Genosida atau pembantaian massal sedang terjadi di Aleppo, di bumi Syam yang diberkati. Bayangkan, dalam minggu-minggu ini saja, sudah lebih dari 400 orang yang terbunuh, akibat hujan bom yang dilakukan rezim Bashar Assad dengan dukungan penuh Rusia. Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia Suriah melaporkan pada Agustus yang lalu, lebih dari 1.080 tewas oleh rezim Suriah dan jet tempur Rusia. Dan tidak ada tanda-tanda serangan ini akan berhenti.
Rakyat Aleppo pun dikepung dan diblokade, diputus jalur pasokan makanan dan obatan-obatan. Ratusan ribu orang dibiarkan kelaparan dan menderita, sebagian besar mereka adalah wanita anak-anak.
Bom barel juga menyasar fasilitas-fasilitas penting masyarakat. Sebuah rumah sakit terbesar di Aleppo harus tutup akibat serangan udara Rusia dan rezim brutal Bashar. Rakyat Aleppo juga menghadapi krisis air, stasiun utama pompa air dikawasan itu dirusak. Hampir dua juta orang hidup tanpa air. Rusia dan rezim buas Bashar juga menggunakan bom-bom fosfor yang mematikan. Pada akhir September lalu, belasan serangan udara bom fosfor dan bom pembakar dilancarkan di Bestan al Qasser dan al Kallesah.
Akibat konflik di kawasan itu, diperkirakan jumlah korban terbunuh sudah mencapai lebih dari 400 ribu orang, dan lebih dari 5 juta orang mengungsi ke berbagai negara, serta 6,6 juta pendudukan kehilangan tempat tinggal.
Lantas siapa yang bertanggung jawab terhadap pembantaian ini? Jelas pelaku utamanya adalah rezim Bashar. Rakyat Suriah yang secara damai turun ke jalan bersamaan dengan Arab Spring di Timur Tengah, menuntut mundurnya Bashar Assad, disambut dengan peluru tajam, penangkapan, dan penyiksaan secara massal. Akibatnya, muncul perlawanan bersenjata terhadap rezim buas ini. Rakyat menginginkan perubahan total, bukan sekadar ganti rezim, tapi menginginkan penegakan syariah Islam dan Khilafah. Suriah pun menjadi magnet medan jihad bagi kaum Muslimin seluruh dunia. Mereka membantu membebaskan rakyat Suriah yang dizalimi. Bashar pun semakin brutal, menggunakan berbagai cara, termasuk senjata kimia untuk menghabisi rakyatnya sendiri.
Selain Bashar, penguasa-penguasa di negeri-negeri Islam, terutama penguasa Arab, juga bertanggung jawab. Sikap mereka yang diam terhadap pembantaian ini, adalah kemaksiatan besar. Bukannya, membela rakyat Suriah dan menjatuhkan diktator Assad, penguasa Arab, malah mengalihkan persoalan dengan berperang melawan ISIS. Saudi malah menyibukkan diri dalam perang Yaman, yang justru banyak mengorbankan rakyat Muslim sendiri. Turki mengirim tentaranya ke perbatasan Suriah, bukan untuk melemahkan Assad, tapi memerangi Kurdi dan ISIS. Sementara Iran yang mengklaim sebagai pembela yang tertindas, justru membela habis-habisan sang penindas untuk melayani kepentingan Amerika.
Perlu dicatat, semua kejahatan ini dalam koordinasi Amerika Serikat. Negara inilah biang kerok berbagai krisis di dunia dan menjadi ‘Mbah’nya teroris. Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, sangat khawatir terhadap perkembangan di Suriah, kalau menjadi negara khilafah sejati ala minhajin Nubuwah. Munculnya khilafah—bukan ala ISIS—mengancam kepentingan penjajahan negara-negara Barat di dunia Islam. Mereka tahu, khilafah akan menerapkan syariah Islam dan menyatukan umat Islam di dunia, sekaligus memutus rantai penjajahan di dunia Islam. Tegaknya khilafah akan menumbangkan penguasa-penguasa boneka Amerika, yang selama ini menjadi pelayan Amerika yang patuh dan setia, meskipun harus membunuh rakyat mereka sendiri.
Karena itu, Amerika tidak akan membiarkan Bashar tumbang, selama belum ada penggantinya yang juga tunduk kepada Amerika. Negara ini juga mati-matian mencegah berdirinya khilafah. Saat ini Amerika sedang menggunakan senjata ‘klasik’ penjajahan : bumi hangus atau menyerah. Amerika ingin semua pihak yang bertikai tunduk di meja perundingan atas nama perdamaian, yang tunduk kepada kepentingan Amerika. Serangan di Aleppo akan terus dilakukan, sampai para pejuang dan rakyat Aleppo menyerah.
Untuk itu Amerika menggunakan tangan Rusia, negara yang memusuhi umat Islam dengan nyata. Amerika juga membiarkan Iran dan partai setianya dari Lebanon, membantu Bashar menghancurkan umat Islam. Sementara negara-negara regional lainnya, seperti Turki, Saudi, dan negara-negara Teluk, berjalan di bawah koordinasi Amerika, untuk memuluskan kepentingan negara penjajah itu.
Bagaimana dengan kita? Kita—umat Islam—juga bertanggung jawab terhadap pembantaian ini terhadap umat Rasulullah SAW, kalau kita berdiam diri terhadap kejahatan Amerika Serikat ini, membiarkan boneka-bonekanya tetap berkuasa di bawah kendali Amerika Serikat. Termasuk, membiarkan sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan para penguasa itu, untuk melanggengkan penjajahan negara-negara imperialis. Kita juga bertanggung jawab kalau kita berdiam diri terhadap perjuangan Khilafah Islam ala Minhajin Nubuwah. Karena hanya dengan khilafah-lah persoalan ini bisa diselesaikan dengan tuntas. Khilafah akan memutus rantai penjajahan yang berpangkal pada sistem kufur dan penguasa boneka penjajah. Khilafah akan mempersatukan negeri-negeri Islam dan menjadi negara adidaya yang membebaskan negeri Islam yang ditindas. Allah Akbar! [] Farid Wadjdi