بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Politik Riil Amerika Terhadap Russia dan China
Soal:
Presiden AS Obama pada 29/12/2016, tiga minggu sebelum meninggalkan jabatan, mengumumkan serangkaian sanksi keras terhadap Russia termasuk pengusiran sejumlah besar diplomat Russia dari Amerika yakni “35 diplomat” dan penutupan misi atau kompleks diplomatik Russia di Maryland dan New York dengan alasan spionase … Semua krisis ini dilatarbelakangi oleh tuduhan AS bahwa Russia melakukan pembajakan elektronik terhadap pemilu AS … Apakah ini mengharuskan dilakukannya semua tindakan itu? Atau ada perubahan peran Russia di Suriah yang mengharuskan tindakan-tindakan ini? Atau ada alasan lain, terutama bahwa Trump menyatakan perbaikan hubungan dengan Russia sementara Obama memperburuknya! Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Supaya jawabannya jelas kami paparkan realita dari apa yang terjadi dan kemudian kami ulas pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pertanyaan:
Pertama: Realitas dari apa yang terjadi. Pemerintah AS saat ini secara riil memperburuk hubungan AS-Russia. Russia memahami pesan itu. Maka responnya secara langsung datang melalui lisan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bahwa “sanksi-sanksi Amerika memiliki karakter destruktif, agresif dan tak terduga. Peskov mengatakan, pemerintahan Obama menghancurkan hubungan Russia Amerika secara final setelah mencapai level paling rendah. Peskov mengumumkan bawah Moskow akan memulai suatu respon yang tepat terhadap tindakan-tindakan Washington…” (news.com.au, Russia Today, French Channel, 29/12/2016). Diantara aspek diperburuknya hubungan itu adalah langkah-langkah AS berikut:
- “Presiden AS Barack Obama mengatakan pada 15/12/2016 bahwa Amerika Serikat akan merespon pembajakan oleh Russia untuk mempengaruhi pemilu Amerika. Obama menjelaskan kepada Radio “NPR”, “Saya pikir, tidak ada keraguan bahwa ketika suatu pemerintah asing berusaha mempengaruhi integritas pemilu kami, maka kami perlu mengambil berbagai tindakan”. Ia menambahkan,”kami akan merespon pada waktu dan tempat yang kita pilih”. Presiden AS melanjutkan bahwa “beberapa “respon” itu akan secara jelas dan terbuka, sementara sebagian yang lain tidak demikian…” (NPR, France 24, 16/12/2016 ). Inilah respon dari pemerintah AS yang telah muncul dalam bentuk sanksi-sanksi yang diumumkan oleh Obama terhadap Russia.
- Presiden AS Obama menyerang Russia secara sinis dan menggambarkannya sebagai “sebuah negara kecil”. Obama mengatakan, “mereka lebih kecil dan lebih lemah. Perekonomian mereka tidak menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh pihak lain, perolehannya hanya minyak, gas dan senjata, dan tidak berkembang” … (Russia today, 17/12/2016).
- Departemen keuangan Amerika Serikat pada 20/12/2016 mengumumkan, menjatuhkan sanksi-sanksi baru atas tujuh pengusaha Russia dan delapan korporasi Russia sebagai protes atas aneksasi Russia terhadap semenanjung Krimea dan konflik yang terjadi di Ukraina. Demikian seperti yang disampaikan oleh kantor berita “Reuters“… Sanksi-sanksi itu menargetkan tujuh orang pengusaha, termasuk banyak kader di “Bank Russia”, yang dekat dengan pemerintah Russia, disamping empat perusahaan konstruksi dan transportasi yang beroperasi di Krimea yang dianeksasi oleh Moskow … Pemerintah AS menambahkan bahwa langkah ini “menegaskan penolakan atas pendudukan Russia terhadap Krimea dan menolak mengakui upaya aneksasi semenanjung tersebut”… (dotmsr.com, 20/12/2016).
