Laporan yang dibuat oleh Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa lebih dari 1.521 warga sipil telah tewas di Suriah pada bulan Agustus lalu, di antaranya lebih dari 1.080 tewas oleh rezim Suriah dan jet tempur Rusia.
Jaringan Suriah tersebut telah mendokumentasikan bahwa hampir sembilan ratus warga sipil—termasuk 247 anak-anak –mereka tewas ditangan pasukan pemerintah Suriah, seperti tentara, pasukan keamanan, milisi lokal dan milisi Syiah asing.
Juga 184 lainnya tewas dibombandir tentara Rusia, yang sebagian besar dari mereka di Aleppo. Sementara pasukan pemerintah administratif sendiri, terutama Pasukan Partai Uni Demokratik—cabang Partai Buruh Kurdistan—telah membunuh 30 warga sipil, yang kebanyakan dari mereka di Aleppo.
Di samping 179 orang tewas di tangan organisasi negara Islam (ISIS), sekitar 150 orang tewas dibunuh oleh faksi-faksi oposisi bersenjata, dan 7 orang tewas oleh pasukan koalisi internasional, sementara 74 orang lagi tewas di tangan pihak-pihak dimana jaringan tidak dapat mengidentifikasinya.
Pada saat yang sama, laporan “Jaringan Suriah” menjelaskan bahwa angka-angka itu “secara signifikan lebih rendah” dari kenyataan, dan tingkat kesalahan “sangat tinggi”. Hal ini sebagai akibat dari kesulitan untuk mendapatkan “informasi dan dokumentasi data” terkait dengan korban, terutama mereka yang menjadi korban pasukan pemerintah atau ISIS (aljazeera.net, 2/9/2016).
Begitulah ketika sekulerisme—yang tidak lain adalah pemikiran kufur mematikan ini—mendominasi dunia, maka nyawa manusia tidak akan ada artinya, pembunuhan dan pembantaian akan terus mewarnai kehidupan manusia. Jadi, selama pemikiran kufur mematikan ini masih mendominasi dunia, jangan berharap nyawa manusia akan dihargai. Dan satu-satunya yang menghargai nyawa manusia adalah sistem kehidupan Islam, yaitu sistem kehidupan yang datang dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, dan yang menciptakan manusia. []