HTI Press,Tanjungbalai. Kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai merupakan puncak kemarahan warga, akibat sikap warga keturunan tionghoa selama ini. Hal ini dinyatakan Ketua HTI Kota Tanjungbalai Ust Muhammad Ali Rukun. Menurutnya sikap warga keturunan tionghoa selama ini cenderung arogan, berlebihan dan tidak menghargai umat Islam
“ Mereka selama ini seolah lupa kota Tanjungbalai mayoritas penduduknya berasal dari suku melayu yang beragama Islam”
Menurutnya, warga Tionghoa leluasa melakukan pembangunan tempat ibadah vihara dengan patung budhanya yang sangat besar dan tinggi . Warga pun merasa keberatan dan protes besar untuk menurunkan patung tersebut namun tetap tidak di indahkan oleh warga tionghoa begitu juga dengan pemerintah setempat. Tidak hanya itu, bangunan ibadah warga tionghoa tersebut terus bertambah, tidak sebanding dengan jumlah mereka yang minoritas bila dibandingkan dengan umat Islam.
Belum lagi disekitar vihara tersebut yang berlokasi dekat sungai besar sering digunakan sebagai tempat maksiat di malam hari yang cukup meresahkan masyarakat Tanjungbalai.
“Semua itu tidak bisa lepas dari pengaruh liberalisme ditambah lagi maraknya peredaran narkboba ,perjudian , kemiskinan dengan jumlah penduduk yang padat dan sulitnya mencari lapangan kerja ” ungkapnya.
Kota Tanjungbalai Sumatera Utara selama ini adalah kota yang kondusif bagi warganya dalam menjalankan ibadah, namun kali ini kerukunan beragama di Kota ini tiba-tiba terusik oleh warga keturunan tionghoa yang merasa terganggu dengan suara adzan pada Jum’at malam (29/7)
Kericuhan tersebut bermula saat seorang wanita etnis Tionghoa bernama Meliana 41 th warga Jalan Karya Tanjungbalai, mengamuk saat mendengar suara adzan di masjid Al Maksum Jl.Karya Tanjungbalai tepatnya di depan rumahnya sendiri.Tidak hanya kali ini berdasarkan keterangan warga setempat wanita ini sering merasa keberatan dengan suara azan yang dianggapnya terlalu keras berkumandang didepan rumahnya.
Akibatnya Massa melampiaskan kemarahannya dengan merusak rumah warga keturunan tionghoa tersebut dan membakar sejumlah vihara serta beberapa kenderaan mobil dan sepeda motor. Sementara suasana kota Tanjungbalai terus mencekam hingga masyarakat terus melampiaskan kemarahannya sampai pukul 3:30 sabtu dini hari
Sebagai tambahan Ustadz Muhammad Ali Rukun juga menilai pihak keamanan kurang sigap dalam menangani permasalahan ini. Akibatnya, massa bertambah banyak hingga puncak kemarahan warga berlanjut hingga sabtu pukul 3:30 dini hari sehingga menimbulkan banyak kerugian.
“Kami berharap berharap semua pihak untuk saling kerjasama menyelesaikan masalah ini dan saling mengormati sesama agama sebagai warga Tanjungbalai,” himbaunya. [] MI Sumut