Khotbah Hari Arafa dan Pemalsuan Konsep Atas Kaum Muslim

khutbah as sudaisSyeikh Abdul Rahman Al-Sudais Ketua Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dalam khotbah hari Arafah, mengatakan: “Sungguh umat Islam tengah melewati sebuah fase yang mengharuskan kita bersolidaritas dan berkoordinasi dalam sikap kita untuk menghadapi tantangan.” Ia menyerukan para pemimpin umat “untuk bersatu dan menjauhkan dari setiap penyebab perpecahan dan diaspora.” Ia menyanjung dan memuji “upaya ganda yang dilakukan oleh Khādimul Haramain dalam melayani para jamaah haji.” Ia menyerang apa yang disebut (terorisme) dengan mengatakan: “Dunia sekarang ini diuji dengan momok (terorisme) yang keburukannya telah merata dirasakan oleh semua umat dan bangsa.” Bahkan ia mengatakan bahwa “umat Islam telah diuji dengan beberapa generasinya yang tertipu oleh setan, yang membuatnya berpaling dari metode Islam moderat.”

*** *** ***

Penipuan yang dimainkan oleh para khotib al-salāthīn (corong penguasa) di negara keluarga Saud dirancang untuk menjauhkan umat Islam dari pemikiran dan hukum-hukum Islam yang seharusnya, seperti seruan untuk persatuan dan kesatuan kaum Muslim dalam satu institusi, berjihad di jalan Allah, dan penerapan syariah Islam dalam semua aspek kehidupan. Semua itu digantinya dengan berbicara tentang Islam secara umum, ide-ide yang kabur dan tidak jelas, serta jauh dari mengidentifikasi konsep yang tepat, tidak mengkristalnya wacana Islam yang ditujukan kepada jutaan manusia, termasuk mendorong mereka untuk beramal sesuai dengan hukum-hukum syariah. Isi khutbahnya didominasi kalimat struktural untuk pidato, tidak untuk memperjelas ide-ide seruan dalam kalimat yang targetnya jelas, serta terbatas pada kalimat-kalimat yang bermakna luas yang mengacaukan pikiran, dan memalingkannya dari pemahaman yang tepat, yang mendorongnya untuk melakukan.

Jika kita mengambil khutbah Syeikh Al-Sudais pada hari Arafah di tengah kerumunan massa kaum Muslim yang sedang dalam suasana berkobar dan serius seperti ini, sebagai khutbah resmi yang mengecewakan bagi visi besar umat Islam, serta di dalamnya dipenuhi dengan makna-makna penyesatan dan penipuan, tentu kita melihatnya sebagai contoh yang sengaja dimaksudkan untuk menyerang poros wacana Islam yang paling penting.

Alih-alih berbicara tentang konsep persatuan dan kesatuan antara kaum Muslim, dan wajibnya mendirikan negara Islam tunggal yang akan menyatukan umat Islam dalam negara Khilafah ‘ala minhājin nubuwah, justru kami mendapatinya malah berbicara dengan kalimat-kalimat umum untuk solidaritas dan koordinasi, serta persatuan, menjauhi perpecahan dan diaspora, tanpa menentukan metode dan mekanisme yang dapat mewujudkannya.

Alih-alih menuntut para penguasa untuk memberikan pertolongan nyata kepada umat Islam yang tertindas di mana pun berada, dan berdiri di pihak mereka dengan riil, membebaskan negeri-negeri mereka yang dirampas di Palestina, Kashmir, Chechnya dan lainnya dengan jihad, mencegah para penguasa diktator dari melakukan pembantaian terhadap kaum Muslim sebagaimana yang terjadi di Suriah, Irak, Myanmar, Afrika Tengah dan lainnya dengan cara melawan mereka dan mendukung para pejuang yang berusaha menggulingkannya, justru kami mendapatinya malah menyanjung dan memuji Arab Saudi (Khādimul Haramain) atas usahanya dalam melayani para jamaah haji!

Alih-alih menyerukan untuk berjihad di jalan Allah, dan menyerukan untuk menghentikan tangan kaum kafir penjajah dari merugikan umat Islam, menduduki negeri-negeri mereka, dan mengintervensi semua urusan mereka, justru kami mendapatinya malah menyerang pemikiran jihad dengan penipuan dan pemalsuan, serta mengaitkannya dengan pemikiran terorisme!

Alih-alih menyeru dengan tulus untuk menerapkan hukum-hukum Allah dalam semua sistem kehidupan, dalam pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan hubungan lainnya, serta menerapkan sanksi-sanksi dalam Islam melalui penegakan negara Khilafah ‘ala minhājin nubuwah, justru kami mendapatinya malah menyerukan kepada apa yang disebutnya metode Islam moderat, yang juga diserukan oleh Amerika, Perancis dan negara-negara kafir penjajah lainnya!

Ini adalah metode pemalsuan konsep pada pikiran yang digunakan oleh para khotib al-salāthīn (corong penguasa) sebagai metode yang terus dijalankan dalam menyerang elemen-elemen wacana Islam, memalingkan kaum Muslim dari melakukan aktivitas-aktivitas yang diwajibkan Islam, menjauhkan kaum Muslim dari setiap peran politik yang aktif, dan membatasi aktivitas politik pada para penguasa yang didedikasikan hanya untuk melayani tuannya dan berkonspirasi untuk menyengsarakan rakyatnya sendiri! [Ahmad al-Khathwani]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 14/9/2016.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*