Mantan Agen CIA Akui Amerika Berbohong Soal Senjata Pemusnah Massal di Irak

Mantan agen CIA yang menginterogasi Saddam Husain, mengakui tuduhan keberadaan senjata pemusnah massal tidak benar. Hal ini disimpukan agen  yang bergabung dengan CIA pada tahun 1998  saat ditugaskan menjadi integrator Saddam Hussain

Ahli tersebut adalah John Nixon. Ia telah mempelajari Saddam sejak bergabung dengan CIA pada 1998. Peran Nixon, sebagaimana dilaporkan kepada BBC online bahasa Indonesia (5/1) , adalah mengumpulkan pengetahuan mengenai para pemimpin dunia sekaligus menganalisis karakter mereka.

Nixon yang menulis buku berjudul Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein, menggambarkan mendiang Saddam sebagai pribadi yang “sarat dengan kontradiksi”.

Topik paling penting yang harus diketahui dari Saddam adalah keberadaan senjata pembunuh massal (WMD). Mengingat, AS dan Inggris telah memakai tuduhan Irak memiliki WMD sebagai alasan utama untuk melancarkan perang. “Hanya itu yang ingin diketahui Gedung Putih,” kata Nixon.

Namun, dari percakapannya dengan Saddam, Nixon mencapai kesimpulan bahwa mantan pemimpin Irak itu telah menghentikan program nuklir negara tersebut beberapa tahun sebelumnya dan tidak berniat memulainya kembali.Pandangan itu yang membuat Nixon dan kolega-kolegannya dianggap sebagai “kegagalan”.

Nixon tidak diundang untuk menjelaskan Presiden George W Bush sampai lima tahun kemudian, pada 2008, menyusul temuan berbeda mengenai Saddam dari Biro Investigasi Federal (FBI).

Nixon jelas mencerca Presiden Bush. Bahkan, menurut dia, sebagai orang yang pernah menjabat tangan Bush dan Saddam, dia memilih menghabiskan waktu dengan mendiang Saddam.

Kata Nixon, Presiden Bush “terisolasi dari kenyataan” bersama para penasihat yang “mengelilinginya dan mengangguk tanda sepakat”.

“Saya dulu berpikir bahwa apa yang kami katakan di CIA berguna dan presiden akan mendengar. Namun, tidak penting apa yang kami katakan, politik melampaui intelijen.”

Nixon mengaku “malu” atas apa yang terjadi di Irak sejak penggulingan Saddam.

Pengakuan mantan CIA ini kembali menunjukkan, bahwa konspirasi Amerika untuk menyerang Irak, bukanlah tanpa bukti. Amerika telah menggunakan tuduhan palsu ini untuk mengintervensi Irak. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang terbunuh sejak pendudukan Amerika di negeri Islam itu.

Tuduhan palsu, sering kali digunakan Amerika dan sekutunya untuk menyerang negeri Islam. Sama halnya dengan isu ISIS saat ini, juga digunakan Amerika untuk menyerang kelompok atau negeri Islam yang tidak tunduk kepada Amerika Serikat. []AF

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*