Membidik Dunia Islam sebagai penyelamat Ekonomi

WIEF-JOKOWIOleh: Sari Kurniawati S.IP

Permasalahan Ekonomi Dunia semenjak krisis tahun 2008 belum menuju arah perbaikan. Ekonomi global, terus melambat. Menurut Mantan Managing Director and Chief Operating Officer Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pelemahan ekonomi global dipicu oleh pelemahan ekonomi negara-negara maju seperti Cina, AS, Rusia dan Eropa.

Akibat pelambatan ekonomi global, Bank Dunia dan IMF, harus melakukan koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. IMF (19/7) merevisi proyeksi pertumbuhan global 2016 dan 2017 turun menjadi 3,1 persen dan 3,4 persen. Sedangkan Bank Dunia melakukan revisi proyeksi pertumbuhan dunia, dari proyeksi di angka 2,9 persen pada Januari, menjadi 2,4 persen.

Mencari Penyelamat Ekonomi

Pelemahan ekonomi global secara otomatis memberikan dampak siginifikan pada ekonomi negara berkembang. Negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara termasuk Indonesia juga mulai kesulitan melakukan ekspor komoditasnya. Pasalnya, negara besar yang menjadi tujuan ekspor komoditas negara-negara berkembang masih bergulat dengan permasalahan ekonomi mereka.

Padahal, menurut Sri Mulyani, selama dua dekade terakhir negara-negara berkembang menjadi mesin pertumbuhan dunia. Sayang pertumbuhan ini kemudian terhambat dan mulai menghadapi tantangan berat “Ibarat badai yang datang bersamaan secara sempurna atau Perfect storm.”

Perfect Strom terjadi karena melemahnya ekonomi dan perdagangan dunia, perlambatan dan perubahan struktural ekonomi Cina, rendahnya harga komoditas, serta menurunnya aliran modal ke negara berkembang.

Untuk mengatasi permasalahan ekonomi dunia, dunia Islam pun dibidik untuk melakukan penyelamatan ekonomi. Hal ini terungkap dalam forum World Islamic Economic Forum (WIEF) kedua belas yang digelar di Jakarta tanggal 2-4 Agustus 2016. Forum ini berisi berbagai rangkaian diskusi dan seminar yang dihadiri oleh para pemimpin pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan para pakar untuk membahas kemitraan bisnis di dunia muslim. Tema yang diusung adalah “Decentralizing Growth, Empowering Future Business”, ‘Desentralisasi Pertumbuhan, Membedayakan Bisnis Masa Depan’.

Forum ini dihadiri oleh 4.080 peserta dari 73 negara, termasuk dua mantan pemimpin negara, 12 menteri, 10 wakil menteri, pemimpin perusahaan swasta, pengusaha, pebisnis dari kalangan muda, akademisi, penggiat seni dan media massa. Pejabat pemerintahan yang hadir diantaranya adalah Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Najib Tun Abdul Razak, Presiden Republik Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Republik Guinea Alpha Conde, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Shriyan Wickremenshinghe, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Kerajaan Yordania Jawad Al Anani, dan Presiden Bank Pembangunan Islam (IDB) Ahmad Mohamed Ali.

Forum ini, dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo. Dalam sambutannya Jokowi, ingin komunitas muslim menjadi penggerak perekonomian dunia yang masih melambat sejak krisis keuangan delapan tahun silam.

Menurut Jokowi, komunitas muslim memiliki kondisi demografi terbaik dibandingkan komunitas agama lain di dunia. Selain itu, keuangan syariah juga telah menjadi industri ribuan triliun dolar di mana peminatnya tidak hanya berasal dari komunitas muslim tetapi juga komunitas non-muslim. Tak hanya itu, industri kuliner, fashion, dan arsitektur muslim juga tengah berkembang dengan cepat. Hal itu berpotensi besar untuk menciptakan perekonomian era baru.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak, dalam sambutannya mengatakan,  “sulit dipungkiri, bahwa mayoritas negara maju di dunia ini, bukanlah negara Muslim. Padahal negara Muslim, khususnya yang menjadi anggota Konferensi Ekonomi Islam (OKI) secara kolektif menguasai 70% sumber energi dunia dan 40% sumber daya alam. “Kita memang harus menggali lebih banyak dan memberdayakan potensi ekonomi dunia Muslim”, kata Perdana Menteri.

