Jawab Soal: Peran Internasional Dalam Krisis Suriah!

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Peran Internasional Dalam Krisis Suriah!

 

Pertanyaan:

“Hollande menyifati serangan Rusia terhadap Aleppo sebagai “kejahatan perang” (BBC arabic, 20/10/2016). Hal itu setelah berlangsung perayaan pembukaan pusat kebudayaan dan agama Ortodoks Rusia di Paris tanpa kehadiran Putin. Perayaan itu berlangsung pada 19 Oktober 2016 dimana juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada tanggal 11 Oktober 2016 telah menyatakan bahwa presiden Putin memutuskan membatalkan kunjungan resminya ke Paris yang direncanakan pada 19 Oktober ini. Pembatalan itu akibat presiden Prancis mengumumkan keraguannya dalam menyambut Putin di Paris. Hal itu setelah Rusia menggunakan veto menentang rancangan Prancis tentang Suriah yang menimbulkan ketegangan hubungan… Apa sebab hal itu? Apa pengaruhnya terhadap hubungan Rusia Eropa? Apakah kejadian ini akan menyebabkan perubahan pihak-pihak internasional yang aktif dalam krisis Suriah? Dengan ungkapan lain apakah akan ada peran untuk Uni Eropa dan peran Rusia memudar? Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik kepada Anda.

 

Jawab:

Supaya jelas sebab hal itu dan pengaruhnya dan apakah akan menyebabkan perubahan pihak-pihak internasional yang aktif… kami paparkan perkara-perkara berikut:

Pertama: ide kerjasama internasional (international partnership) yang diaktifkan oleh pemerintahan Obama memunculkan pemberian tugas kepada Russia dengan misi internasional di Suriah. Ini adalah fakta di Washington. Hal itu diucapkan oleh beberapa politisi Rusia ketika mereka berbicara tentang arogansi Amerika dalam mendiskusikan masalah Suriah dengan Rusia. Amerika lah di belakang penugasan Russia dengan misi perang dan penghancuran di Suriah… Demikian juga Amerika berada di belakang dijauhkannya Eropa khususnya Inggris dan Prancis dari ikut camput dalam solusi krisis Suriah. Rusia percaya bahwa misi internasional ini akan secara otomatis mengantarkan Rusia menjadi negara yang berfungsi dalam pentas internasional. Akan tetapi Rusia terkejut setiap kali Amerika menolak mengikutsertakan Rusia dalam isu-isu lainnya. Hingga dalam krisis Ukraina yang sangat sensitif bagi Rusia, Amerika memandang bahwa kerjasamanya dengan Rusia di Suriah tidak mengantarkan kepada pengakuan atas kepentingan Rusia di Ukraina. Suriah adalah satu masalah dan Ukraina adalah masalah yang lain.

Begitulah, Rusia muncul secara internasional disebabkan intervensinya di Suriah dan kemiliterannya kembali tampil di depan. Meski ada kritik dari beberapa politisi di Washington terhadap politik kerjasama internasional (international partnership) ini. Dokumen yang ditulis oleh lima puluh diplomat di kementerian luar negeri Amerika menuntut pemerintah Obama menyelesaikan krisis Suriah secara unilateral, tanpa Rusia. Namun penggunaan Rusia merupakan politik yang dijalankan di Washington. Politik Amerika ini dan hasilnya berupa munculnya Rusia dalam kancah internasional memicu kemarahan besar di barat Eropa…

Kedua: Rusia memandang posisi internasionalnya makin kuat disebabkan Suriah dan bahwa pakaian keagungan telah kembali kepada Rusia melalui kemiliterannya dan pertemuan-pertemuan Kerry-Lavrov tentang Suriah. Rusia dimainkan oleh Amerika dalam mengucilkan Eropa dari Suriah. Rusia senang, Amerika membatasi krisis Suriah antara Amerika dan Rusia saja, apalagi Rusia merupakan pihak luar yang dimasukkan ke kawasan pengaruh Amerika dengan penugasan dari Washington… Akan tetapi secara internasional, tampak bahwa Rusia berbeda. Seperti halnya Amerika, Rusia tak mempedulikan negara besar di Eropa. Mungkin negara-negara Eropa menunggu agar Rusia tidak mencontoh Washington, akan tetapi menjadi penolong dalam menghancurkan hegemoni Amerika terhadap konstelasi internasional… Begitulah, berjalannya Rusia secara penuh mengikuti Amerika memicu kemarahan Eropa secara besar.

