Pendidikan Berkarakter, Antara Ada dan Tiada

HTI Press, Bogor. Besar harapan disandarkan pada program pendidikan berkarakter yang telah dicanangkan sejak 2010/2011 lalu. Akan tetapi sampai saat ini, 18 karakter yang telah ditetapkan tersebut masih jauh dari harapan.

Semua pembicara dan host

Menurut Dra. Ratna Soeminar sebagai perwakilan dari DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Kota Bogor, hal inilah yang mendoron MHTI Kota Bogor menggelar Talkshow Pendidikan dengan tema “Pendidikan Berkarakter, Antara Ada dan Tiada” pada Sabtu (17/9/2016) lalu.

Putri Ria Angelina, M, Pd., Guru Berprestasi Tingkat Jawa Barat, yang menjadi narasumber dalam acara ini memaparkan beberapa karakter yang justru saat ini masih belum dimiliki oleh para anak didik. Religius, jujur, cinta damai, toleransi dan persahabatan adalah karakter yang dinilainya belum memenuhi harapan.

Aksi tawuran, seks bebas dan lain sebagainya menunjukkan pendidikan berkarakter belum mencapai targetnya. Lebih lagi amanah memberikan pendidikan karakter tersebut dibebankan kepada guru. “Hal ini adalah sesuatu yang berat,” katanya.

Ketika guru berusaha membentuk akhlak mulia tapi pada saat yang sama banyak tontonan yang tidak mendidik di media.  Pada saat guru mengajarkan hormat dan sopan, justru guru dibully di media sosial.  Ketika guru mengajarkan disiplin, justru orangtua memukul guru karena melakukan kekerasan kepada anak.

forum

Di sisi lain, tambahnya, beban guru secara individu juga besar sehingga profesional dan kompetensi guru tidak mudah untuk ditingkatkan.

Rini Kusmawarni, S.Pi Lajnah Khusus Sekolah MHTI sebagai narasumber II menyampaikan bahwa dalam Islam beban pendidikan tidak hanya di pundak guru, tetapi pendidikan juga menjadi tanggungjawab keluarga, masyarakat serta negara.

Bahkan negara dalam strategi politik pendidikannya akan menetapkan kurikulum yang berbasis akidah Islam, menyedikan insentif yang besar untuk para guru, menyediakan sarana pendidikan yang memadai serta membiayai pendidikan secara mutlak.

Selain itu, lanjutnya, orientasi pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi yang bersyakhsiyyah islamiyah, memiliki kematangan tsaqofah Islam dan juga mumpuni dalam ilmu terapan dalam kehidupan atau sains teknologi.

“Sehingga tidaklah mengherankan ketika Islam diterapkan dalam kehidupan yakni dalam naungan Khilafah Islamiyyah, muncullah para ilmuwan yang mumpuni dalam bidangnya, kokoh akidahnya serta luas tsaqofah Islamnya,” terangnya.

Acara yang diselenggarakan di Kantor DPD II MHTI Kota Bogor ini dipandu oleh Ir. Riril Nuril Huda dan dihadiri oleh berbagai kalangan tokoh pendidikan, baik guru, dosen serta praktisi pendidikan angkatan 66.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*