Siapa Yang Mengakhiri Derita Perempuan dan Anak di Negeri Muslim?
HTI Press. Samarinda. DPD I Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Kalimantan Timur (Kaltim) kembali mengadakan Forum Muslimah untuk Peradaban (Formuda) Edisi XVIII bertajuk “Siapa Yang Mengakhiri Derita Perempuan dan Anak di Negeri Muslim?” di Hotel Jamrud II, Jl. Panglima Batur, Samarinda, Ahad (15/10/2017). Tak kurang dari 150 peserta hadir dari kalangan intelektual, LSM perempuan, mahasiswa dan ibu rumah tangga.“Siapa Yang Mengakhiri Derita Perempuan dan Anak di Negeri Muslim?”
Aisyah, S.IP, MA Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Mulawarman sebagai salah satu narasumber menyampaikan, konflik di Timur Tengah terjadi sejak perang dunia II. Menurutnya, faktor penyebab terjadinya konflik tersebut tidak lepas dari pengaruh asing baik Barat maupun China yang ingin menguasai sumber daya alam Timur Tengah yang memang dikenal kaya akan sumber daya alamnya dengan letak geografis yang sangat strategis. Konflik lainnya yang terjadi seperti di Myanmar adalah konflik etnis. Akibat konflik bersenjata adalah masalah kemanusiaan yang telah diatur oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dalam bentuk hukum humaniter.
Tanggapan narasumber lainnya, Juli Nurdiana, M.Sc Akademisi Universitas Mulawarman. Juli menanggapi berbagai masalah kemanusiaan di dunia internasional, baik konflik perang seperti Suriah, Palestina, juga konflik etnis seperti di Myanmar dan konflik-konflik yang terjadi di negeri-negeri Muslim lainnya.
Menurutnya, permasalahan kaum muslimin tidak akan selesai hanya dengan solusi praktis mengirimkan dana dan relawan kemanusiaan. Parahnya lagi karena pemimpin di dunia Islam bersikap tidak memihak umat Islam yang menjadi korban konflik karena merasa itu bukan urusan negerinya dan tidak sesuai kepentingan negaranya.
Juli menyebut, sekat nasionalisme inilah yang menjadi penghalang besar penyelesaian konflik di negeri-negeri Muslim tersebut. “Solusi permasalahan kaum muslimin hanya dapat diselesaikan dengan Khilafah dengan potensi ummat Muslim sebagai ummat terbesar,” tegasnya.
Zahidah Ummu Ja’far Anggota Muslimah HTI Kaltim sepakat dengan solusi yang disampaikan Juli bahwa perlu kekuatan secara politik dalam bentuk negara Khilafah untuk menyelesaikan secara tuntas semua konflik yang terjadi.
Zahidah menggambarkan contoh kepemimpinan al Mu’tashim yang mengirim pasukan untuk membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan. Sultan Abdul Hamid II bahkan mengancam melalui surat voltaire untuk tidak menayangkan teater yang menghina Rasulullah. Peristiwa tersebut adalah bukti kuatnya Khilafah bahkan dalam kondisi terlemahnya sekalipun.
“Solusi praktis untuk konflik yang sedang terjadi di negeri-negeri Muslim hari ini, pertama membuka jalur perbatasan, kedua mengirim misi penyelamatan, bukan sekedar menjemput, ketiga seharusnya memimpin Muslim memberikan tekanan politik dan yang terakhir militer yang hanya bisa diwujudkan dengan Khilafah,” urai Zahidah.
Dalam sesi diskusi yang dibuka, para peserta sangat antusias mengajukan berbagai pertanyaan kepada ketiga narasumber. Semoga lewat forum ini semakin menyadarkan umat untuk menyadari pentingnya perjuangan penegakan Khilafah sebagai solusi penyelesaian permasalahan yang menimpa umat Islam hari ini.[]