Peran Strategis Tokoh Muslimah dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi
HTI Press, Pontianak. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Pontianak, menyelenggarakan Diskusi Terbatas dengan tema ”Peran Strategis Tokoh Muslimah dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi” di Ruang Premium Ayam Penyet Pegasus Jalan Gusti Hamzah/Pancasila No.99, Pontianak, Sabtu (19/11/2016). Acara ini dihadiri oleh para tokoh muslimah di antaranya tokoh mubalighah, wakil ketua KPAID, pembina BP4, dosen, BNN, LP2K Mars, Alisa Khadijah serta Koalisi Perempuan.
Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Quran oleh Eliyani, S.Pi. dengan Moderator, Yeni Arissa, S.Ttp. Pemateri pertama, Dr. Darmanelly, M.Kes. (Kepala BPMPAKB Kota Pontianak), menyampaikan pemikirannya bahwa menyelamatkan keluarga dan generasi perlu peran dari para tokoh muslimah dan koordinasi seluruh organisasi wanita.
Selain itu, kata beliau, seharusnya wanita tetap bangga dengan perannya sebagai istri dan ibu. “Kalau diberi gaji, gaji bagi perempuan itu tidak ternilai. Anak-anak harus didampingi jangan dibiarkan lepas dan bebas terpengaruh oleh lingkungan yang buruk,” jelasnya.
Menyambung hal tersebut, Pemateri kedua, Ustadzah Wiwing Noeraini, S.Pi (Lajnah Tsaqofiyyah DPP MHTI), menyampaikan, bahwa kerapuhan pada keluarga dan generasi disebabkan Barat yang selalu menyusun strategi untuk menghancurkan keluarga Muslim dan menjauhkan mereka dari pemahaman Islam yang kaffah, “Diibaratkan umat Muslim sedang diborgol pemikirannya,” terangnya.
Menurut Ustadzah Wiwing, solusi tuntas dalam permasalahan tersebut ada tiga. Pertama, pembentengan keluarga Muslim dengan mengembalikan fungsi dan kedudukan anggota keluarga dan sikap taslim, serta mengoptimalkan peran anggota keluarga.
Kedua, lanjutnya, adanya kepedulian seluruh anggota masyarakat, dan Ketiga, keberadaan Daulah Khilafah yang menerapkan syariat Islam dalam seluruh bidang.
Dalam kesempatan tersebut, para tokoh turut menyampaikan pendapat mereka. Para tokoh setuju bahwa untuk menyelamatkan keluarga dan generasi tidak cukup hanya kerjasama antar anggota masyarakat. Namun, dibutuhkan negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Acara ditutup dengan doa dan makan bersama.[]