PBB secara signifikan merevisi perkiraan korban tewas dari perang saudara di Yaman yang telah berlangsung selama 18 bulan hingga menewaskan sekitar 10.000 orang – yang merupakan peningkatan besar dari perkiraan sebelumnya yang lebih dari 6,000 orang.
Saat berbicara dari ibukota Sana’a pada hari Selasa, Jamie Mcgoldrick, Koordinator Kemanusiaan PBB, mengatakan perkiraan angka terbaru itu didasarkan pada informasi resmi dari fasilitas medis di Yaman. “Orang-orang terbunuh atau mati dan dimakamkan sebelum data mereka dicatat, dan kami tidak memiliki cara untuk merekam jumlah semua korban itu,” katanya.
Perkiraan sebelumnya mengutip pejabat dan kelompok-kelompok bantuan yang banyak terjadi pada tahun 2016 mengatakan konflik itu telah membunuh sekitar 6,500 orang, setengah dari mereka adalah warga sipil.
Negosiasi yang alot telah gagal untuk mengakhiri konflik antara pasukan pemerintah, yang didukung oleh koalisi Arab, dan pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran. Yaman jatuh ke dalam kekacauan setelah mantan Presiden Ali Abdullah Saleh digulingkan, dimana pasukannya sekarang berjuang bersama Houthi.
Saudi yang memimpin militer koalisi Arab memulai serangan udara terhadap Houthi untuk mendukung pemerintah Presiden Abd-rabbu Mansour Hadi pada bulan Maret 2015.
Keamanan semakin memburuk setelah Houthi masuk ke Sana’a pada bulan September 2014 dan menekan ke arah Selatan, hingga memaksa pemerintah Hadi lari ke pengasingan.
Konflik ini telah membuat tiga juta orang Yaman untuk mengungsi dan memaksa 200,000 orang untuk mencari perlindungan di luar negeri, kata Mcgoldrick. “Ini adalah suay tantangan besar, terutama di wilayah yang masih mengalami konflik,” lanjut Mcgoldrick. (aljazeera.com, 31/8/2016)