Ketiga: Amerika merupakan barier utama dalam pengucilan Eropa dari krisis Suriah. Amerika membatasi masalah antara Amerika dan Rusia saja. Akan tetapi pada waktu terakhir terlihat Eropa menemukan jalan untuk menghancurkan barier ini dengan harapan bisa masuk ke krisis Suriah sebagai berikut:

  1. Selama bulan-bulan terakhir, Amerika berusaha keras untuk merealisasi keberhasilan dalam solusi krisis di Suriah. Hal itu untuk merealisasi keberhasilan yang bisa dicatat untuk presiden Obama yang akan segera lengser. Demikian juga untuk mendukung kampanye demokrat Hillary Clinton dalam pemilu presiden Amerika. Ini menuntun kepada diadakannya kesepakatan-kesepakatan Amerika Rusia dan intensifikasi Russia dalam melakukan pemboman brutal terhadap kota Aleppo. Yang terakhir adalah kesepakatan Amerika Russia untuk menghentikan aksi-aksi penyerangan di Suriah pada 9 September 2016.
  2. Warga Suriah menolak kesepakatan. Mereka menolak rencana Amerika. Mereka diikuti oleh semua revolusioneris yang mukhlis. Sampai mereka yang memiliki sedikit rasa malu tidak mampu menanggung kehinaan kesepakatan itu, maka mereka menolaknya. Penolakan itu mencapai puncaknya dengan menolak kerjasama dengan pasukan khusus Amerika yang dimasukkan oleh Erdogan dalam operasi “perisai Eufrat”. Amerika berpandangan harus diintensifkan pemboman secara lebih brutal atas Aleppo dengan harapan akan berpengaruh terhadap warga Suriah dan kombatan, sehingga mereka menerima rencana Amerika atau sesuatu dari rencana itu, yang bisa dicatat sebagai keberhasilan untuk Obama sebelum akhir masa pemerintahannya… Dan karena Amerika menampakkan dirinya bersama oposisi, maka Amerika memunculkan ketegangan dengan Russia untuk memperlihatkan Amerika seperti menentang pemboman brutal oleh Russia… sampai-sampai ada deklarasi Amerika mengakhiri kerjasama dengan Russia di Suriah…
  3. Begitulah, tampak perang kata-kata antara Russia dan Amerika yang mencapai puncaknya pada pertemuan Sidang Umum di New York selama dua hari 20-22 September 2016… Ini adalah kebuntuan Amerika yang baru di Suriah dan mengantarkan Amerika ke “rehat gencatan” yakni kegagalan penyelesaian Kerry-Lavrov dan Amerika mengumumkan mencari opsi lain. Ini adalah kesempatan bagi Eropa untuk menghancurkan barier Amerika. Maka negara-negara Eropa menggaungkan dari New York selama Sidang Umum berakhirnya solusi Kerry-Lavrov untuk krisis Suriah. Eropa mulai memanfaatkan ini dengan kuat agar Eropa memiliki peran di samping Amerika dalam krisis Suriah… Kemudian Eropa mulai melebarkan jurang antara Amerika dan Russia dengan harapan meyakinkan Amerika untuk mendepak Russia dari Suriah. Inilah yang menumbuhkan ketegangan baru antara Eropa dan Russia.