Chairman of the WIEF Foundation, The Hon Tun Musa Hitam mengatakan bahwa forum akan mengidentifikasi lima sektor prioritas yang dapat dpromosikan via WIEF, yaitu pembangunan infrastruktur, keuangan Islam,  turisme halal, fashion Islami, dan UKM. Dia juga menambahkan, bahwa forum ini fokus lebih kepada startup dan UKM,”

Sebagai hasilnya, Forum WIEF 12 meluncurkan “Jakarta Statement” atau Pernyataan Jakarta yang merekomendasikan: pertama, pengembangan keuangan syariah. Kedua, memberikan dukungan bagi pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dalam rangka menyediakan peluang kerja yang lebih luas, menghasilkan pendapatan dan membuka peluang pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan. Ketiga, Pengembangan potensi industri kreatif dan pemanfaatan teknologi inovasi guna memperoleh keuntungan sosial dalam rangka pemerataan pertumbuhan ekonomi.

Kenapa dunia Islam dibidik?

Secara demografi, dunia islam atau negeri-negeri muslim memiliki jumlah penduduk besar, serta mendapatkan bonus demografi berupa berlimpahnya usia muda (youth bulge). Merujuk pada The Global Islamic Economy Report 2015/2016 yang ditugaskan dan didukung oleh Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai (DIEDC) dan dalam kemitraan dengan Thomson Reuters dan DinarStandard, umat Islam mengisi 23 persen populasi manusia di Bumi (sekitar 1,6 miliar jiwa), dengan usia tengah (median) di usia 24 tahun. Dari sisi populasi, muslim tumbuh 1,6 persen per tahun, lebih besar dibandingkan pertumbuhan populasi dunia yang di kisaran 0,7 persen per tahun.

Jumlah populasi muslim yang besar dengan dominasi pemuda didalamnya, merupakan pasar yang sangat potensial. Baik dari sisi konsumsi, kaum muslimin dan dunia Islam adalah target market yang menggiurkan. Jika ditambah dengan peningkatan industri dan produksi di dunia islam, maka negeri-negeri muslim berpotensi untuk menjadi penggerak roda ekonomi dunia yang kini tengah lesu.

Sebagai gambaran, besarnya potensi pasar dunia muslim terlihat dari laporan yang berjudul State of The Global Islamic Economy Report 2015/2016 yang ditugaskan dan didukung oleh Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai (DIEDC) dan dalam kemitraan dengan Thomson Reuters dan DinarStandard.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa, untuk industri pangan halal food and beverages, pasar muslim global menghabiskan dana sebesar 1128 milyar dollar AS sepanjang tahun 2014, setara dengan 16,7% total nilai belanja dunia di tahun 2014. Jauh lebih besar dibanding pasar negara China 798 milyar dollar dan AS 741 milyar dollar.

Di bidang fashion, pasar konsumen muslim menghabiskan 230 Milyar Dollar AS di tahun 2014, setara dengan 11% total nilai belanja global, dan urutan ketiga dari pasar global untuk fashion setelah AS dan China. Pasar fashion muslim ini telah menarik perhatian dan investasi dari pemain fashion internasional seperti Uniqlo, DKNY, dan Tommy Hilfigher.

Di bidang farmasi dan kosmetik, wacana kosmetik dan obat halal juga terus menyedot perhatian. Muslim global menghabiskan 75 milyar dollar, setara dengan 6,7% total nilai belanja farmasi global. Untuk isu ini, Malaysia berhasil mengembangkan vaksin halal yang bisa menjadi pesaing perusahaan farmasi besar di Barat.

Di sektor travel, pengeluaran muslim global untuk travel, mencapai 142 milyar dollar (diluar data perjalanan haji dan umrah), setara dengan 11% total nilai belanja dunia untuk bidang travel.

Di sektor finansial atau keuangan, aset keuangan islami mencapai 1,81 triliun dollar di tahun 2014. Meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 1,65 trilyun dollar. Tahun 2020, diproyeksikan, aset keuangan islami mencapai 3,25 trilyun dollar. Sedangkan aset Bank Islam komersial tahun 2014 mencapai 1,35 trilyun dollar dengan proyeksi angka pertumbuhan 9,92%. Di tahun 2020, angka aset Bank Islam komersil diprediksi mencapai 2,6 trilyun dollar. Menurut Islamic Corporation for the Development (ICD), aset sukuk syariah global pada 2015 mencapai 1,8 triliun dolar AS dengan proyeksi pertumbuhan keuangan syariah global sebesar 10 persen per tahun (gross) dari tingkat pertumbuhan ekonomi syariah. Bahkan, pada 2020 nilai aset keuangan syariah global diproyeksikan mencapai 3 triliun dolar AS.

