Intelektual Muda Babel Sepakat untuk Kembali Menjadi Pelopor Perubahan
HTI Press, Pangkalpinang. Di tengah krisis identitas pemuda muslim kala ini, puluhan mahasiswi Bangka Belitung telah memberi harapan bagi terwujudnya peradaban Islam di abad ke-21. Bergabung dalam forum Seminar Mahasiswi Islam untuk Peradaban (SMIP) II yang diselenggarakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD I Kepulauan Bangka Belitung (Babel) di Badan Diklat Babel, Air Itam pada Ahad (31/10) lalu, puluhan mahasiswi ini sepakat untuk mengembalikan peran intelektual muda menjadi pelopor perubahan masyarakat dengan Islam sebagai landasan aktivitasnya.
Bersesuaian dengan tema forum ini “Reaktualisasi Peran Intelektual Muda untuk Mewujudkan Peradaban Islam”, MHTI Babel melalui Ketua DPD I MHTI Babel, Novita Ertiana berharap agar para mahasiswi muslimah menyadari tantangan terkini yang harus dihadapi intektual muda dalam arus globalisasi-kapitalisme sekaligus bangkit dengan potensi Islam untuk melawan tantangan tersebut.
“Mahasiswi muslimah saat ini dijadikan aset dan sasaran untuk menjalankan gaya hidup kapitalis yang berorientasi materi, gaya hidup yang sudah jauh dari Islam. Inilah tantangan besar yang harus kita hadapi. Karenanya, kita harus bangkit, kita tidak bisa diam!” ujar Novita dalam opening speech-nya membuka seminar ini.
Potensi Islam yang dimiliki intelektual muda, lebih lanjut ditegaskan Vona Mayasari dalam materi seminar yang pertama, saat ini telah dianggap sebagai ancaman oleh kaum kafir penjajah Barat. Karenanya, demi mengekalkan cengkeraman penjajah kapitalis di negeri-negeri kaum Muslim, mereka menjauhkan potensi ini dari kaum muslimin itu sendiri.
“Intelektual muda menjadi sasaran hembusan Islam-phobia, penjauhan Quran dalam kehidupan sehari-hari, dijadikan aktor yang mengekalkan cengkeraman penjajah dengan menyebarluaskan opini liberalisme dan Islam moderat,” tegas Vona.
Untuk itu, Masitoh sebagai pembicara kedua menyatakan di sinilah pentingnya kesadaran yang harus dimiliki mahasiswi.
“Untuk mengubah keadaan yang buruk, kita terlebih dahulu harus menyadari bahwa keadaan yang ada memang sedang buruk. Dalam perjuangan mengubah keadaan masyarakat yang buruk saat ini, intelektual mudalah yang seharusnya ambil bagian dan menjalankan perannya sebagai agen perubahan sebagaimana generasi muda di masa kegemilangan Islam dahulu. Intelektual muda seharusnya bergabung dalam langkah menegakkan kembali Khilafah Islamiyah dengan thariqah ummah,” ungkapnya.
Masitoh juga menegaskan keberadaan Khilafah sebagai sistem yang berbeda dengan sistem Demokrasi saat ini. Untuk mewujudkannya juga hanya melalui metode shahih sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dahulu dan yang saat ini sedang diupayakan oleh Hizbut Tahrir dalam aktivitas perjuangannya mewujudkan peradaban Islam.
“Untuk mengetahui bagaimana metode shahih menegakkan Khilafah, ikutilah perjalanan perjuangan Hizbut Tahrir! Temui dan diskusilah dengan anggota Hizbut Tahrir! Ayo berjuang, belajar, dan temukan kebaikan bersama Hizbut Tahrir!” seru Masitoh saat menutup sesi diskusi.
Seruan ini mendapat respon positif dari puluhan peserta forum yang dibuktikan dengan bubuhan tanda tangan seluruh peserta dalam spanduk hasil kesepakatan SMIP Pangkalpinang. Puluhan intelektual muda yang berasal dari beberapa kampus yang ada di Pangkalpinang dan sekitarnya ini pun siap mengikuti lebih lanjut pertemuan muslimah yang akan dilaksanakan MHTI Babel di masa mendatang. [] sn