Keempat: maka wajar saja di depan kesempatan baru dan Eropa melihat peluang untuk menghancurkan barier Amerika, wajar saja mulai keluar pernyataan-pernyataan dan inisiatif-inisiatif Eropa dalam upaya untuk masuk ke krisis Suriah. Yang terdepan adalah Prancis. Diantara hal itu adalah:

  1. Seiring dengan deklarasi Amerika secara resmi berakhirnya kerjasama Amerika dengan Russia di Suriah, Prancis pun maju ke depan. Terjadilah deklarasi proyek Prancis di Dewan Keamanan untuk menetapkan penghentian aksi peperangan. Russialah yang dimaksudkan. Prancis menyiapkan jalan untuk proyeknya ini dengan kunjungan menteri luar negeri Prancis, Ayrault, ke Moskow pada 5 dan 6 Oktober 2016 untuk meyakinkan pihak Russia akan proyek Prancis tersebut… Proyek Prancis menuntut larangan zona terbang di atas Aleppo. Dan itu bertentangan dengan kesepahaman Amerika Suriah sebelumnya tentang pentingnya kelanjutan pengintensivan pemboman untuk menundukkan revolusioneris. Karena itu Russia keberatan selama kunjungan menteri luar negeri Pracis ke Russia itu. Dari pihaknya Russia mengatakan bahwa proyek Prancis menyederhanakan perkara dan dari pihak lain Russia mendengarkan siapa yang menolak. Kelanjutan upaya Prancis untuk menyukseskan proyeknya, menteri luar negeri Prancis juga mengunjungi Washington setelah Moksow untuk menjamin dukungan Amerika untuk proyek tersebut di Dewan Keamanan.
  2. Russia memveto upaya Prancis itu di Dewan Keamanan pada 8 Oktober 2016… Begitulah meletuslah ketegangan antara Russia dan Prancis bersama negara-negara Eropa yang memandang Russia sebagai barier baru yang menghalanginya untuk masuk ke krisis Suriah. Seolah-olah Amerika menciptakan kesempatan untuk negara-negara Eropa melakukan itu setelah Amerika yakin akan konsistensi Russia terhadap peran yang diwakilkan padanya oleh Amerika.
  3. Kunjungan presiden Russia Putin ke Paris yang direncanakan pada 19 Oktober 2016 bersamaan waktunya dengan ketegangan dalam hubungan Russia Prancis. Meskipun kunjungan itu adalah kunjungan pribadi untuk membuka pusat kebudayaan Russia dan gereja ortodoks, namun telah ada kesepakatan partisipasi presiden Prancis kepada Putin selama pesta pembukaan ini. Karena ketegangan ini, presiden Prancis pada 10 Oktober 2016 mengumumkan keraguannya dalam menyambut Putin selama kunjungan pribadinya itu. Pada waktu yang sama Kremlin mengumumkan bahwa Moskow melanjutkan persiapan seperti biasanya untuk kunjungan presiden Russia. Begitulah, Russia berada dalam posisi sulit dimana Prancis mengumumkan bahwa presiden Prancis selama kunjungan Putin itu akan membahas dengan Putin krisis Suriah saja dan tidak akan berpartisipasi dalam perayaan pembukaan yang direncanakan sebagai basa basi. “Pemimpin Prancis mengatakan bahwa dia tidak melihat kemungkinan kunjungan sejawatnya presiden Russia ke Paris kecuali dengan anggapan ditujukan hanya membahas masalah Suriah. Hollande mengatakan, “saya tidak bertekad menemani Putin selama perayaan “pembukaan pusat kebudayaan Russia” akan tetapi saya siap untuk melanjutkan pembahasan masalah Suriah saja. Ini yang ditegaskannya kepada presiden Russia” (Russia today, 11/10/2016). Maka Russia marah dan mengumumkan di Moskow pada 11 Oktober 2016 pembatalan kunjungan presiden Russia ke Paris. Begitulah, ketegangan Prancis Russia mencapai tingkat tinggi.
  4. Peningkatan tensi oleh Prancis berlanjut: “Paris: surat kabar lokal Prancis menyatakan bahwa presiden Francois Hollande mengatakan tidak bertekad untuk meredakan tekanan dari Russia disebabkan dukungan Russia kepada pemerintah Suriah dalam perang melawan oposisi. Akan tetapi dia tetap siap bertemu dengan presiden Russia, Vladimir Putin, untuk membahas perang yang sedang berkecamuk” (Reuters arabic, 16/10/2016).
  5. Presiden Prancis, Francois Hollande, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada kamis 20 Oktober 2016 mengkritik keras serangan udara yang dilancarkan Russia dan rezim Suriah terhadap kota Aleppo. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers bersama dalam penutupan KTT Prancis – Jerman – Russia di Berlin. Hollande mendeskripsikan serangan-serangan ini sebagai “kejahatan perang”… Dari pihaknya, Merkel mendeskripsikan serangan-serangan Russia dan Suriah atas Aleppo sebagai “tidak manusiawi”… (BBC arabic, 20/10/2016).