Dalam bidang teknologi dan inovasi, dunia Islam terus disibukkan dengan inovasi. Setiap tahun, semakin banyak enterpreuner muda dari Indonesia dan Malaysia melawat ke AS, Inggris dan Perancis, dalam rangka mempresentasikan teknologi baru. Semakin banyak juga teknologi disruptif yang ditemukan untuk mempermudah kehidupan dan ekonomi di dunia muslim. Seperti blossom finance, yaitu aplikasi startup bitcoin yang membantu muslim mendapatkan bantuan keuangan tanpa menabrak aturan islam. Haji guider, aplikasi dari startup dyra tech, berupa alat navigasi dan pelacak tanpa menggunakan smartphone dan sinyal internet. Di bidang fashion, banyak sekali inovasi teknologi, salah satunya cooling hijab dan cooling jacket yang dipamerkan di Abu dhabi wearable tech show. Di bidang pangan, terdapat aplikasi scan halal, halal touch, code tracking sertifikat halal, dan berbagai aplikasi lainnya.

Besarnya potensi pasar dunia Islam, seolah dapat terrepresentasikan pada potensi pasar Indonesia sebagai negara muslim terbesar dunia. Bahkan pemilihan lokasi penyelenggaraan WIEF 12, yaitu di Indonesia, bukan tanpa maksud. Namun ada target khusus bagi Indonesia dengan melihat besarnya potensi negeri ini.

Dilansir dari situs resmi WIEF, Indonesia dipilih sebagai tempat penyelenggaraan WIEF 12 disebabkan oleh potensi besar yang dimilikinya. Di tengah ekonomi yang melambat, prospek ekonomi Indonesia tetap positif. Ekonomi Indonesia menunjukan kemampuan untuk merespon goncangan eksternal (Standards & Poor, May 2015). Di akhir pertengahan 2015, Gross Domestic Product (GDP) indonesia tercatat sekitar Rp 8.976 Trilyun, meningkat 4,9% dibanding 2014.

Di tahun 2014, Indonesia menempati urutan ke 16 ekonomi terbesar di dunia. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang stabil diharapkan bisa didukung oleh konsumsi dan investasi. D tahun 2016, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3% sedangkan Bank Dunia memprediksi sekitar 5%. Para Ekonom Oxford juga mengklaim, bahwa out-look jangka panjang ekonomi Indonesia relatif kuat dengan prospek 5% hingga 2025. Sebagai tambahan, Indonesia juga merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa. 45 juta jiwa diantaranya terkategori kelas konsumtif. Hampir 50% penduduknya adalah kaum muda di bawah usia 30 tahun.

Bank dunia melaporkan bahwa profil demografi Indonesia merupakan kekuatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Terlebih lagi Indoensia memiliki pasar domestik yang potensial. Indonesia juga kini dikenal sebagai destinasi investasi ideal oleh beberapa organisai internasional. Bahkan Asian Development Bank, telah mengalokasikan sekitar 1,6 milyar Dollar portofolio investasi mereka dengan adanya kemungkinan ekspansi lebih dari nilai tersebut.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, Indonesia berpotensi untuk menjadi pemain kunci dalam sektor ekonomi Islam, seperti keuangan Islami, bisnis halal, baik fashion ataupun industri kreatif.

Menyadari hal tersebut, dunia Islam kini terus dipacu dan didorong untuk mengembangkan industri produksi dan konsumsi di bidang makanan dan minuman, fashion, pariwisata, industri kreatif dan rintisan teknologi, serta sektor finansial dengan penerbitan sukuk syariah.

Di Indonesia, langkah dan kebijakan untuk merespon potensi pasar konsumsi dan produksi serta finansial syariah telah diambil. Kebijakan ini bisa dilihat dari penyampaian ketua Bappenas, Bambang Brodjonegoro.

Bappenas berusaha mengkoordinasi pengembangan keuangan syariah melalui Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (AKSI). Masterplan AKSI menghasikan dua rekomendasi. Pertama, pengembangan sektor keuangan syariah komersial dan sektor filantropi Islam. Termasuk di dalamnya adalah perhatian atas kecukupan modal lembaga keuangan syariah, penguatan kapasitas SDM, tata kelola, perlindungan konsumen, sosialisasi, dan jaring pengaman sosial.