- Amerika memainkan tensi kembalinya program Star Wars untuk merespon berlanjutnya pengembangan senjata nuklir oleh Russia. Dalam kerangka ini telah dilakukan amandemen UU AS yang mengijinkan militerisasi ruang angkasa. “Harus diisyaratkan bahwa Kongres AS memasukkan dua amandemen penting terhadap Rancangan Undang-undang dalam tahap ratifikasi. Salah satu amandemen itu mengeliminasi ketentuan penyebaran terbatas perisai rudal oleh Washington. Sementara amandemen kedua memutuskan dimulainya aktifitas perencanaan pada desain komponen baru dalam sistem perisai rudal ini sebagai pendahuluan untuk penyebarannya di masa depan di ruang angkasa. Surat kabar Los Angeles Times mengutip dari Trent Franks, Anggota DPR dari partai Republik dan pengusul amandemen yang paling senior, dia mengakui bahwa mereka bergantung pada program “inisiatif pertahanan strategis”, yang diresmikan oleh Presiden Ronald Reagan pada tahun 1983, yang juga dikenal sebagai “Perang bintang”… (adn.news, website Dar news, 24/12/2016). Maksudnya adalah peningkatan tensi atmosfer dengan Russia.
- “DPR AS pada Jumat 2/12/2016 mengadopsi rancangan undang-undang yang memberikan US $ 3,4 miliar kepada Departemen Pertahanan AS pada tahun 2017 untuk “menghalangi Russia”. Sebanyak 390 anggota di DPR mendukung RUU itu dibanding 30 anggota yang menolak. Menteri Pertahanan AS Ashton Carter ketika mengajukan rancanga anggaran belanja pertahanan kepada Kongres mengumumkan bahwa Amerika Serikat “memperkuat posisinya di Eropa demi sekutu NATO-nya dalam menghadapi agresi Russia …” (kantor berita Sputnik Russia, 03/12/2016).
- Selain itu, Amerika Serikat telah menurunkan peringkat Russia dalam penyelesaian krisis Suriah. AS mengganti bilateral Kerry-Lavrov, yang banyak dibanggakan oleh Moskow dan dilihat sebagai indikator kembalinya kebesaran Russia, AS menggantinya dengan bilateral Russia-Turki. Amerika, meskipun dalam kontak dan dukungan terus menerus atas upaya Russia-Turki di Suriah untuk memastikan proyek-proyek AS di Suriah dijalankan oleh pihak-pihak itu, namun format Russia-Turki menggantikan format Russia-Amerika merupakan penurunan peringkat internasional Russia dan menempatkan Russia setingkat negara Turki. Ini dapat dimasukkan dalam konteks tekanan AS terhadap Russia.
- Peningkatan tensi ini benar-benar menakutkan Russia. Dalam responnya terhadap sanksi-sanksi Amerika yang dijatuhkan oleh Obama, Presiden Russia mengatakan “bahwa Moskow mencadangkan haknya untuk merespon sanksi-sanksi baru AS terhadap Russia, akan tetapi Russia tidak akan membungkuk ke tingkat pemerintahan AS saat ini dan tidak akan menyasar para diplomat…” Dia menambahkan: “kami tidak akan menciptakan masalah bagi para diplomat Amerika dan tidak akan mengusir seorang pun. Kami tidak akan menghalangi anggota keluarga mereka dan anak-anak mereka dari menggunakan tempat-tempat rekreasi biasanya bagi mereka selama liburan tahun baru. Selain itu, kami mengundang anak-anak para diplomat AS yang terdaftar di Russia untuk menghadiri perayaan tahun baru di Kremlin”… (Russia today, 30/12/2016). Mundurnya Moskow dari respon normal, yaitu perlakuan sepadan, menunjukkan dua perkara:
Pertama: ketakutan besar di Moskow dari tujuan-tujuan dan konsekuensi-konsekuensi dari krisis dengan Washington ini…
Kedua: Moskow mengandalkan penerimaan pemerintahan baru Trump di Washington untuk merestrukturisasi hubungan kedua negara atas dasar yang diterima oleh Moskow. Dikarenakan kebiasaan Russia yang lemah dalam pengalaman politik, maka Russia beranggapan bahwa presiden berikutnya, Trump, akan berbeda dari pendahulunya, Obama, dalam hal pandangan terhadap Russia. Russia melupakan bahwa lembaga-lembaga pemerintahan yang luas di Amerika memimpin presiden siapapun, dan dari partai manapun, untuk terus melaksanakan politik luar negeri negaranya. Russia juga melupakan bahwa perbedaan antara Obama dan Trump, ketika saatnya terjadi, maka itu sebagai hal yang dimaksudkan bagi implementasi politik Amerika yang telah dirancang sebelumnya.
