Partai Kebebasan (PVV) yang dipimpin oleh Geert Wilders mempublikasikan sebuah dokumen yang berisi “Draft Program Partai Untuk Pemilihan 2017-2021”. Dokumen tersebut mengumumkan usahanya untuk mencegah masuknya para pengungsi dari negara-negara Muslim, melarang jilbab di kantor publik, melarang semua yang berbau Islam yang bertentangan dengan ketertiban umum, melakukan tindakan preventif bagi kaum Muslim radikal, menutup semua masjid dan sekolah Islam, dan melarang al-Qur’an.
Ya, ini adalah program Partai Kebebasan (PVV) Belanda, yang menduduki posisi teratas dalam jajak pendapat untuk pemilu legislatif yang akan digelar pada Maret 2017. Melalui program itu ia menyatakan dengan telanjang permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslim, serta mengumumkan dengan jelas dan tegas bahwa ia ingin melarang al-Qur’an, menutup masjid dan melarang semua yang berbau Islam, artinya ia menyatakan perang terhadap Islam, dan kesiapannya untuk memenjarakan kaum Muslim yang berpegang teguh dengan agamanya, identitasnya dan akidahnya dengan dalih memerangi radikalisme.
Dokumen tersebut benar-benar merupakan skandal politik dan budaya. Dimana negara yang mengklaim sebagai negara toleransi dan multikulturalisme, negara yang menjunjung kebebasan, menghormati semua agama dan budaya, justru menghasilkan partai yang menarik orang untuk mengkriminalisasi minoritas dengan provokasi langsung dan terang-terangan menunjukkan kebencian dan permusuhannya dengan ancaman hukuman penjara, dan melarang siapa saja yang melaksanakan ketentuan agamanya.
Sungguh semua teori, rencana dan praktek represif ini mengingatkan pada sejarah imperialis, dimana kaum Muslim diperintah dengan besi dan api (diktator), namun demikian semua itu tidak membuat kaum Muslim melepaskan imannya. Hendaklah mereka belajar dari sejarah jika mereka berakal.
Sejarah membuktikan kepada kami bahwa imperialis Perancis—saat menduduki Aljazair—melakukan percobaan operasi dalam rangka penghapusan al-Qur’an dari hati para pemuda Aljazair. Untuk itu, Perancis mengambil sepuluh gadis Muslim Aljazair. Lalu pemerintah Perancis memasukkan mereka ke sekolah Perancis, memakaikan mereka pakaian Perancis, serta mengajari mereka budaya dan bahasa Perancis, sehingga membuat mereka sama persis seperti orang Perancis asli. Setelah sepuluh tahun upaya tersebut, pemerintah Perancis menyiapkan pesta kelulusan mereka dengan meriah dan indah, dimana para menteri, kaum intelektual dan wartawan turut diundang untuk menghadirinya. Ketika pesta dimulai, semua orang terkejut melihat para gadis Aljazair yang memasuki pesta dengan pakaian Islam mereka … Sehingga hal itu memicu pertanyaan sinis dari para wartawan Perancis: Jadi apa yang telah dilakukan Perancis di Aljazair setelah 128 tahun berlalu!? Robert Lacoste, Menteri imperialis Perancis pada waktu itu menjawab: “Apa yang bisa saya lakukan jika al-Qur’an jauh lebih kuat daripada Perancis?” Untuk itu, hari ini kami katakan: “Al-Qur’an jauh lebih kuat dari Wilders, partainya dan orang yang terbius pemikiran gilanya.” Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (TQS. Al-Syu’arā’ [26] : 227).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 27/8/2016.