Rekomendasi kedua adalah pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sebagai lembaga koordinasi untuk memastikan semua pemangku kepentingan melaksanakan program Masterplan AKSI secara efektif. Komite ini diisi Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, Menteri Agama, Menteri BUMN, Menteri Koperasi dan UMKM, Ketua OJK, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Komisioner LPS, dan Ketua MUI.

Dengan 34 bank syariah, 53 perusahaan takaful, enam perusahaan modal ventura syariah, serta lebih dari 5.000 lembaga keuangan mikro syariah yang melayani lebih dari 22 juta orang, Pemerintah Indonesia harus memperluas sistem keuangan syariah dalam dimensi yang lebih luas.

Aktor yang dibidik untuk menyelamatkan ekonomi Dunia

Tampak sekali bahwa arus ekonomi yang kini tengah dibidik adalah ekonomi di dunia muslim. Dengan anggapan, Jika potensi pasar muslim global ini dikelola dengan baik, maka diprediksikan ekonomi dunia akan kembali membaik, dan mampu mengeluarkan dunia dari pelambatan ekonomi yang kini tengah terjadi. Demikian pun jika potensi pasar Indonesia sebagai negara muslim terbesar dikelola dengan baik, maka potensi ini bisa turut menggerakkan ekonomi dunia.

Ironisnya, potensi ekonomi yang dipotret dan diharapkan menjadi penggerak ekonomi dunia dari dunia muslim, termasuk Indonesia, adalah pasar konsumsi dan produksi non energi dan sumber daya alam. Selain itu, pelaku ekonomi yang dibidik adalah sektor UMKM dan bisnis startup.

Para pemuda muslim pun dibidik menjadi para pelaku bisnis utama dalam menggerakkan ekonomi ini dalam bentuk UMKM. Pasalnya, menurut Sri Mulyani, Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Keberadaannya tersebar di seluruh penjuru negeri dan menguasai sekitar 99 persen aktivitas bisnis di Indonesia, dengan lebih dari 98 persen berstatus usaha mikro.

Sektor produktif tersebut, menurut Sri Mulyani, saat ini mempekerjakan lebih dari 107,6 juta penduduk Indonesia dan berkontribusi 60,6 persen terhadap PDB Indonesia. Pemberdayaan pemuda muslim pun dilakukan untuk menjadi para pelaku bisnis utama dengan fokus pada inovasi dan teknologi. Dengan kata lain, para pemuda muslim nanti akan didorong untuk menjadi para pelaku bisnis digital. Untuk di Indonesia, hal ini sesuai dengan program Jokowi yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat Ekonomi Digital terbesar se ASEAN.

Bahkan langkah-langkah menuju ambisi tersebut telah dilakukan dengan menjadikan Jack Ma, founder dan CEO Alibaba, sebuah perusahaan digital sukses di China, menjadi penasihat bisnis digital di Indonesia. Pemerintah juga menyediakan 1000 domain gratis dan berambisi untuk mencetak 1000 enterpreuner digital. Tentu saja, yang dibidik menjadi pelaku utama adalah para pemuda. Karena pemuda lah yang melek teknologi dan inovatif serta kreatif.

Di sisi lain, sektor keuangan syariah komersil dan filantropi Islam dikuatkan sebagai pemodal dan penyuntik dana bagi UMKM dan bisnis para pemuda muslim ini. Bank-bank syariah disupport untuk menjaring dana tabungan masyarakat untuk investasi dalam pembangunan berupa pembelian Surat berharga Syariah Negara (SBSN). Perbankan syariah pun dimasukan dalam program keuangan inklusif untuk setiap program pemerintah. Salah satunya program LAKU PANDAI. Program jemput bola yang dilakukan oleh perbankan untuk menjaring dana masyarakat.

Berikan yang bernilai kecil, kuasai yang bernilai besar

Dunia Islam dengan demografi yang besar adalah bidikan untuk menggairahkan pasar ekonomi dunia yang kini lesu. Dengan potensi pasar yang besar, maka beberapa item “ekonomi syariah” diseriusi untuk menjadi solusi kelesuan ekonomi global. Item utama yang paling diseriusi adalah sektor keuangan syariah. Dengan potensi modal yang besar, sektor ini digenjot untuk mampu membiayai produksi dari UMKM sebanyak-banyaknya. Padahal produksi UMKM sendiri hanyalah produksi kecil jika dibanding dengan produksi perusahaan-perusahaan multinasional yang telah menguasai dunia.