* Inilah sebab eskalasi tensi hubungan Prancis Russia di mana muncul berbagai kejadian khususnya krisis Suriah … Apalagi Prancis, seperti halnya Russia, tidak bagus dalam melakukan manuver politik. Artinya, ketegangan itu mengantarkan kepada ketegangan lebih tinggi dan telah mencapai tingkat terjadi kontraksi dalam hubungan kedua negara…

Kelima: adapun tentang pengaruh ketegangan hubungan Russia Prancis dalam hubungan Eropa secara umum dan dampak dari hubungan itu adalah sebagai berikut:

  1. Ketegangan Russia Prancis adalah ketegangan dalam hubungan Russia dengan Eropa seluruhnya, khususnya negara-negara Eropa yang berpengaruh, Inggris dan sampai tingkat tertentu Jerman… Sikap Prancis dan keputusannya di Dewan Keamanan mencerminkan Uni Eropa, termasuk di dalamnya Inggris yang masih menjadi anggota Uni Eropa. Bahkan Inggris mengkoordinasikan politiknya dengan Prancis secara besar. Prancis dengan kebiasaannya yang terburu-buru dan keberaniannya tanpa kesadaran, merefleksikan mata tombak untuk Uni Eropa dan untuk Inggris secara khusus dalam politik internasional. Yang paling mengisyaratkan hal itu adalah cepatnya perubahan ketegangan Russia Prancis sampai menjadi ketegangan Inggris dengan Russia. “Tak lama setelah pemungutan suara di Dewan Keamanan, delegasi Inggris dalam pidatonya menegaskan dengan keras bahwa veto Russia mencerminkan “aib” yang kita tahu tetang aksi Russia” (Al-‘Arabiya.net, 8/10/2016). Middle east on line juga menyebutkan pada 11 Oktober 2016, “Johnson mengatakan kepada parlemen, “Jika Russia terus melanjutkan aksinya saat ini saya yakin bahwa negeri besar tersebut terancam menjadi negara (bangsa) berkasta rendah”. Ia menyerukan kelompok-kelompok anti perang melakukan demonstrasi protes di depan kedubes Russia. “Saya akan senang melihat demonstrasi di luar kedubes Russia” (Reuters). Ia melanjutkan, “semua bukti yang ada menunjukkan tanggungjawab Russia dari aksi mengerikan tersebut”, ia menunjuk pada serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan”. Hari berikutnya muncul reaksi Russia sesuai yang dinyatakan oleh Sputnik Russia pada 12 Oktober 2016, “kementerian pertahanan Russia menilai bahwa klaim Johnson itu akibat penyakit saraf yang menyerang orang yang membenci orang lain. Juru bicara Kementerian Pertahanan Russia, Igor Konashenkov mengatakan bahwa klaim Johnson mencerminkan gejala “Russophobic hysteria” –histeria phobi terhadap Russia-, yang juga diderita oleh sebagian pemimpin politik Inggris”… Kemudian, juga ada pernyataan yang sudah disebutkan di atas: “Hollande mendeskripsikan serangan-serangan ini sebagai “kejahatan perang”… Dan dari pihaknya, Kanselir Jerman Angela Merkel menyifati serangan-serangan Russia dan Suriah terhadap Aleppo sebagai “tidak manusiawi” (BBC arabic, 20/10/2016).Tensi dengan Russia berlanjut hingga mencakup Uni Eropa. Muncul suara-suara di Eropa atas wajibnya menekan Russia dan menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap Russia disebabkan Suriah… Begitulah, Prancis, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya terus meningkatkan tensi hubungannya dengan Russia, mengungkapkan penolakannya terhadap Russia dan politiknya. Semua itu dengan harapan negara-negara Eropa bisa memiliki tempat dalam krisis Suriah sebagai isu nomor satu secara internasional. Di dalam niat negara-negara itu tidak ada kebaikan untuk kaum Muslim. Masalahnya bagi negara-negara Eropa bukanlah pembantaian yang dilakukan Russia terhadap kaum Muslim di Suriah, sebab sikap negara-negara ini tidak berbeda banyak dari sikap tidak peduli dengan darah yang mengalir bak sungai di Suriah selama enam tahun ini. Melainkan masalahnya bagi negara-negara itu adalah agar negara-negara itu ikut serta sebagai negara besar dalam solusi Suriah…
