Pengantar: Ketika kaum Muslim ingin memperjuangkan keadilan dalam kasus penistaan Alquran, sekelompok orang dengan menamakan dirinya kelompok Bhineka Tunggal Ika muncul. Pesan mereka, Islam bertentangan dengan slogan Bhineka Tunggal Ika. Benarkah? Fokus kali ini mengupasnya.
Saat Islam dan kaum Muslim menjadi pihak yang dizalimi, menjadi korban, isu keberagaman dimainkan untuk menghalangi kaum Muslim mendapatkan keadilan.
Ketika terjadi pembakaran masjid di Tolikara, tak ada yang berteriak-teriak pentingnya Bhinneka Tunggal Ika yang ditujukan bagi kaum Kristen Papua. Tapi begitu kaum Muslim menuntut keadilan terhadap penista Alquran, muncul kelompok yang mempertentangkan tuntutan umat Islam itu dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika. Mereka membuat aksi seolah-olah tuntutan umat Islam itu melanggar kebhinekaan.
Apakah salah kaum Muslim menuntut keadilan atas penistaan agamanya? Bukankah itu dijamin oleh hukum? Toh, orang kafir pun juga memiliki hak yang sama dalam masalah hukum ini. Lalu di mana letak salahnya terhadap kebhinekaan? Segudang pertanyaan muncul di tengah kaum Muslim.
Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman menilai, slogan keberagaman atau kebhinekaan tak jarang hanya dijadikan alat demi kekuasaan dan kepentingan tertentu. Isu keberagaman atau kebhinekaan sering muncul ketika pihak-pihak yang dirugikan oleh pihak tertentu, tak jarang adalah pihak minoritas, mencari dan menuntut keadilan.
Menurutnya, Islam dan kaum Muslim menjadi pihak yang paling sering dirugikan. “Islam dan kaum Muslim disudutkan dengan isu keberagaman,” jelasnya.
Ia menjelaskan, saat Islam dan kaum Muslim menjadi pihak yang dizalimi, menjadi korban, isu keberagaman dimainkan untuk menghalangi kaum Muslim mendapatkan keadilan.
Sebagai contoh, dalam kasus Tolikara, yang disalahkan adalah umat Islam karena menuntut keadilan atas pembakaran masjid di sana. Isu keberagaman pun digunakan. Umat Islam—bukan orang Kristen–saat itu diminta menjaga kebhinekaan.
“Padahal bukankah kebhinekaan sudah ada dan masyarakat yang beragam di sana hidup dengan kebhinekaan itu tanpa ada masalah? Bukankah masalah baru muncul ketika pembakaran kios dan masjid itu terjadi? Jadi mestinya yang dianggap mengancam kebhinekaan adalah pelaku pembakaran itu. Dengan isu kebhinekaan itu kaum Muslim “dipaksa” menerima dan memaafkan ketidakadilan yang terjadi pada mereka,” kata Yahya.
Dalam isu kristenisasi, juga sama. Penentangan umat Islam terhadap kristenisasi dicap bisa mengancam kebhinekaan. Pendirian gereja yang menyalahi kesepakatan yang dulu dibuat untuk menjaga harmoni tidak pernah dikatakan membahayakan kebhinekaan. Kepada kaum Kristen tidak dikatakan agar menjaga kebhinekaan dan tidak ngotot mendirikan gereja. Tapi ketika kaum Muslim menolak pendirian gereja itu, isu kebhinekaan pun dimunculkan.
Akhirnya, slogan keberagaman atau kebhinekaan dirasakan oleh umat sebagai alat utuk memaksa mereka menerima dan membiarkan begitu saja kristenisasi mengancam akidah umat Islam. Sebaliknya, seruan dakwah Islam dan penerapan syariah malah dikekang, juga dengan cap bisa mengancam keberagaman.
Begitupun dalam kasus penistaan Islam oleh Ahok, lagi-lagi isu keberagaman dimunculkan. Bukan hanya secara verbal, bahkan perlu diinstruksikan dibuat apel dan semacamnya di seluruh negeri. Isu itu seolah dimunculkan untuk menghalang-halangi agar umat Islam tidak bergerak membela kitab sucinya yang dinistakan. Padahal pergerakan umat Islam itu tak lain karena penegakan hukum yang jauh dari harapan dan terkesan melindungi penista Alquran. “Bukankah justru tindakan Ahok itu yang nyata-nyata mencederai dan merusak kebhinekaan?” kata Yahya.
Begitupun terhadap aspirasi umat islam yang menginginkan penerapan syariah dan terhadap dakwah untuk menegakkan kekuasaan Islam, segera saja isu kebhinekaan dimunculkan. Syariah dan penerapannya di bawah sistem Islam dianggap mengancam kebhinekaan. “Tuduhan seperti itu sebenarnya hanya muncul dari mereka yang gagal paham atau tidak mau paham,” terang Yahya.
Menurutnya, slogan keberagaman sering dijadikan alat penyesatan politik dan diperalat untuk menyudutkan umat Islam. Dengan dalih keberagaman, umat dipaksa untuk menerima berbagai ketidakadilan. Dalih keberagaman juga tak jarang digunakan utuk membungkam aspirasi umat Islam. Isu keberagaman acap digunakan untuk menghalangi umat Islam dari perjuangan untuk menegakkan Islam dan menerapkan syariah Islam. [] LS
Sumber Tabloid MediaUmat Edisi 186