Muslimah ‘Lebih Mungkin’ Menjadi Korban Islamofobia

muslimah di eropaMenurut TELL MAMA, suatu organisasi independen yang membantu para korban anti-Muslim dan Islamofobia di Inggris,  61 persen serangan Islamofobia terjadi pada wanita yang terlihat sebagai Muslimah.

Wanita yang terlihat sebagai Muslimah lebih mungkin akan diserang di kendaraan-kendaraan umum atau di jalan, menurut sebuah laporan baru yang diterbitkan pada hari ini.

Temuan itu diperoleh setelah terdapat peningkatan tindak kejahatan dan kebencian di seluruh Inggris Raya terhadap migran dari Eropa Timur dan Muslim, setelah Inggris menyatakan akan meninggalkan Uni Eropa.

Awan, dalam pidato di parlemen yang merupakan seorang aktivis hak-hak sipil, juga berbicara bagaimana Brexit telah membantu memprovokasi dan memberdayakan publik Inggris untuk bersikap Islamophobia.

Penelitian ini dilakukan selama beberapa tahun, dan merupakan bagian penting dari penelitian yang melibatkan wawancara dengan para korban Islamofobia.

Dalam penelitian itu Awan dan rekannya, Zempi,  menyamar dengan berpura-pura  agar “lebih terlihat” sebagai Muslim, dalam upaya untuk memahami skala masalah Islamofobia di ruang publik.

Setelah berpura-pura menjadi seorang wanita Muslim selama sebulan, Zempi berbicara bagaimana dia setiap hari menghadapi caci-maki ketika berpakaian sebagai seorang Muslimah, dan mengatakan bahwa jika dia berpura-pura menjadi Muslimah sebulan lagi, mungkin dia akan menghadapi serangan fisik.

Sementara rekannya Awan menumbuhkan jenggot untuk lebih terlihat sebagai Muslim sebagai bagian dari penelitian tersebut.

“Saat saya mulai memakai ‘pakaian Muslim’ saya melihat bagaimana orang-orang yang duduk di samping saya akan segera berdiri.”

Zempi juga mengatakan kepada para hadirin di parlemen bagaimana orang biasa memanggil dirinya sebagai “Ninja, Hantu wanita, Tukang sampah dan Penyihir,” yang menunjukkan bahwa penggunaan bahasa menandakan bagaimana insiden kejahatan kebencian terhadap Muslim lebih menargetkan wanita.

Selama pengalamannya berpakaian sebagai Muslimah, Zempi juga mengatakan bahwa “tidak ada orang yang  berusaha campur tangan” untuk menghentikan perlakuan buruk itu atau membantunya saat dia diganggu di jalan.

Keduanya mengatakan bahwa pengalaman terlihat sebagai Muslim sebagai bagian dari penelitian membuat mereka merasa menjadi orang yang tidak diinginkan, rentan dan dipertanyakan apakah mereka adalah bagian dari masyarakat Inggris.

Laporan yang diterbitkan oleh organisasi yang membantu para korban kejahatan dan kebencian anti-Muslim TELL MAMA itu menunjukkan bahwa laporan kejahatan kebencian anti-Muslim di ruang publik telah meningkat sebesar 326 persen pada tahun 2015. (middleeasteye.net, 12/10/2016)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*