Para politisi konservatif Austria, hari Kamis (18/8) menuntut pelarangan niqab (cadar). Mereka mengatakan akan mencegah integrasi perempuan dalam masyarakat Austria yang mayoritas Katolik.
Menteri Luar Negeri dan Integrasi Austria, Sebastian Kurz dari Partai Rakyat yang berencana untuk memberlakukan undang-undang integrasi baru tahun depan, mengatakan bahwa simbol-simbol agama seperti niqāb (cadar) adalah masalah yang perlu bicarakan. Ia menambahkan bahwa niqāb (cadar) yang menutupi seluruh bagian muka akan menghambat proses integrasi. Sedangkan burqa (kerudung) bukanlah simbol agama, tetapi simbol masyarakat kontradiktif.
Dalam konteks yang sama, Ketua Partai Kebebasan yang berhaluan kanan, Heinz-Christian Strache mengatakan bahwa waktunya telah tiba untuk melarang niqāb (cadar), dan kami ingin dapat melihat wajah setiap orang di masyarakat kita.
Sementara Menteri Dalam Negeri Wolfgang Sobotka, yang dikenal keras terhadap imigran mengatakan bahwa larangan penuh ini dimungkinkan akan mendatangkan banyak masalah yang berkaitan dengan konstitusi. Namun tidak demikian jika larangan itu sifatnya parsial, yaitu untuk hal-hal khusus seperti saat mengemudi, berpartisipasi dalam demonstrasi, dan di perbatasan.
Sedangkan kelompok-kelompok Islam menilai larangan baru-baru ini yang diberlakukan di Perancis sebagai inkonstitusional, memicu perpecahan, dan terkait dengan fenomena ketakutan terhadap Islam (Islamophobia).
Perlu diketahui bahwa Islam adalah agama terbesar kedua di Austria, dimana pemeluk Islam mewakili tujuh persen dari populasi, yaitu sekitar 600 ribu orang, menurut data dari Masyarakat Agama Islam (islammemo.cc, 18/8/2016).