Kedua, ulasan berbagai pertanyaan yang diyatakan di pertanyaan:
- Sanksi-sanksi keras dari pemerintahan Obama terhadap Russia datang di bawah keyakinan Amerika atas konsistensi peran Russia dalam melaksanakan tugas internasional di Suriah, dan bahwa Russia telah melaksanakan tugas sebaik mugkin. Jadi Amerika telah sempurna menjerumuskan Russia di Suriah pada tingkat tidak mungkin bagi Russia untuk keluar dari kubangan lumpur Suriah. Ketika Amerika yakin akan hal itu, Amerika menurunkan peringkat Russia menjadi setingkat dengan rezim Turki, partner agennya di Suriah daripada rezim Amerika sendiri… Karena semua itu, peningkatan tensi oleh Amerika atas hubugannya dengan Russia dan peningkatan tekanan terhadap Russia tidak ada hubungannya dengan masalah Suriah. Russia dengan konsisten melayani kepentingan Amerika di Suriah. Ini tidak diragukan oleh Amerika, akan tetapi politik Russia di Suriah telah terjerat dalam mengikuti Amerika -Iran dan kelompoknya, rezim Suriah, Turki dan oposisi yang pro kepada Turki- dan Russia tidak bisa mengejar politiknya sendiri terkait Suriah. Hal itu tidak memungkinkan Russia menarik diri dan meninggalkan Suriah untuk pihak yang tidak dikenal. Karena itu, Russia menguatkan dan memperluas pangkalan militer mereka di Latakia dan Tartous… Russia juga tidak dapat mengendalikan laju pertempuran mengingat tidak adanya kekuatan darat Russia di Suriah. Karena semua itu, peran Russia di Suriah telah menjadi stabil dan bahkan terbelenggu dengan politik AS dan para pengikutnya yang berpengaruh dalam krisis Suriah… Karena itulah peningkatan tensi ini bukan karena Russia meninggalkan peran yang telah dirancang oleh AS untuk Russia di Suriah, sebab Russia tidak meninggalkan peran yang telah dirancang untuknya oleh Amerika.
- Tidak boleh muncul dalam pikiran bahwa sanksi-sanksi AS yang diumumkan oleh Presiden Obama adalah reaksi kemarahan terhadap pembajakan elektronik, yang mungkin telah berkontribusi pada kalahnya Partai Demokrat dan calon presidennya, Hillary Clinton. Sebab seandainya benar demikian, niscaya pemerintahan Obama bersegera dalam isu sanksi-sanksi tersebut sebelum Electoral College mengesahkan secara resmi terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada 19/12/2016… Adapun pergerakan isu itu setelah keberhasilan presiden terpilih dan ditetapkan oleh lembaga konstitusional, maka hal itu memberikan keraguan kuat tentang kredibilitas pemilu itu dan kredibilitas presiden berikutnya. Dan pemerintahan AS manapun tidak akan menerima untuk berpartisipasi di dalamnya… Seandainya kita asumsikan bahwa situasi menghalangi dijatuhkannya sanksi-sanksi itu sebelum penetapan hasil pemilu, maka menurut pemahaman politik negara-negara besar, jika mereka tidak dipaksa mengumumkan hasil setelah pengesahan hasil kemenangan Presiden, maka akan menggunakan alasan lain selain alasan peretasan, untuk menghindari dipertanyakannya keberhasilan presiden berikutnya. Dan karena sanksi-sanksi tersebut dijatuhkan setelah disahkannya keberhasilan presiden secara resmi, dijatuhkan dengan alasan intervensi Russia dalam pemilu, maka itu bukan alasan yang sebenarnya.
