Amerika Serikat Bukan Sekedar Trump Atau Hillary Bung… Lebih dari Itu!

bendera-amerika-libertyOleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)

Persaingan merebut kursi Presiden AS yang akan menggantikan Barack H. Obama jadi sorotan dunia, Kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary bersaing ketat dengan kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump. Tingginya dukungan kepada Donald Trump, meskipun banyak kecaman terhadap pernyataannya yang kontroversial, patut dipertanyakan apakah ini merupakan wajah asli politik Amerika. Maupun harapan sebagian masyarakat AS, jika Hillary menang, berarti nantinya sebagai presiden pertama wanita AS yang diharap bisa membawa banyak perubahan.

Yang perlu diketahui AS bukanlah hanya sekedar Hillary ataupun Trump. AS punya haluan politik, ada partai, ada pemerintahan. Jadi bukan hanya presiden saja yang menentukan. AS Negara kapitalis sekaligus agresor, Politik luar negeri Amerika tetap mengacu pada politik dominatif. Amerika akan tetap berusaha mempertahankan posisinya selama ini sebagai negara adidaya yang menguasai dunia. Dia tidak akan bergeser dari haluan politik dominasi ini sedikitpun. Ini tidak akan ditinggalkan.

Amerika adalah negara kapitalis dengan politik luar negeri kapitalis yang intinya adalah penjajahan negara lain. Karenanya AS akan tetap menjaga dominasi mereka di negeri Islam dan melanjutkan agenda kapitalis mereka untuk mengekploitasi negeri-negeri Islam. Presiden AS biasa berganti, tapi prinsip penjajahan mereka tidak akan berubah.

Dunia tidak boleh melupakan kejahatan AS di bawah Republik maupun Demokrat dalam hal mengintervensi (menyerang) negara lain. Setelah Perang Dunia II saja AS—baik di bawah Republik maupun Demokrat—telah menyerang lebih dari 20 negara di seluruh dunia seperti Yunani (1947-1949), Italia (1948), Korea (1950-1953), Iran (1953), Guatemala (1954), Kongo (1960), Kuba (1961), Vietnam (1969-1975), termasuk negara-negara lain seperti Granada (1983), Libanon (1983), Libya (1958 dan 1983), Somalia (1991-1992), Afganistan (1998-2004), Sudan (1998), Serbia, tahun 2000 ke atas Irak, Yaman, Sudan, Suriah dan Pakistan. Termasuk di Indonesia, AS mengobok-obok Papua. Kebijakan AS yang barbar ini tentu akan terus berlangsung dan kontinu.

Karena itulah, siapa saja yang menjadi presiden AS dan partai manapun yang berkuasa (Republik atau Demokrat) di AS, kebijakan AS dalam menghadapi negara-negara Islam akan tetap sama. Bedanya, jika Partai Republik berusaha meraih tujuan secara terang-terangan maka Partai Demokrat menginginkan hal yang sama, tetapi dengan cara yang lebih halus.

Faktor Lobi Yahudi?

Dukungan AS terhadap negara ilegal Israel dan penjajahan di Palestina sangat nyata. sejak tampil sebagai pemenang dalam Perang Dunia II dan juga Perang Dingin hingga saat ini, pijakan kebijakan politik luar negeri AS–sebagai pengusung utama ideologi kapitalisme–sebetulnya tidak pernah berubah, yakni imperialisme (penjajahan). Yang berubah adalah cara dan sarananya saja. Jika pada masa lalu imperialisme lebih menonjolkan kekuatan fisik (militer), maka saat ini instrumen yang digunakan adalah politik dan ekonomi. Pada era imperialisme non-fisik inilah hubungan Zionisme dengan sentra kekuatan imperialisme Barat ini, terutama AS, jutru semakin erat dan bahkan semakin ‘mesra’. Hal itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan politik luar negeri (baca: imperialisme) Amerika, khususnya di Timur Tengah, yang selalu menguntungkan kaum Zionis. Keduanya bahkan sama-sama terlibat secara intens di dalam menebarkan teror di Dunia Islam.

Hal ini sebetulnya mudah dipahami ketika kita mengetahui siapa sesungguhnya yang menentukan kebijakan politik luar negeri Amerika. Menurut beberapa sumber bahwa politik luar negeri AS banyak dipengaruhi Kongres dan lobi Yahudi; di samping agen intelijen dan media massa.

Mengapa Yahudi demikian kuat di AS, padahal jumlah mereka sedikit? Edward Tivnan dalam bukunya, The Lobby, Jewish Political? Power and American Foreign Policy meneliti tentang sejauh mana kekuatan masyarakat Yahudi di AS. Dalam buku itu disebutkan beberapa sumber kekuatan Yahudi dalam politik AS, antara lain:

  1. Senjata politik. Lewat ini kelompok Yahudi akan dapat mengecap atau memberi label anti Israel, Pro Arab, atau anti Semit kepada mereka yang mengeritik Israel.
  2. Suara (vote) masyarakat Yahudi. Meskipun Amerika memiliki tradisi demokrasi yang kental, sesungguhnya hanya sedikit penduduk AS yang memberikan suaranya, bahkan hampir setengah dari pemilih tidak memberikan suara. Sebaliknya, enam juta Yahudi yang hanya 3% dari seluruh penduduk bisa secara maksimal memberikan 90% suara mereka.
  3. Kemampuan orang-orang Yahudi untuk memberikan uang dalam kampanye-kampanye politik. Kekuatan uang–yang menonjol–dalam pemilihan di Amerika Serikat hampir seusia dengan negara ini. Yahudi pertama yang memberikan dana politik nasional adalah seorang bankir Yahudi bernama Abraham Feinberg. Dia merupakan penyokong dana pemilihan Hary Truman dan John F. Kennedy. Yahudi Amerika Serikat sangat ‘dermawan’ terhadap calon yang mereka percaya akan mendukung kepentingan mereka.

