Suatu laporan baru mengenai distribusi kekayaan global menunjukkan bahwa 1 persen orang terkaya Indonesia masih menguasai setengah kekayaan negara meskipun mereka mengalami kerugian akibat melemahnya harga komoditas global, yang mencerminkan kesenjangan ekonomi yang luas yang tidak mungkin menjadi lebih baik dalam waktu dekat.
Laporan Kekayaan Global ketujuh yang dikeluarkan oleh Credit Suisse Research Institute menunjukkan bahwa 1 persen orang terkaya dari penduduk dewasa di Indonesia yang berjumlah 164 juta menguasai 49,3 persen sendiri kekayaan negara yang bernilai $ 1.8 triliun pada bulan Juni tahun ini, yang turun dari 53,5 persesn pada tahun lalu.
Indonesia juga adalah negara keempat dengan kekayaan yang paling tidak setara di dunia, menurut penelitian ini. 1 persen orang terkaya Rusia memiliki 74,5 persen aset negara sementara di India 58,4 persen dan di Thailand 58 persen.
“Angka-angka ini menunjukkan bahwa keadilan sosial di Indonesia belum terlihat,” kata Eric Alexander Sugandi, ekonom yang bekerja pada lembaga Kenta Institute yang berbasis di Jakarta. Laporan ini menemukan bahwa Indonesia juga tempat bagi 30 juta orang dari yang disebut sebagai milyar kelas bawah, yang memiliki nilai asset kurang dari $ 248.
Meskipun terjadi penurunan pada tahun ini, pangsa kekayaan dari 1 persen penduduk kaya itu atas keseluruhan penduduk masih memiliki trend naik, karena mereka tetap mengumpulkan kekayaan melalui warisan dan investasi, kata Eric.
“Indonesia tidak memiliki pajak warisan seperti Jepang. Jadi kekayaan satu persen ini akan berlipat dan tidak mungkin dikejar oleh seluruh penduduk,” katanya.
Lana Soelistianingsih, Ekonom dari Samuel Assets Management mengatakan, satu persen orang terkaya itu mungkin menderita kerugian akibat melemahnya harga komoditas global, terutama batu bara dan kelapa sawit, yang merupakan sebagian besar aset dari para miliarder negara itu.
Harga patokan untuk batubara Indonesia adalah $ 51,8 per metrik ton pada bulan Juni tahun ini, turun 13 persen dari harga $ 59,6 pada bulan Juni tahun lalu. Malaysia Palm Oil Futures naik hanya 2 persen menjadi $ 618 per metrik ton selama periode tersebut.
Depresiasi rupiah terhadap dolar AS – yang dikatakan dalam laporan itu mengalami penurunan sebesar 46 persen sejak 2011 – juga telah menyebabkan penurunan kekayaan per orang dewasa, kata laporan itu.
Namun, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang sisanya melihat peningkatan kekayaan mereka, yang merupakan “sumber pembiayaan untuk konsumsi masa depan, terutama untuk pensiun, dan untuk mengurangi kerentanan terhadap goncangan ekonomi seperti pengangguran, kesehatan yang buruk, atau bencana alam. ”
Rata-rata tingkat kekayaan di Indonesia adalah $ 1.966 untuk setiap orang dewasa, naik 22 persen dari tahun lalu, laporan itu menunjukkan. Total kekayaan rumah tangga di Indonesia tumbuh sebesar 6,4 persen pada tahun 2016 mencapai $ 1.8 triliun pada tahun ini dengan 88 persen dalam bentuk aset riil seperti properti dan tanah, dan sisanya adalah aset keuangan seperti deposito, obligasi dan saham.
Jumlah tersebut diperkirakan meningkat sekitar 44 persen menjadi US $ 2,6 triliun selama lima tahun ke depan.
Indonesia menambahkan 13.000 jutawan dolar yang baru dalam setahun, yang ditambahkan pada 112.000 jutawan yang dimiliki total kekayaan sebesar $ 500 miliar pada pertengahan tahun 2016. Laporan itu mendefinisikan kekayaan sebagai nilai aset keuangan dan perumahan minus utang yang dimiliki oleh rumah tangga.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa jumlah jutawan dolar di dalam negeri Indonesia akan meningkat sebesar 55 persen menjadi 173.000 selama lima tahun ke depan.
Sekitar 84 persen dari penduduk orang dewasa di negara itu memiliki kurang dari $ 10.000, yang jatuh ke dalam “tingkat perbatasan kekayaan” suatu kategori – dimana kekayaan orang dewasa berkisar dari $ 5.000 hingga $ 25.000 – bersama dengan negara-negara lain seperti Ekuador, Mesir, Malaysia, Thailand dan Tunisia , kata laporan itu.
Secara keseluruhan, kekayaan global meningkat 1,4 persen menjadi $ 256 triliun, dimana Jepang memimpin dengan 19 persen peningkatan kekayaan karena apresiasi nilai mata uang. (rza/jakartaglobe.id, 1/12/2016)