Dunia terus menonton pembantaian mengerikan muslim Myanmar. Kebrutalan terhadap muslim Myanmar benar-benar tidak bisa diterima akal sehat dan hati nurani manusia. Pada hari Selasa (15/11/2016), Lebih dari 100 orang anggota kelompok minoritas Rohingya telah tewas dalam operasi kontra pemerintah di negara bagian barat Rakhine. Begitu pernyataan organisasi pendukung Muslim Rohingya. Ko Ko Lin mengatakan, menurut penduduk desa, sedikitnya 150 orang telah tewas oleh pasukan keamanan sejak Sabtu lalu. Ia menuduh bahwa pemerintah berusaha untuk menutupi pembunuhan dengan membatasi akses media dan bantuan sejumlah kelompok dari daerah lain.
Pemerintah mengatakan para penyerang membakar ratusan rumah, tetapi kelompok hak asasi menyalahkan tentara atas tindakan tersebut. Kelompok Human Rights Watch (HRW) telah menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi 430 bangunan yang hancur. Kekerasan terus terjadi di Myanmar yang dipicu oleh kekejaman militer dengan membunuh puluhan suku Rohingya dan menangkan 230 suku Rohingya.
Sekitar 1,3 juta Muslim tinggal di Burma. Sementara pemerintah menolak untuk memberi mereka kewarganegaraan, dan memperlakukan mereka sebagai para imigran ilegal yang datang dari Bangladesh. Dengan didengar dan disaksikan dunia, kaum Muslim dibantai dan dijadikan obyek kejahatan yang paling keji, namun tidak seorang pun yang bergerak untuk menolongnya.
Kebijakan keji pemerintah Myanmar menetapkan bahwa bayi-bayi Rohingya yang lahir di luar pernikahan resmi yang diakui pemerintah ditempatkan pada daftar hitam yang melarang mereka untuk masuk sekolah dan menikah. Seorang pasangan Rohingya harus membuat permohonan terlebih dulu sebelum mencoba untuk menikah; sering adanya penolakan oleh pemerintah, serta kebijakan yang ketat untuk memiliki hanya dua anak hanya diperuntukkan bagi Rohingya.
Hal yang membuat keprihatinan yang semakin mendalam adalah sikap diamnya para penguasa kaum Muslim di berbagai negeri. Seolah mereka mengikuti Amerika dan Barat sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Mereka diam saja tetap tidak bergerak sedikitpun. Ini adalah buah dari penerapan sistem nation state di Dunia Islam. Dengan paham kebangsaan, seolah kaum Muslim terlepas dari ikatan mereka yang satu, tauhid. Mereka merasa asing dengan saudara mereka yang Muslim.
Penguasa Bangladesh yang bertetangga dengan Birma sekalipun, tidak menolong saudara-saudara mereka yang menderita penyaringan dan penindasan bengis sejak ratusan tahun. Penguasa Bangladesh bukan hanya tidak menolong kaum Muslim, bahkan ‘mencekik leher’ orang yang mengungsi ke Bangladesh dengan menutup perbatasannya untuk kaum Muslim itu.
Para pemimpin negeri Muslim, seperti kebiasaan khas mereka sepanjang sejarah, selalu menanggalkan unsur kewajiban moral untuk melindungi warga sipil Muslim yang tak bersalah, seperti yang terjadi Myanmar dan lain-lain. Absennya kemauan politik mereka ini yang terjadi secara konsisten, sesungguhnya menampakkan status mereka sebagai budak kepentingan-kepentingan Barat dan mencerminkan kesenjangan yang dahsyat antara pemikiran dan sentimen penduduk Muslim internasional dan para diktator yang memerintah mereka.
Sampai kapan muslim Myanmar dan penduduk Muslim lainnya yang lemah dan tertindas tetap seperti itu? Sampai kapan saudara kita didengar jerit lukanya? dan mereka pun tidak menemukan siapapun yang menolong dan menyelamatkan mereka dari penjagalan musuh-musuh mereka. Sampai kapan, umat Islam akan tetap berdiam diri terhadap para penguasa mereka yang berkhianat, yang akan bertindak represif terhadap rakyatnya ketika mereka hanya berusaha menunjukkan dukungan terhadap saudara-saudara mereka yang tertindas, sebagaimana yang dilakukan oleh para penguasa di Bangladesh, Malaysia, negara-negara Arab, Pakistan, Indonesia dan para penguasa kaum Muslim yang lainnya? Sampai Kapan?
Semua ini menunjukkan dengan jelas bahwa tatanan demokrasi global saat ini tidak mampu dan tidak ingin melindungi para perempuan dan anak-anak kaum Muslim Myanmar dan kaum Muslim tertindas lainnya di seluruh dunia. Hal ini juga merupakan bukti yang cukup bagi kaum Muslim untuk tidak menaruh kepercayaan mereka kepada badan, organisasi, atau pemerintah non-Islam untuk memberikan keadilan dan keamanannya. Apa yang dibutuhkan muslim Myanmar adalah kepemimpinan Islam dalam negara Khilafah Rosyidah.
Bagaimana kaum Muslim menghadapi berbagai kejahatan, penyiksaan, dan permusuhan yang dilakukan oleh Myanmar terhadap kaum Muslim? Pertama: Melakukan aktivitas bersama, yaitu kaum Muslim melakukan tekanan terhadap pemerintah negeri-negeri Islam untuk mengambil tindakan aktif terhadap Myanmar, seperti memutuskan diplomatik serta memutuskan hubungan perdagangan, ekonomi, dan politik dengan Myanmar.
Benar, bahwa pemerintah tidak akan melakukannya, karena mereka adalah musuh dari bangsanya sendiri. Namun, tekanan ini akan menciptakan gerakan politik yang sangat membantu untuk mobilitas dalam menghilangkan ketidakadilan dari warga Myanmar dengan cara apapun. Kedua: Melakukan tindakan politik untuk menjatuhkan pemerintah sekuler yang hanya bungkam terhadap penderitaan umat Islam. Umat Islam harus bersatu menegakkan kembali Khilafah Islam yang akan membebaskan muslim Myanmar dan menggabungkannya ke dalam Negara Islam yang wajib segera diwujudkan. Umar Syarifudin – (pengamat politik Internasional)