Oleh: Retno Esthi Utami (MHTI Kab. Kediri)
Gedung Putih telah merilis daftar prioritas 100 hari pertama Donald Trump menjadi Presiden AS. Prioritas di bidang kebijakan luar negeri dan militer, Trump komitmen untuk mengganyang kelompok ISIS dan kelompok teror lain serta membangun sistem rudal pertahanan canggih. Daftar prioritas 100 hari pertama kerja Trump itu muncul dalam website Gedung Putih. Di bidang kebijakan luar negeri, Trump mengutamakan kepentingan dan keamanan nasional AS. ”Mengalahkan ISIS dan kelompok-kelompok teror radikal lainnya akan menjadi prioritas tertinggi kami,” bunyi pernyataan kantor administrasi Trump.
Untuk mencapai hal ini, Gedung Putih akan mengejar strategi operasi militer bersama dengan koalisi yang telah dijalankan pemerintahan Barack Obama. Selain itu, AS akan memotong aliran dana untuk kelompok teroris, memperluas aksi berbagi data intelijen, dan aktif dalam cyberwarfare untuk mengganggu propaganda dan perekrutan oleh kelompok teroris. Trump akan terus membangun sistem rudal pertahanan canggih. Pemerintahan Trump juga ingin membangun kembali kapal Angkatan Laut AS dengan jumlah besar. Trump juga ingin melakukan perkrutan militer dan meningkatkan anggaran untuk belanja militer AS. http://international.sindonews.com/read/1172852/42/prioritas-100-hari-trump-ganyang-isis-hingga-bangun-sistem-rudal-canggih-1484940540)
Komentar
Terorisme adalah isu internasional. Isu ini muncul dari Amerika Serikat. AS saat ini mereka adalah penguasa dunia. Karena itu, wajar jika AS ingin berkuasa selamanya. Sehingga harus ada penjagaan ideologi agar tetap eksis di mata dunia sehingga upaya untuk mencegah kemunculan kekuatan lain yang dianggap membahayakan kekuasaan merupakan suatu keharusan. Isu terorisme sebenarnya lebih dikarenakan ketakutan Barat (AS) terhadap perkembangan politik Islam. Isu terorisme mulai gencar sesaat setelah terjadi Tragedi 11 Sepetember 2001. Peristiwanya membuka mata dunia bahwa teroris itu memang ada dan sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan serius. Yang menyebabkan setiap negara oleh AS diwajibkan mendukung opini tersebut serta mengadopsi UU terorisme.
Fenomena ISIS masih sangat hangat untuk dibahas. Barat dan sekutu masih terus saja mempergunakan alibi kelompok militan ISIS untuk memerangi negara-negara di Timur Tengah. Bahkan akibat fenomena ISIS terjadi monsterisasi simbol-simbol Islam yang disikapi berbeda-beda di tiap negara. Sebagaimana di Indonesia misalnya, dibentuk Densus 88 yang secara aktif terus memburu para terduga teroris ini. Tak tanggung-tanggung BNPT bekerja sistemis ke pesantren dan pemerintah daerah untuk membuat suatu konsensus menolak ISIS dan ideologinya.
Bagi orang-orang yang memiliki kesadaran iman dan politik, ISIS adalah batu loncatan untuk menghantam Islam dan ideologinya. Lebih tepatnya, mencitra burukkan Islam yang berujung Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam. Islam yang mulia ini coba dimatikan cahayanya dan dilarang penerapannya. Umat Islam yang tidak memiliki panduan dan saringan yang benar sesuai Islam, akhirnya men-generalisir dan memunculkan fitnah. Inilah bahaya terbesar bagi umat saat ini.
Hal yang patut disadari adalah kesadaran kembali kepada Islam dari kalangan umat mulai tumbuh. Umat sudah menyadari demokrasi dan liberalisme telah menghancurkan kehidupannya. Dan hanya dengan kembali kepada Islam secara kaffah dalam naungan sebuah negara, maka Islam akan kembali kepada kejayaannya. Sebagaimana masa-masa kegemilangan Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah selama hampir 1400 tahun. Dan kebangkitan umat ini tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, melainkan di seluruh penjuru dunia, dan hal inilah yang membuat Barat dan sekutunya ketakutan sehingga melakukan segala cara untuk membendung kebangkitan Islam.
Pemerintah AS yang didukung oleh medianya telah mengambil setiap kesempatan untuk membersihkan konsep Islam Politik yakni ‘Khilafah’ dan merusaknya dalam pikiran umat Islam dan non-Muslim. Setiap pembunuhan, insiden, kecelakaan dan pembantaian dianggap kesalahan ISIS, bahkan sebelum faktanya dapat diverifikasi. Para politisi AS telah berusaha keras untuk menciptakan histeria yang membuat ISIS adalah ancaman terbesar bagi umat manusia. Padahal kita sudah paham, Amerika, Inggris, Rusia, dan anggota koalisi jahat lainnya, yang merupakan teroris sejati. Merekalah yang melakukan pembantaian terhadap kaum muslim di Iraq, Afghanistan, Suriah.
Oleh karenanya, sangat penting umat Islam menyadari bahwa isu terorisme adalah alat yang digunakan oleh AS dan sekutunya untuk membungkam Islam. Sehingga kita harus terus menjalin persatuan dan kesatuan antar berbagai komponen umat Islam sehingga adanya isu terorisme tersebut tidak melemahkan kita, namun justru menguatkan kita menyampaikan kebenaran mengenai Islam. Dan terus istiqomah berjuang menegakkan syariat Islam dan menyatukan umat dalam khilafah melalui metode yang dicontohkan Nabi SAW, karena hanya dengan Khilafah Islam memiliki kekuatan politik untuk melindungi umatnya serta berjaya melawan dua ideologi lainnya. []