2017: Sistem Islam Satu-satunya Harapan

bendera-arraya-300pxOleh: A. R. Zakarya (Syabab HTI Jombang)

Tahun 2017 ini haruslah menjadi momentum bagi umat untuk segera merubah paradigma. Berbagai peristiwa dan kejadian terjadi terhadap umat selama tahun 2016. Semuanya menunjukkan bahwa masalah multikompleks masih terus mendera umat. Karena itu, bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit negeri ini, maka kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah.

Sebagai langkah awal, kita wajib memiliki suatu paradigma yang benar, tentu paradigma itu didasari oleh suatu asas yang benar pula, apalagi jika bukan dengan islam. Setelah kita mengucapkan kalimat persaksian “asyhadu an laa ilaaha illalLaah wa asyhadu anna Muhammadar RasuululLah” haruslah kita menyadari bahwa saat itulah kita adalah seorang muslim. Ini artinya setiap perilaku yang kita lakukan tidaklah boleh dilakukan dengan sembarangan, karena islam telah memberi berbagai bentuk aturan dalam kehidupan.

Demokrasi yang dalam teorinya adalah sistem yang memberikan ruang kepada kehendak rakyat, tapi dalam kenyataannya negara-negara Barat tidak pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri Muslim membawa negaranya ke arah Islam. Mereka selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sistem sekuler, meski dibolehkan dengan selubung Islam; serta penguasanya tetaplah siapa yang mau kompromi dengan kepentingan Barat.

Itulah yang terjadi saat ini di negeri ini, sebagaimana tampak dari proses legislasi di parlemen dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah, khususnya di bidang ekonomi dan politik, seperti terlihat dalam program war on terrorism yang sangat pro terhadap kepentingan Barat. Cengkeraman Barat juga tampak di negeri-negeri muslim yang tengah bergolak seperti di Suriah, begitu juga di Mesir dan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah. Bahkan Palestina yang telah diakui sebagai sebuah entitias politik, sejatinya hanya sebuah negara di atas kertas, yang secara riil belum menjadi sebuah negara dalam arti yang sesungguhnya.

Fakta yang terjadi pun memperlihatkan kepada kita semua betapa demokrasi semakin menjauhkan kita dari kesejahteraan dan kemakmuran. Ini hanyalah efek akibat meninggalkan hukum Allah. Tiap hari media tak henti-hentinya mengabarkan berita kemiskinan, wabah penyakit, perkosaan, pembunuhan, kasus penipuan, suap, korupsi, intrik politik kotor, dsb. Ini adalah realita yang sangat buruk, dan kita adalah salah satu bagian dari realita itu. Sekali lagi, ini hanyalah efek meninggalkan hukum Allah.

Sebagai seorang muslim paradigma yang harus dimiliki bahwa ia mewajibkan dirinya untuk terikat dengan syariah secara total. Dan memang harus begitu. Dalam urusan politik dan pemerintahan pun wajib mengikatkan diri pada islam. Kita tentu wajib optimis, Khilafah akan kembali tegak di Dunia Islam, termasuk di Indonesia.

Memang memperjuangkan kembalinya khilafah adalah persoalan yang berat. Tapi itulah konsekuensi dari cita-cita besar yang sangat penting. Tentu membutuhkan kerja yang besar , kecerdasan yang tinggi, pengorbanan yang besar sekaligus kesabaran yang super. Karena itu kita tidak boleh pesimis apalagi menganggap perjuangan ini utopis. Modal utama dari keberhasilan perjuangan ini adalah keyakinan yang kuat (aqidah Islam).

Memang orang-orang kafir, musuh-musuh Allah tidak akan diam, mereka akan berbuat makar dengan berbagai cara menghalangi kemenangan ini. Tapi yakinlah mereka tidak akan pernah berhasil. Allah SWT telah memastikan kekalahan mereka dalam firman-Nya : ” Tipudaya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-siapa belaka” (QS al Mu’min : 25).[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*