- Mungkin dikatakan bahwa pengembangan senjata nuklir dan rudal ofensif oleh Russia adalah alasan tekanan AS saat ini sebagai respon pernyataan Presiden Russia. “Presiden Putin mengatakan dalam beberapa pernyataan dalam pertemuan dengan pimpinan Departemen Pertahanan di ibukota Moskow: “Kita harus meningkatkan kapasitas kekuatan nuklir strategis ke tingkat kualitatif baru, yang bisa menghadapi bahaya militer yang mungkin menimpa Russia”… (situs Anatolia, 22/12/2016). Meskipun ini memiliki dampak, tetapi skala ekonomi Russia membuat upaya Moskow dalam hal ini tidak serius. Setelah Amerika Serikat dan Barat umumnya berhasil menghancurkan pilar-pilar luas industri Russia, setelah hancurnya Uni Soviet, maka Russia muncul sebagai negara pengekspor bahan baku, meski tetap mempertahankan banyak dari industri militernya. Artinya Russia tidak berusaha menyaingi Amerika Serikat secara internasional. Akan tetapi, Russia menuntut Amerika agar menerima peran Russia dalam politik internasional. Tuntutan-tuntutan yang ditolak oleh Amerika secara total itu, bahkan meski bagaimanapun pelayanan Russia kepada Amerika di Suriah, Amerika belum terdorong mengakui Russia sebagai negara adidaya dan melibatkan Russia dalam isu internasional lainnya. Yakni, Russia yang mewarisi Uni Soviet dan mewarisi halaman-halaman sejarah harmoni Amerika Soviet, Russia berharap bahwa kerjasamanya dengan Amerika Serikat di Suriah akan mengantarkan kepada keharmonisan secara penuh. Russia menuntut Amerika Serikat dengan kerjasama lebih di arena internasional. Dan ini, jika menunjukkan sesuatu, tidak lain menunjukkan pada cekaknya pandangan politik Russia. Amerika telah merobek halaman harmoni Amerika dengan Uni Soviet ketika dahulu Uni Soviet memiliki eksistensi berpengaruh dan nyata di seluruh dunia. Lalu bagaimana mungkin, sekarang Amerika bisa menerima ini dengan negara kecil – Russia – seperti yang digambarkan oleh Obama?! Russia dengan ukuran kecil baru ini tidak mencerminkan ancaman nyata bagi Amerika yang mengharuskan peningkatan tensi ini. Semua ini menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan Russia tentang pengembangan senjata nuklir bukanlah sebab hakiki bagi Obama memperburuk hubungan dengan Russia.
