Para Raksasa Kapitalis Berkontribusi Apa Kepada Miliaran Manusia?

kapitalis minyakOleh: Ainun Dawaun Nufus- Muslimah HTI Kab. Kediri (Pengamat sosial politik)

Sistem Kapitalisme mengkondisikan umat manusia berada dalam kesengsaraan dan penderitaan. Pihak yang kuat akan terus mengeksploitasi pihak yang lemah di antara mereka. Pihak yang kaya di antara mereka akan terus menghegemoni orang-orang miskin. dengan kembali ke sistem Islam secara sempurna akan membuat baik kondisi umat manusia.” Kata Ustadz Umar Syarifudin dalam sebuah agenda diskusi politik.

Pertarungan internasional, khususnya Anglo-Amerika, atas kekayaan Indonesia, khususnya minyak dan gas. Pertarungan itu dilakukan melalui alat-alat lokal diantara para politisi dan operator di Indonesia. Dalam perspektif kolonialisme global, takdir geopolitik yang begitu menggiurkan (potensi ekonomi, demografi dan geoposisi silang), niscaya akan menempatkan Indonesia pada posisi sebagai pemasok bahan mentah bagi negara-negara industri maju dan sebagai pasar bagi barang-barang jadi.

Setelah kita memahami kekayaan melimpah ruah di bumi nusantara dan tahu betapa menggiurkannya kita secara geopolitik, maka kita perlu tahu  kekuatan-kekuatan dan para pemain kunci berksala global yang pastinya akan mengincar Indonesia untuk dikuasai dan ditaklukkan. Di sektor energi dan tambang, setidaknya ada 25 aktor kunci di kedua sektor ini yang sekarang menguasai dunia, dan boleh dibilang sebagai VOC-VOC Gaya Baru. Mereka antara lain:

  • Rex Tillerton, ExxonMobil.
  • Peter Voser, Royal Dutch Shell
  • Jiang Jiemin, China National Petroleum.
  • Khalid al-Falih, Saudi Aramco.
  • Bob Dudley, British Petroleum.
  • Marius Kloppers, BHP Tinto.
  • Tom Albanese, Rio Tinto.
  • Mick Davis, Xstrata.
  • Murilo Ferreira, Vale.
  • Cynthia Carroll, Anglo American
  • Maria das Gracas Silva Foster, Petrobras.
  • John Watson, Chevron.
  • Alexei Miller, Gazprom.
  • Christophe de Margeriem Total.
  • Fu Chengyu, Sinopec.
  •  Yang Hua, CNOOC
  • Jim Mulva, ConocoPhillips.
  • Eduard Khudainatov, Rosneft.
  • Zhang Xiwu, China Shenhua Coal.
  • Zohra Chatterji, Coan India.
  • Mukesh Ambani, Reliance Industries.
  • Sudhir Vasudeva, ONGC.
  • Lakshmi Mittal, ArcelorMittal.
  • Chung Joon-yang, POSCO.
  • Mitsunori Takahagi, JX Holdings.

Bersama-sama mereka mewakili bagian perdagangan energi dan mineral dunia terkemuka, dan umumnya mereka melakukan bisnis melalui cara yang terstruktur sesua dengan norma-norma keuangan global. Dengan kata lain, mereka mengoperasikan bisnisnya berdasarkan skema IMF dan Bank Dunia. Di luar jajaran papan atas tersebut , tedapat 200 perusahaan besar dengan skala yang setara seperti Statoil, Eni, BG Group, Pemex, Petronas, Occidental, Suncor Energy, Nippon Street, dan divisi pertambangan dan energi kelompok Mitsubishi, Mitsui, Marubeni, Sumitomo, dan ITOCHU.

Namun di luar yang 25 pemain kunci tadi,  Koch Industries, kiranya perlu dapat sorotan khusus. Perusahaan yang dikelola oleh miliarder Koch bersaudara, Charles dan David, merupakan putra-putra dari sang pendiri, Fred Koch, yang berbasis di Wichita, Kansas. Koch Industries merupakan salah satu perusahaan privat terbesar di dunia, dengan omzet sekitar $100 miliar dan 70.000  karyawan tersebar di 60 negara. Koch Industris memperdagangkan komoditas dari kantor-kantornya di Wichita, Houston, New York, Rotterdam, Mumbai, Singapura, Jenewa, Paris, London, dan Calgary; berjual-beli minyak mentah, gas alam dan gas cair, produk minyak bumi hasil olahan, batu-bara, kokas, semen, pulp (bubur kertas) dan kertas, dan produk lainnya.

