalah gejala nasionalisme endemik di seluruh Eropa.
Nasionalisme fanatik tidak terbatas pada Inggris. Sebuah Uni Eropa yang menempatkan kepentingan kaum elit birokrasi Uni Eropa di Jerman, Inggris atau Perancis di atas kepentingan rakyat di Yunani, Irlandia atau negara lain tidak pernah bisa berhasil karena sudah melekatnya nasionalisme.
Inovasi teknologi, globalisasi dan runtuhnya struktur politik tradisional telah menciptakan kekuatan dimana negara bangsa dan bahkan persatuan negara tidak bisa lagi mengatasinya.
Visi alternatif Islam bagi dunia adalah membangun sebuah sistem yang bisa memecahkan urusan rakyat jelata.
Brexit menjelaskan munculnya kelompok kanan di Eropa, menjelaskan muncul kantung kumuh di setiap negara barat dan menjelaskan bagaimana seorang miliarder yang menyebutkan orang Meksiko sebagai pemerkosa, menyerukan untuk melarang Muslim dan menghina perempuan, orang cacat dan tahanan perang bisa menjadi calon presiden Amerika Serikat dari partainya. []
sumber:
www.hizb.org.uk/current-affairs/brexit-result-is-a-symptom-of-a-deeper-systemic-crisis