Ketiga, begitulah kondisi-kondisi yang disebutkan di atas bukan sebab hakiki peningkatan tensi hubungan ini. Akan tetapi, sebab hakikinya adalah sesuatu yang lain, yang mungkin dipahami dengan menelaah perkara-perkara berikut:
- Setiap politisi dapat dengan mudah menyadari bahwa dilema internasional utama bagi Amerika saat ini adalah kebangkitan Cina yang memungkinkan Cina membangun ekonomi raksasa yang memuat kemungkinan riil untuk mengancam keunilateralan ekonomi AS di dunia. Ditambah lagi, belanja militer Cina yang meningkat drastis, yang melebihi total gabungan belanja militer Russia, Inggris dan Prancis. Bahkan banyak program militer Cina bersifat rahasia. Karena semua itu, Cina telah menjadi perhatian utama bagi para politisi Amerika. Berbagai pernyataan para pejabat Amerika semuanya ditumpahkan dalam orientasi ini pada jangka waktu belakangan ini. Menteri pertahanan AS Ashton Carter beranggapan, Cina menaikkan kemungkinan militerisasi lebih lanjut. Ia mengatakan bahwa Amerika berada dalam transisi …
“Washington – DPA: Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan pada sebuah forum pertahanan di negara bagian California “setelah 14 tahun kontra-pemberontakan dan kontra-terorisme … kita berada di tengah-tengah tahapan transisi strategis untuk merespon tantangan keamanan yang akan mengancam masa depan kita”. Carter mengatakan bahwa Cina yang melakukan reklamasi di Laut Cina Selatan, meningkatkan prospek militerisasi lebih lanjut dan ancaman yang lebih besar dari salah perhitungan …” (Al–Quds Al-‘Arabi, 08/11/2015). Kemudian, Presiden Obama menganggap bahwa masa depan Amerika tidak lain ditentukan hari ini di Asia. “Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa kampanyenya untuk menyeimbangkan kembali politik luar negeri Amerika supaya lebih fokus pada Asia bukanlah “hal baru” sepanjang masa kepresidenannya…” (Vientiane, Reuters, the Seventh Day, 06/09/2016). Pemfokusan terhadap Asia berarti menghadapi China.
- Sudah ada pengalaman bagi Amerika pada era Uni Soviet, pada waktu itu ada kedekatan antara Cina dan Uni Soviet dengan dorongan kesatuan Partai Komunis. Karena pada waktu itu Amerika bekerja dengan serius untuk mengalahkan Uni Soviet, maka Amerika menilai kedekatan Uni Soviet dengan Cina sebagai hal yang sangat serius. Amerika mulai bekerja untuk memisahkan kedekatan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk melemahkan dan mengalahkan Uni Soviet. Pada waktu itu, muncul rencana Kissinger untuk mengganggu hubungan antara Cina dan Uni Soviet dan Amerika telah meraih keberhasilan besar dalam hal itu… Dan sekarang realitasnya terbalik. Amerika khawatir terhadap kekuatan Cina. Amerika memperhatikan kedekatan antara Cina dan Russia, sementara Amerika ingin menjauhkan kedekatan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk mengisolasi dan melemahkan Cina. Artinya, itu seperti yang dilakukan Amerika dahulu, tetapi secara terbalik. Inilah yang ditunjukkan oleh surat kabar Washington Post, yang dikutip oleh Russia today pada 18/12/2016 sebagai berikut: “Di dalam sebuah artikel 45 tahun lalu dinyatakan, mantan Presiden AS Nixon berusaha mengubah format “segitiga –triangle-” Uni Soviet – Amerika Serikat – Cina, di mana Amerika bertaruh melakukan pelanggaran dalam pengembangan hubungan dengan Beijing. Pada tanggal 4/2/1972, Nixon mengadakan pertemuan dengan penasehatnya untuk urusan keamanan nasional, Kissinger, untuk membahas kunjungannya, “Nixon”, mendatang ke Cina. Kissinger mengatakan kepada Presiden Nixon selama pertemuan tersebut bahwa “orang-orang Cina berbahaya, seperti halnya orang-orang Russia, dan bahkan mereka dalam perspektif sejarah lebih berbahaya daripada orang-orang Russia”. Kissinger menambahkan seraya menyeru Presiden Nixon bahwa setelah 20 tahun, “presiden AS berikutnya, jika bijaksana seperti Anda, akan bersandar pada orang Russia dalam kebijakannya melawan orang Cina”.
