Aksi damai 4 Nopember yang diikuti sejuta atau setidaknya ratusan ribu umat Islam dan ulama dinilai spektakuler dan menunjukkan keadaban.
“Saya fikir, aksi kemarin sepektakuler dan sudah menunjukkan keadaban dari umat Islam untuk menyampaikan aspirasi dengan damai,” ujar Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto kepada mediaumat.com, Sabtu (05/11/2016).
Menurutnya, aksi tersebut sebagai bukti kesatuan umat. Umat terpanggil oleh karena jiwa tauhid yang tidak terima Al-Qur’an dinistakan begitu rupa. Umat hadir dalam jumlah yang sangat besar, sangat spektakuler. Yang digerakan bukan oleh siapa-siapa tetapi oleh keimanan mereka, mereka datang dari berbagai kota bahkan kota-kota yang jauh bahkan banyak juga yang dari luar pulau Jawa dengan ongkos sendiri. yang datang juga dari berbagai lapisan, selain ulama dan pemuda nampak juga anak-anak, para pejabat dan anggota DPR.
Tapi, lanjut Ismail, keadaan bisa berubah dengan drastis manakala pemerintah sudah berjanji akan menyelesaikan dalam dua minggu lalu ternyata tidak seperti yang dijanjikan. Itu sangat berbahaya.
“Ini kalau sampai tidak selesai. Selesai di sini dihukum ya. Saya tidak tahu lagi, apa yang bakalan terjadi. Karena itu, saya pikir, aparat harus segera menyelesaikan, lebih cepat lebih baik,” tegasnya.
Ismail pun mengingatkan umat Islam agar terus menjaga momentum kesatuan untuk hal lebih besar lagi. Karena kalau berbicara pengertian penghinaan Al-Qur’an ada dua makna. Pertama, penghinaan dengan kata-kata seperti yang dilakukan Ahok tersebut. Kedua, penghinaan dengan tidak menegakkan hukum-hukum dari Al-Qur’an.
“Jadi, di samping Ahok menistakan Al-Qur’an, sebenarnya sistem rezim dan sistem di negeri ini menistakan Al-Qur’an, karena tidak menegakkan hukum-hukum dari Al-Qur’an. Nah, ini juga tema yang harus menjadi perhatian umat. Akan sangat progresif sekali bila selanjutnya ada aksi untuk menentang penistaan jenis kedua ini,” pungkasnya. (mediaumat.com, 5/11/2016)