Koch Industries tidak sekadar melakukan kegiatan perdagangan. Perusahaan ini juga mengelola kilang-kilang minyak di Rotterdam, Texas, Minnesotam dan Alaska; memegang saham di Trans-Alaska Pipeline, dan menjalankan jaringan pipa minyak dan gas lainnya. Bisnisnya juga meliputi bahan kimia, peternakan, polimer dan serat, pupuk, teknologi dan peralatan pengendalian dan pemrosesan pencemaaran, dan produk konsumen dan kehutanan. Charles dan David Koch masing-masing menguasai 42 persen saham perusahaan.

Saat negara kita menerapkan kebijakan liberalisasi di berbagai lini, siapa yang diuntungkan di atas penderitaan rakyat ini? Jawabannya adalah asing dan para anteknya. Asinglah yang secara real telah memiliki berbagai energi primer negara ini. Pemaksaan sistem ekonomi kapitalis, yang menyebabkan berbagai liberalisasi di sektor energi, adalah jalan asing untuk menguasai eneri primer kita.

Perlu disadari, sistem kapitalisme tidak menganggap kekayaan sebagai milik umum, akan tetapi dianggap sebagai milik negara.Masyarakat dianggap sebagai konsumen dan dianggap tidak ikut memilikinya. Negara pun menjual BBM, bukannya mendistribusikan secara adil seperti yang diperintahkan Allah untuk produk olahan ini atau menjualnya dengan harga sesuai biaya produksinya saja,karena merupakan milik umum.

Sistem ekonomi kapitalis itu akibat dari kenyataan bahwa itu adalah buatan manusia, dan manusia itu telah sesat dan salah dalam solusinya atas permasalahan ekonomi. Di samping bahwa sistem ekonomi kapitalis itu terpancar dari ideologi kepitalisme yang rusak dan batil.

Sistem ekonomi kapitalis memandang bahwa problem ekonomi adalah kelangkaan relatif… Artinya dengan meningkatkan produksi dan membiarkan manusia bertarung untuk meraihnya sesuai daya beli mereka. Jadi pemilik modal akan hidup kenyang sementara orang miskin akan mati kelaparan.

Sistem ekonomi kapitalis telah memutlakkan kepemilikan individu. Hasilnya adalah tirani kepemilikan individu terhadap kepemilikan publik dan kepemilikan negara itu sendiri sehingga negara dan masyarakat serta sebagian besar kekuatan ekonomi yang ada di suatu negeri menjadi tergadai ditangan segelintir orang kaya monopolis dan rakus yang mengeksploitasi kebebasan kepemilikan secara mutlak. Mereka mendirikan bank-bank ribawi raksasa bertolak dari kebebasan kepemilikan. Begitu pula mereka mendirikan perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa, nyata maupun fiktif, dan bermain-main di pasar keuangan “bursa” dengan cara-cara setan, kemudian perusahaan-perusahaan dan bank-bank itu mengendalikan pasar-pasar dan kekayaan, melahap perusahaan-perusahaan kecil yang ada di jalannya, persis seperti ikan paus yang melahap ikan-ikan kecil. Hal itu bertolak dari kebebasan pengelolaan kepemilikan, melalui kebijakan spekulasi, kontrol ekonomi dan monopoli. Semua itu bertolak dari kebebasan pengembangan harta menggunakan metode yang diinginkan oleh para kapitalis.

Walhasil, tanpa tata ekonomi yang adil, SDA yang melimpah di negeri-negeri muslim itu hanya makin memperkaya mereka yang kuat dan bermodal yang umumnya konsorsium asing, dengan mengabaikan hak-hak pemilik sesungguhnya yaitu umat.  Hanya negara yang benar-benar merdeka, yang berani melawan tekanan asing, sehingga menerapkan syariat, mengembangkan teknologi dengan bersemangat dan menggunakannya sehingga bermanfaat bagi seluruh umat. Hanya dengan itu, keterbatasan energi benar-benar justru mendatangkan berkah.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*