- Dengan demikian, sanksi-sanksi AS terhadap Russia baru-baru ini dapat dipahami, bahkan tekanan Amerika terus-menerus sejak beberapa waktu terhadap Russia, tekanan yang kebanyakan anggota partai Republik di Kongres, yakni partainya presiden mendatang Trump, ikut terlibat ditambah anggota-anggota partai Demokrat ikut terlibat dengan tekanan itu. Tekanan ini merupakan politik baru Amerika melawan Russia dengan tujuan menyeret Russia bersekutu dengan Amerika Serikat melawan Cina. Seolah-olah Amerika mengatakan, yang juga dikatakan oleh Russia secara terang-terangan, bahwa pemerintahan Obama telah menghancurkan hubungan Amerika-Russia dan membawanya ke titik terendah. Akan tetapi, Russia memiliki kesempatan emas dengan datangnya Presiden Trump untuk memperbaiki hubungan dengan Washington! Artinya, lembaga pemeritahan yang stabil di Amerika sengaja menggunakan sisa pemerintahan Obama untuk mempercepat peningkatan tensi sikap dengan Russia, sehingga Russia tidak memiliki jalur selamat dan harapan kecuali dengan jalan bersepaham dengan pemeritahan Trump mendatang, yang percaya kepada kesepakatan tersebut. Itu berarti bahwa perbaikan hubungan dengan Russia tidak terjadi kecuali dengan mengikat kontrak besar dengan Russia terkait Cina. Untuk merealisasi perkara ini adalah dengan menggunakan rumor yang beredar tentang penghormatan presiden berikutnya Trump kepada Presiden Putin, dan bahwa keduanya dapat menjadi sekutu dalam melawan Cina.
- Hal itu dikuatkan oleh fakta bahwa presiden mendatang, Trump, telah mulai meningkatkan tensi hubungan Amerika dengan Cina bahkan sebelum ia menerima tampuk jabatan. Ia menyatakan bahwa ia akan melaksanakan janji-janji kampanyenya mengenakan pajak besar terhadap barang-barang Cina dan mendorong perusahaan-perusahaan Amerika untuk kembali ke Amerika. Ini merupakan ancaman komersial yang besar bagi Cina. Trump juga segera mengontak Presiden Taiwan dalam sebuah preseden berbahaya yang mengisyaratkan bahwa Amerika akan membalik kertas untuk menekan Cina, termasuk ancaman Amerika meninggalkan kebijakan “satu Cina”. Ini merupakan ancaman politik yang besar untuk Cina. Karena itu, prioritas pertama pemerintahan baru Amerika Serikat adalah mengatasi kebangkitan Cina. Russia today pada 18/12/2016 mengutip dari Washington Post, “perilaku Presiden AS terpilih Donald Trump mengatakan bahwa ia mempelajari kemungkinan peninjauan kembali pada politik Amerika Serikat terhadap Cina. Trump menyerukan dimulainya kebijakan keras terhadap Beijing. Hal itu dia ungkapkan melalui pernyataan dan percakapan teleponnya. Presiden Amerika terpilih telah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Taiwan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Pada waktu berikutnya, Trump mengungkapkan dalam wawancara dengan chanel “Fox News” America tentang keraguannya pada kebenaran komitmen Washington dengan doktrin-doktrin politik “satu Cina”, yang dijalankan oleh Amerika Serikat sejak kunjungan bersejarah Presiden Nixon ke Cina. Trump menuduh Cina melakukan intrik perdagangan”.