  1. Berbagai peristiwa mengalami percepatan di Uni Eropa sesuai tensi dalam hubungan Prancis Russia. “Inggris dan Prancis menyeru Uni Eropa untuk mengecam operasi udara Russia di Suriah dan menjatuhkan sanksi-sanksi lebih terhadap Moskow… Menteri luar negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan bahwa tekanan terhadap Russia harus kuat. Ia mengisyaratkan kepada bahwa Uni Eropa harus menampakkan sikap yang sama yang bisa menghentikan apa yang dideskripsikannya sebagai pembantaian penduduk di Aleppo. Inggris dan Prancis ingin menjatuhkan larangan bepergian terhadap 20 warga Suriah. Demikian juga tambahan 12 warga Russia dalam daftar sanksi-sanksi tambahan terhadap 200 lainya, diantaranya tiga warga Iran. Hal itu karena peran mereka dalam perang yang berkecamuk di Suriah…” (Al-Jazeera, 17/10/2016)… Begitu juga masalah sanksi finansial jadi dilakukan tanpa dikeluarkannya keputusan sanksi. “Russia today mengumumkan bahwa bank Inggris membekukan semua rekening bank di bawah Russia today tanpa ada penjelasan sebab di belakang keputusan itu… Russia today mengutip dari Pemimpin Editor Margarita Simonyan yang mengatakan melalui tweetnya di akun tweeter “mereka menutup semua rekening kami di Inggris, semua rekening! Keputusan itu tidak bisa direvisi…” (Al-Jazeera, 17/10/2016)… “Para pemimpin Eropa mendiskusikan hubungan mereka dengan Russia di Brussels pada Kamis 20 Oktober 2016. Diantara opsi yang disodorkan adalah menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Moskow akibat operasinya di Suriah…” (Reuters arabic, 19/10/2016).
  2. Jika tensi dalam hubungan Prancis dan Eropa dengan Russia makin meningkat maka pintu pergolakan antara Russia dan Eropa akan meningkat. Dampak-dampaknya mulai tampak di Ukraina atau kawasan lainnya di timur Eropa. Negara-negara Eropa telah menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Russia… Sebab meningkatnya tensi dalam hubungan Russia dengan Eropa banyak, bukan hanya terbatas pada krisis Suriah meskipun sangat penting secara internasional. Jika Russia tidak berinisiatif berlaku bijak dalam berinteraksi dengan Eropa, maka Russia akan menjadi pihak yang paling merugi dari memburuknya hubungan Russia dengan Eropa. Di tengah munculnya Russia dalam krisis Suriah, Russia tidak menunjukkan sikap bijak yang memadai dalam hubungan internasionalnya. Pada waktu dunia membicarakan kejahatan perang di Suriah, Russia kembali meningkatkan tensi pembomannya terhadap Aleppo. Hal itu mucul dari pendeknya pandangan politis pemimpin Russia. Mereka hari ini merasa yakin terhadap hubungannya dengan Amerika. Mereka tahu bahwa tensi yang terlihat dalam hubungan Russia dengan Amerika tentang Suriah tidak riil. Di tengah tensi ini, kementerian luar negeri Amerika mengumumkan diselenggarakannya pertemuan antara Kerry dan Lavrov di Laussane. Pertemuan itu benar-benar dilakukan pada 15 Oktober 2016, setelah menyertakan sebagian pengikut untuk menjaga raut muka; sebab sebelumnya telah diumumkan penghentian pertemuan dengan Russia, sementara sekarang justru bertemu dengan Russia! Pada waktu yang sama Eropa dipinggirkan kehadirannya!
  3. Tampaknya Russia telah memahami kebuntuan yang dialami Amerika dan bahwa Amerika menjadikan Russia ujung tombak dalam pemboman brutal. Russia juga telah paham bahwa Eropa memanfaatkan tensi yang dibuat-buat antara Amerika dan Russia, sehingga Eropa berteriak menentang serangan-serangan brutal Russia… Maka Russia ingin menurunkan tekanan Eropa ini. Russia pun mulai berbicara tentang masalah gencatan senjata. “Russia telah mengumumkan tentang “gencatan senjata kemanusiaan” di dalamya dihentikan pemboman Russia atas kota Aleppo Suriah. Russia mengatakan bahwa Russia akan menghentikan pembomannya atas kota Aleppo selama hari Kamis 20 Oktober 2016 untuk jangka waktu delapan jam mulai pukul 8 pagi waktu setempat pukul 5 waktu GMT hingga pukul 4 sore … Langkah ini bersamaan waktunya dengan berita tewasnya 14 orang berasal dari satu keluarga selama pemboman udara terhadap Aleppo… (BBC arabic, 17/10/2016)… Demikia juga Putin setuju membahas masalah Suriah dengan orang-orang Eropa setelah ia menolak membahasnya dengan Hollande. “Kepresidenan Prancis kemarin mengumumkan bahwa presiden Prancis Hollande dan presiden Russia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel akan menggelar pertemuan kerja “mencakup krisis Suriah, pada hari Rabu di Berlin…” (kantor berita Khaleej Newspaper, 19/10/2016).