Perdana menteri Malaysia Tun Abdul Razak sempat menyampaikan dalam forum WIEF 12, bahwa dunia Islam menguasai 70% sumber energi dunia dan 40 % sumber daya alam, namun kondisinya dunia Islam tetap dilanda kemiskinan. Timbul pertanyaan kritis, mengapa dunia Islam didorong untuk mengembangkan pasar produksi dan konsumsi yang tidak berkaitan dengan sumber ekonomi utama mereka yaitu energi dan sumber daya alam? Lalu kemana larinya potensi ekonomi besar dunia Islam yaitu dari sumber daya alam dan energi yang hakikatnya lebih mampu untuk menggerakkan ekonomi menuju kesejahteraan dunia Islam?

Kapitalisme sengaja menggiatkan pasar yang lebih luas dan memberikan sedikit peluang bagi masyarakat dunia untuk memperoleh sedikit harta melalui kegiatan hasil UMKM. Jika dibandingkan, potensi ekonomi dunia Islam dari sektor energi, bisa mencapai ratusan kali lipat dari potensi ekonomi sektor non SDA dan energi. Sebagai contoh, cadangan minyak bumi negeri-negeri Islam mencapai 68,54% cadangan global sedangkan gas bumi 61,45% cadangan dunia. Seharusnya dengan cadangan yang besar tersebut kaum muslim bisa mendapatkan ribuan trilyun dollar. Penguasaan asing terhadap sumber energi tersebut telah menjadikan harta utama dunia Islam, lari ke perusahaan asing. Bayangkan, dari minyak saja, dengan pendapatan kotor lima korporasi minyak utama dunia, yakni BP, ExxonMobil, Total, Shell, dan Chevron sebesar US$ 1,19 trilyun setara 2% nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dunia atau 220,21% PDB Indonesia. Artinya pendapatan utama dunia Islam yang seharusnya menjadi sumber kesejahteraan bagi kaum muslimin, diambil dari tangan dunia Islam.

Di Indonesia, dari tambang di Papua, Indonesia seharusnya mendapatkan keuntungan Rp 50 – 100 triliun per tahun. Keuntungan ini bisa digunakan untuk membangun ekonomi indonesia menuju sejahtera. Sayangnya, pendapatan besar itu lari ke PT Freeport sebesar US$ 4,074 miliar per tahun atau sekitar Rp. 53 trilyun per tahun. Hasilnya, ekonomi Indonesia tetap defisit. Rakyat pun tetap menjerit diliputi kemiskinan.

Jika dunia Islam dengan potensi pasar yang besar diliputi kemiskinan, lalu siapa yang akan membeli produksi negara-negara besar yang sudah overproduction? Kemana gelembung-gelembung dana negara besar harus disalurkan agar ekonomi dunia terus berputar dan tidak stagnan?

Disinilah letak pentingnya dunia Islam bagi Barat yang merupakan negara-negara maju. Dunia Islam harus mampu menyerap produk mereka baik sektor konsumsi, ataupun finansial berupa investasi dan modal. Diberdayakanlah sektor UMKM dan industri kreatif untuk menyerap modal, memberikan peluang didapatnya sedikit harta oleh dunia Islam, agar mampu menjadi pasar yang menyerap produk negara-negara maju.

Selain itu, dengan fokus pada UMKM dan ekonomi digital dengan model bisnis startup, maka penyebaran budaya Barat akan lebih mudah masuk. Karena keterbukaan terhadap beragam budaya menjadi warna khas industri digital.[]

Referensi

http://wief.org/forum/12/

http://jurnal-ekonomi.org/sumber-daya-alam-di-era-khilafah/

WIEF http://mysharing.co/menggali-potensi-ekonomi-dunia-muslim/

http://www.dinarstandard.com/state-of-the-global-islamic-economy-report-2015/

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/16/08/19/oc5cf0382-sri-mulyani-indonesia-perlu-manfaatkan-peluang-keuangan-syariah

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/16/08/04/obdl30382-forum-ekonomi-islam-dunia-sepakati-pernyataan-jakarta-ini-isinya

http://setkab.go.id/pagi-ini-di-jcc-presiden-jokowi-buka-forum-ekonomi-islam-dunia-ke-12/

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/16/08/03/obbj3t368-bappenas-luncurkan-komite-nasional-keuangan-syariah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*