Agenda Barat Memperdaya Perempuan
HTI Press, Medan. Lajnah Fa’aliyah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Sumatera Utara (Sumut) menyelenggarakan Diskusi Politik Perempuan bertema “Memperdaya Perempuan dengan UMKM” di Restoran Koki Sunda Medan pada Ahad (25/9/2016). Hadir para tokoh perempan di antaranya dari Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) dan Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut.
Para tokoh yang hadir mengaku tercerahkan setelah mendengar pemaparan materi dari Ustazah Asmaul Husna. Selama ini sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa agenda-agenda pemerintah khususnya masalah pemberdayaan perempuan sesuatu yang baik.
Padahal, sejatinya agenda pemberdayaan perempuan bukan sekedar membuat perempuan mandiri secara ekonomi, melainkan tak lebih dari upaya penghancuran bangunan keluarga ideal umat Islam demi keuntungan Barat.
Para perempuan akan kehilangan fitrahnya sebagai penghasil generasi Islam berkualitas ketika mindset mereka diubah menjadi sekedar mengejar kepuasan hidup di dunia. Padahal jelas bahwa agenda-agenda yang berisikan janji-janji kemakmuran, keadilan, dan ketahanan sesungguhnya tidak lain hanyalah kelicikan kapitalis Barat. Mereka tidak pernah puas memerah keringat, darah, dan air mata siapapun demi mempertahankan hegemoni dan penjajahan ekonomi mereka.
Ustazah Asmaul Husna memperkuat argumennya dengan memaparkan pernyataan-pernyataan para tokoh ekonomi dunia yang mengarah pada kesimpulan bahwa agenda-agenda pemerintah Indonesia sebenarnya mengacu pada Barat.
Salah satunya adalah pernyataan Deputi Direktur Eksekutif UNWomen, Lakshmi Puri yang menyebut bahwa mendorong kewirausahaan bagi perempuan muda tidak hanya untuk menjadi pencari nafkah tetapi juga penting untuk mencapai agenda 2030 dan memberantas kemiskinan. Pernyataan tersebut sesuai dengan kampany entitas PBB untuk Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak Perempuan yang pada 15 Juli 2016 lalu meluncurkan Global Coalition of Young Women Entrepreneurs (Koalisi Global Wirausaha Perempuan Muda).
Terakhir, Ustazah Asmaul Husna mengajak para tokoh yang hadir untuk kembali pada fitrah diri yaitu menegakkan syariah Islam dalam naungan Khilafah. “Hanya syariah Islam yang mampu memuliakan perempuan secara hakiki,” pungkasnya.[]