Di samping itu, setiap orang mengakui bahwa media massa merupakan elemen tak terpisahkan dari proses politik Amerika yang secara tidak langsung memberikan kontribusi pada politik LN-nya. Liputan media selalu saja memberikan impresi (penekanan) negatif dan pandangan miring terhadap orang Arab dan komunitas Islam. Pada sisi lain, media Amerika secara konsisten mempresentasikan Israel dalam a positive light, kendati kebrutalan dan kebiadaban terus dilakukannya. Tidak dipungkiri memang, bahwa media Amerika telah didominasi oleh Yahudi yang berhasil menampilkan sosok rakyat Arab dan umat Islam seperti monster yang menteror dan mendestabilkan dunia.

Dari 1.700 koran terbitan AS, 50% adalah milik Yahudi. Jumlah ini mencakup surat kabar yang terkemuka, terutama dalam masalah internasional. Misalnya The New York Times dan The Washington Post. Hartawan Yahudi AS juga menguasai majalah mingguan yang berpengaruh seperti Newsweek, Time, US News & World Report; ataupun mingguan intelektual seperti Nation, New Republic, The New York Times Review of Books, dan lain-lain. Mereka juga menguasai tiga televisi besar di AS seperti The Columbia Broadcasting System, The American Broadcasting Corporation, dan The National Broadcasting Corporation. Perlu dicatat, orang AS lebih suka menontot TV dari pada membaca. Dengan demikian, pengaruh TV di AS untuk membentuk opini sangatlah besar.

Tarik Kesimpulan

Dengan beberapa fakta di atas, sesungguhnya tidak layak dunia, apalagi Dunia Islam, berharap pada kepemimpinan AS. Dunia saat ini, tidak hanya Dunia Islam, sesungguhnya membutuhkan Khilafah Islamiyah dan munculnya kembali Imam al-A’zham (Pemimpin Agung), yakni Khalifah. dengan tegaknya Khilafah, secara praktis:

  1. Hukum-hukum syariah di tengah-tengah kaum Muslim bakal tegak; hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka saat ini bakal tersungkur.
  2. Islam akan cepat tersebar ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad.
  3. Negeri-negeri kaum Muslim bakal dipersatukan di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya Khilafah akan menandakan berakhirnya keterceraiberaian kaum Muslim di lebih dari 50 negara negara-negara kecil tak berdaya.
  4. Ikatan ukhuwah islamiyah yang sejati bakal terwujud menggantikan ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan yang lainnya, yang telah memecah-belah kaum Muslim saat ini.
  5. Umat mendapatkan kekuasaannya kembali yang telah dirampas kaum kafir penjajah. Ini berarti pembebasan dari penghambaan dan sikap membebek pada Barat kapitalis penjajah di seluruh aspek, politik, budaya, pemikiran, ekonomi, pers media massa dan militer.
  6. Negeri-negeri kaum Muslim yang dicaplok seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lainnya bakal dibebaskan. Ini sekaligus juga berarti pengusiran terhadap militer asing agresor yang telah menumpahkan darah, menyebabkan kehancuran dan menyemai fitnah di negeri-negeri kita.
  7. Kekayaan negeri-negeri Islam akan kembali ke pangkuan kaum Muslim. Dengan begitu, terputuslah cengkeraman negara-negara dan berbagai perusahaan Barat yang selama ini telah merampok kekayaan umat. Ini saja sebenarnya sudah cukup untuk memutus rantai kemiskinan sistemik yang sengaja dibuat di negeri-negeri kaum Muslim.
  8. Kebaikan, keutamaan dan keadilan akan tersebar luas; penjagaan atas darah, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum Muslim akan senantiasa terwujud. Dengan itu, terputuslah siklus fitnah, kerusakan, dan ketidakstabilan yang disemai oleh kafir Barat dan antek-anteknya di negeri-negeri kaum Muslim.

Apa yang terjadi di AS, hendaknya mampu diambil hikmahnya oleh kaum muslimin, bahwa perubahan mendasar dunia Islam tidak akan muncul karena individu orang lain . Bukan pula muncul dari sekedar terjadi krisis akibat kegagalan sistem Kapitalis. Perubahan akan terjadi kalau keimanan individual seorang muslim tidak berhenti pada keimanan yang individual dan spiritual (al-aqidah ar ruhiyah). Tapi menjadi keimanan yang sifatnya politik (al-aqidah as siyasiyah). Keimanan yang mendorong seorang muslim untuk taat kepada Allah SWT secara totalitas , bukan hanya dalam persoalan individu tapi juga sosial dan politik.

Keimanan yang totalitas inilah yang kemudian mendorong umat Islam untuk menegakkan kembali Khilafah Islam: sistem yang bisa dipertanggungjawabkan, yang tidak memberikan jalan bagi manipulasi dan kebohongan, sistem yang menjadikan jaminan terhadap kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, dan papan) menjadi kebiajakan pokok ekonominya. Sistem yang akan membebaskan negeri Islam dari penjajahan dan mempertahankan negeri Islam dari kerakusan Kapitalisme yang merampok kekayaan negeri Islam.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*