Ratusan Mahasiswi Hadiri Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban II Kendari
HTI Press, Kendari. Tidak kurang 600 mahasiswi dari berbagai kampus di Kendari dan sekitarnya hadiri Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban (KMIP) Jilid II di Gedung Islamic Center dengan tema “Reaktualisasi Peran Hakiki Intelektal Muda Islam dalam Mewujudkan Kembali Peradaban Islam” yang digelar Lajnah Khusus Mahasiswi (LKI) DPD I Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Ahad (23/10/2016). Acara ini bertujuan untuk menggambarkan identitas intelektual muda Muslim dan peran hakikinya dalam membangun peradaban Islam.
Berbeda dengan konsep acara sebelumnya, kali ini dirangkaikan dengan Pameran Peradaban Islam yang menampilkan poster-poster kegemilangan peradaban Islam dibidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan sains teknologi. Tak hanya itu, pameran ini juga menampilkan potensi yang dimiliki umat Islam pada abad 21 sehingga para peserta bisa semakin tergambar bahwa mewujudkan peradaban Islam bukanlah sesuatu yang utopis.
“Sejak 1924 hingga saat ini sudah 92 tahun runtuhnya Khilafah Islamiyyah generasi runtuhnya Khilafah Islamiyyah generasi muda tidak lagi mengenal peradaban Islam. Sejak itu pula, kaum muslimin di dunia terpecah belah menjadi lebih dari 50 negara nasionalis yang tidak terikat ikatan Islam,” ungkap pembicara I Jumartin Gerung, S.Si., M. Kes, Ketua MHTI Chapter UHO.
Jumartin kemudian menjelaskan bahwa sekalipun dunia Islam terpecah belah, namun benih-benih kebangkitan Islam terus tumbuh untuk mengembalikan Khilafah Rosyidah abad 21.
“Adapula tantangan yang akan dihadapi untuk mencapai cita-cita tersebut. AS dan negara-negar kafir yang membenci dengan kebangkitan Islam berusaha menjauhkan intelektual muda Muslim dari kebangkitan Islam dengan isu Islam moderat,” tambahnya di hadapan sekitar 600 mahasiswi yang hadir.
Sementara itu, Faizah Majid, S.Pd, Koordinator LKM DPP MHTI, selaku pembicara kedua menyebut banyak ditemukan upaya-upaya dari berbagai kelompok untuk mengembalikan kejayaan Islam. Namun, upaya tersebut belum juga membuahkan hasil.
Ibu Faizah menjelaskan bahwa metode yang sudah dilakukan tersebut di antaranya lewat demokrasi, perbaikan sosial ekonomi, perbaikan individu, metode people power, dan metode kudeta.
“Metode ini jelas saja menemui kegagalan karena tidak mengikuti tuntunan Rasulullah saw dalam mendirikan Negara Islam. “Metode dakwah Rasulullah terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan, tahap interaksi dan perjuangan di tengah umat dan terakhir adalah tahap penerapan hukum syara. Inilah yang harus menjadi pedoman kita untuk menegakkan Khilafah,” bebernya.
Kaum muslim di seluruh dunia memiliki kewajiban untuk menegakkan Khilafah dan para pemuda semestinya menjadi garda terdepan dalam perjuangan tersebut. Maka, pembicara kedua mengajak para peserta untuk meneladani para pemuda Muslim di masa lalu, teladan terbaik yang telah mengantarkan kepada terwujudnya kejayaan Islam. Saatnya intelektual muda bangkit tegakkan Khilafah![]