- Adapun bagaimana akan terjadi kesepakatan Trump dengan Russia melawan Cina, maka Amerika tentu tidak berencana untuk menempatkan perekonomian Russia yang lemah dalam menghadapi Cina. Amerika juga tidak berencana untuk menggunakan budaya Russia melawan Cina. Russia adalah negeri yang kosong dari suatu budaya sendiri setelah runtuhnya Sosialisme di sana. Melainkan, mata Amerika akan terus terbuka untuk memperhatikan kemampuan militer Russia, yang dapat dimanfaatkan oleh Amerika seputar Cina. Misalnya, menugasi Russia untuk berpartisipasi menentang senjata nuklir Korea Utara, atau terlibat dalam mengancam pasokan energi untuk Cina dari Russia atau dari Asia Tengah. Atau bahkan berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan khusus mengenai kebebasan navigasi Laut Cina dan Amerika memberi kontribusi usahanya untuk mengeluarkan Cina dari kepulauan tersebut… Semua opsi itu, belum lagi mendorong Russia untuk berkonfrontasi langsung dengan China. Semua itu merupakan bunuh diri internasional untuk Russia. Akan tetapi Russia bisa menemukan dirinya sendiri terlibat dalam politik-politik Amerika dengan imbalan mempertahankan penampilan sebagai negara adidaya!! Sulit untuk membayangkan bahwa Russia bisa lolos dari tekanan-tekanan Amerika untuk menempatkan Russia di sisinya dalam menghadapi Cina. Russia menderita penyakit pendeknya pandangan politik. Penyakitnya ini menjadi kronis. Karena itu, Russia tidak bisa menilai berbagai konsekuensi. Misalnya, Russia tampak acuh tak acuh terhadap respon kaum Muslim yang disebabkan intervensi brutalnya di Suriah. Hal itu karena cekaknya pandangan Russia. Russia melihat kaum Muslim pada pribadi-pribadi raja dan kepala negara saat ini. Maka Russia tidak melihat dalam diri mereka apa yang bisa mengancam Russia. Russia tidak menyadari bahwa Amerika menahan diri melakukan sendiri tugas ini di Suriah karena Russia tidak menyadari hal-hal yang lebih jauh dari para kepala negara dan raja itu. Karena semua itu, maka sanksi-sanksi Obama dan peningkatan tensi secara sengaja ini adalah untuk menjejalkan Russia di sudut dan menyeretnya ke Trump “temannya“! Jalan itu ditempuh untuk kesepakatan Trump dengan Russia guna menjauhkan Russia dari Cina, bahkan untuk melakukan aksi-aksi agresif terhadap Cina. Inilah sebab yang lebih rajih untuk peningkatan tensi yang sengaja dilakukan oleh Obama di akhir mandatnya untuk mempersiapkan saluran bagi Trump guna mencapai tujuan politik Amerika yang disebutkan ditetapkan oleh lembaga-lembaga Amerika untuk era baru, sebagaimana yang ditunjukkan oleh berbagai indikator… Jadi politik Amerika ditentukan oleh lembaga-lembaga dan dilaksanakan oleh presiden apapun partai presiden itu.
- Adapun Cina, Cina menyadari bahaya yang mengancamnya. Karena itu, Cina memikat Russia dengan berbagai investasi, meski dengan hati-hati. Juga dengan latihan militer bersama dengan Russia, dan memberi suara yang sama dengan Russia di Dewan Keamanan PBB berkaitan veto tentang Suriah. Semua itu untuk mencegah Washington menggunakan Russia untuk menentang Cina. Tetapi pandangan bermusuhan terhadap Russia hampir bercokol di benak para politisi Cina. Namun, kepentingan baru yang ditimbulkan oleh ekonomi Cina yang makin besar, dan kebutuhan mendesak terhadap bahan baku dan sumber energi yang keduanya tersedia di Russia, mendorong pandangan permusuhan itu tersembunyi di balik tirai.Cina juga menyadari permusuhan Amerika terhadap Cina. Tidak dijauhkan kemungkinan bahwa penghinaan yang terjadi pada Obama saat kunjungannya ke Cina merupakan indikator hal itu. “Pada kunjungan terakhirnya ke Cina sebagai presiden Amerika Serikat, Presiden AS Barack Obama menemukan dirinya terpaksa menggunakan tangga di bagian belakang pesawat yang membawanya ke bandara Guangzhou untuk menghadiri pertemuan KTT G20. Hal itu bukan karena kebakaran atau kegagalan teknis, tetapi karena otoritas Cina tidak menyediakan tangga khusus untuk keluar dari bagian depan pesawat secara normal. Para pengamat percaya Cina sengaja menghina presiden AS dan bahwa hal itu mencerminkan skala ketegangan dalam hubungan antara kedua negara yang berbeda pendapat dalam banyak masalah dan isu, terutama deklarasi paling akhir dari Amerika Serikat dan Korea Selatan tentang penyebaran perisai rudal di wilayah itu. Demikian juga sikap Amerika terhadap persengketaan antara Cina dan Filipina dalam sengketa Laut Cina Selatan, dan keputusan terbaru oleh Washington mengenakan bea tambahan atas impor baja Cina…” (Al-Jazeera, 05/09/2016).