* Begitulah, tensi yang terjadi dalam hubungan Prancis Russia telah merefleksikan peran Uni Eropa dan akhirnya Russia berada dalam kebuntuan dengan Eropa. Russia berusaha mengadakan jalan keluar dari kebuntuan ini. Maka Russia bertemu dengan Uni Eropa dan membahas krisis Suriah setelah sebelumnya menolak membahasnya dengan Hollande yang menyebabkan pembatalan kunjungan Putin dan meningkatnya eskalasi peristiwa dari sebelumnya…

Keenam: adapun apakah peristiwa-peristiwa itu menghasilkan perubahan dalam pihak-pihak regional atau internasional yang punya hubungan dalam krisis Suriah… maka tidak diprediksi akan terjadi perubahan dalam hal itu. Pihak-pihak yang aktif secara internasional tetap itu itu juga, yakni tetap Amerika dan proxynya yakni Russia, Iran, Turki, dan Saudi. Adapun Uni Eropa maka porsinya tetap tidak punya bobot. Bukti hal itu adalah, meskipun eskalasi dalam intonasi Eropa melawan Russia dan upaya kerasnya untuk dekat dengan Amerika agar punya peran dalam krisis Suriah, namun Amerika menyerukan pertemuan Laussane pada 15 Oktober 2016 dan mengucilkan Eropa. Sementara itu Russia berada di samping Amerika di dalam konferensi tersebut bagaimanapun apa yang diperlihatkan oleh Amerika berupa pemutusan dengan Russia dan tensi dalam hubungan…! Ketika Amerika melihat Eropa gusar dengan masalah ini, Amerika menyerukan pertemuan dengan Eropa untuk menyenangkan pada 16 Oktober 2016 tanpa kehadiran pihak-pihak lain dan bertukar pembicaraan dengan mereka tanpa ada sesuatu yang signifikan dalam pertemuan itu…

* Karena itu yang lebih rajih bahwa peran internasional dalam krisis Suriah akan tetap terbatas pada Amerika dan proxynya yakni Russia, kemudian para pengikut.

Ini dari sisi pihak-pihak internasional dan regional. Mereka membuat konspirasi dan tipu daya akan tetapi di Syam dan selain Syam ada orang-orang mukhlis untuk Allah SWT yang membenarkan Rasulullah saw, mereka tidak akan memberi kemungkinan Amerika, Russia dan para pengikutnya merealisasi konspirasi dan rencana buruk mereka untuk stabil di Syam, akan tetapi kondisi mereka dengan izin Allah akan seperti kelompok mereka sebelumnya:

﴿قَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari.” (TQS an-Nahl [16]: 26)

 

19 Muharram 1438 H

20 Oktober 2016 M

 

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/40037.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*