Ifthor Jama’i Tokoh: Mewujudkan Ketakwaan Hakiki
HTI Press, Bandar Lampung. Sebanyak 25 tokoh berbagai organisasi di Bandar Lampung menghadiri Diskusi dan Buka Puasa bersama gelaran DPD I Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Lampung, Jumat (24/06) di Crystal Meeting Room, Emersia Hotel and Resort, Bandar Lampung.
Hadir diantaranya AKBP Sulityaningsih (Kabid Humas Polda Lampung), Nani Mayasari (Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung), Sri Anjani (Ketua Muslimat NU Kota Bandar Lampung), Hj. Gurisiani (BMOIWI), Eva Hanifa (DPD Katalia dan aktivis BKOW Lampung), Dr. Dharlinda Suri (Dosen SKTIP PGRI sekaligus Dewan Pakar Muslimat NU Pusat), Ir. Dessy D. Romas, M.M. (Kepala Dinas Peternakan), dari IBI, dan para tokoh lainnya.
Bertemakan ‘Raih Ketakwaan Wujudkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin’, acara ini bertujuan mempererat silah ukhuwah dengan para tokoh agar turut mendukung perjuangan MHTI menegakkan syariat Islam.
Deasy Rosnawati, S.T.P. (Komunitas Perempuan Peduli Keluarga dan Generasi) dalam ‘Makna Hakiki Takwa’, menjelaskan arti Quran surat al A’raf ayat 96.
Menurutnya, inilah balasan sesungguhnya kaum bertakwa, yakni berkah dari langit dan bumi. Kunci takwa yang tidak bisa ditawar adalah penerapan Islam kaffah. Bila tidak, pintu keharaman terbuka lebar, dan pintu ketakwaan terkunci.
Agar kaffah, lanjutnya, ada tiga dimensi dalam Islam yang harus terlaksana. Yakni dimensi hubungan manusia dengan Allah, dengan manusia lainnya, dan dengan dirinya sendiri. “Dan ini butuh peran negara,” tegasnya.
Ade Kumalasari S.T.P. (Ketua DPD I MHTI Lampung) memaparkan angka kekerasan semakin hari semakin meningkat, seks bebas juga marak. Ini karena Islam dianggap ibadah ritual semata. Padahal Islam juga mengatur ekonomi, pergaulan, bahkan politik.
“Inilah sekularisme, yakni enggan memakai Islam sebagai pengatur seluruh kehidupan. Islam dapat terlihat keindahannya bila dilihat utuh, bukan sebagian saja,” terangnya.
Sesi tanya jawab pun berlangsung seru. Gurisiani (71 tahun) mengungkapkan sekalipun masyarakat banyak khatam al Quran, namun bila tidak mengerti, percuma saja. Menurutnya, inti al Quran adalah diamalkan.
Nani Mayasari bertanya cara menerapkan Islam kaffah, sedangkan saat ini banyak Perda dihapus. “Kemarin Jokowi menghapus 3000-an Perda, di antaranya syariah. Bagaimana mau diterapkan (syariat Islam, red.), sedangkan kami baru usul saja sudah dihapus,” keluhnya.
Sri Anjani, dari Muslimat NU menanyakan cara mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin, sementara Indonesia memiliki keragaman agama.
“Islam itu luar biasa, al Quran adalah kekuatan. Tidak hanya dibaca, tapi diamalkan dan didakwahkan. Ketakwaan kitalah yang mampu membuat kita lantang mengatakan haq adalah haq, batil adalah batil,” tanggap Deasy.
Ia mendorong untuk terus berupaya, siapapun kita. Agar umat tahu seluruh kalangan ingin syariat Islam. “Tidak peduli apakah ditolak atau diterima, karena Allah melihat proses kesungguhan kita,” ujarnya.
Islam rahmatan lil ‘alamin takkan terwujud dalam konsep negara Demokrasi berbasis kebebasan dan sekularisme. Maka, konsep negara harus diganti dengan Islam mencontoh perjuangan Rasulullah saw.
Dimulai dari membina kader berkepribadian Islam, membentuk opini Islam di tengah masyarakat, hingga membangun kekuatan politik. Dalam hal ini, Ade menjelaskan bahwa nonmuslim justru aman dan sejahtera, yang terbukti belasan abad ketika Khilafah berdiri.
Di akhir diskusi, Nur’aini selaku host mengajak para tokoh untuk bersama berjuang menegakkan syariat dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. “Sebagai orang-orang yang ditokohkan umat, sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam menerapkan Islam secara menyeluruh. Sehingga ketakwaan hakiki akan terwujud,” pungkasnya. []