- Salah satu paradoks waktu bahwa penasehat keamanan nasional dan mantan menteri luar negeri AS, Kissinger, saat ini secara pribadi, meskipun usianya yang tua, adalah yang memperjuangkan rekonsiliasi Russia dengan presiden berikutnya, Trump. Kissinger sendiri lah yang melakukan kunjungan ke Moskow dan melakukan pertemuan dengan Putin mendorong ke orientasi ini, yakni orientasi bersekutu dengan Russia melawan Cina. Russia bertepuk tangan untuk itu dengan anggapan bahwa Kissinger memperhatikan kepentingan mereka! “Dmitry Peskov, juru bicara presiden Russia, menyebutkan bahwa Moskow menyambut partisipasi mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger dalam memulihkan hubungan antara Russia dan Amerika Serikat. Peskov mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada hari Selasa bahwa Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS, adalah salah satu politisi yang paling bijaksana, cerdas dan berpengalaman. Ia memiliki pengalaman mendalam dalam urusan Russia, dan untuk menaikkan level hubungan Amerika Serikat – Russia…” (Arab media network, 27/12/2016).Tren ini juga yang diisyaratkan oleh beberapa sumber informasi di Eropa. Russia today pada 28/12/2016 mengutip sebagai berikut: “surat kabar Jerman “Bild” menulis bahwa Kissinger memandang perbaikan hubungan dengan Russia adalah perlu, mengingat meningkatnya kekuatan Cina. Sang Menteri Luar Negeri adalah seorang negosiator yang berpengalaman, dan bahwa ia secara pribadi bertemu dengan Presiden Putin, dengan itu ia akan menjadi mediator dalam normalisasi hubungan antara kedua negara. Surat kabar Jerman itu mengatakan bahwa Trump berusaha untuk mencabut sanksi-sanksi dari Russia “atas saran dari Henry Kissinger”. Hal itu juga diisyaratkan oleh “analisa yang dilakukan atas permintaan institusi Eropa yang kompeten”, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari tim transisi Presiden Trump …”.
Semua ini mengindikasikan bahwa Amerika menjalankan politik yang efektif terhadap dua pihak, Russia dan Cina. Pilar utamaya adalah mendorong Russia untuk melayani Amerika di panggung Cina. Pemerintahan Obama telah memulainya dengan meluncurkan tahap tekanan terhadap Russia, dan merencanakan agar presiden berikutnya, Trump, yang mengikat kesepakatannya. Amerika tidak menampakkan keraguan sedikitpun tentang keharusan bahwa Russia memenuhi tekanan Amerika dan berjalan cepat bersama Amerika menentang Cina.
Keempat: negara-negara besar dan bahkan bukan negara besar saling bersaing dalam merealisasi kepentingannya meski berbeda-beda tingkatnya dalam hal itu sesuai besar kecilnya pengaruh di antara negara-negara. Dan faktor bersama diantara negara-negara itu adalah penderitaan dan kejahatan yang terlihat jelas di depan mata di dunia…
Dan yang menyakitkan, Islam tidak memiliki negara yang memegang kendali dan memulihkan dunia ini ke kondisi yang benar, serta menyebarkan kebaikan di seluruh penjurunya, bukan hanya di wilayah Islam tetapi juga di sekitar wilayah Islam. Meski demikian, Islam memiliki tokoh-tokoh ksatria:
﴿صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا﴾
“orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)” (TQS al-Ahzab [33]: 23).
Dan dengan ijin Allah SWT, mereka akan mengembalikan daulah Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah yang akan mendorong keseimbangan di dunia kepada kebaikan.
﴿إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا﴾
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (TQS ath-Thalaq [65]: 3).
7 Rabiuts Tsani 1438 H
5 Januari 2017 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/41445.html#sthash.uQt39sbi.dpuf