Bahas Krisis Ketahanan Keluarga, Muslimah HTI Sukoharjo Kunjungi Indonesia Islamic Busines Forum

HTI Press, Sukoharjo. Indonesia dalam krisis ketahanan keluarga. Angka perceraian bahkan gugat cerai semakin meroket tiap tahunnya. Hal ini menjadi keprihatinan negara maupun berbagai lembaga. Namun, sejauh ini belum menunjukkan hasil sesuai harapan. Sebagai bentuk kepedulian, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Sukoharjo mengadakan kunjungan ke IIBF (Indonesia Islamic Busines Forum) pada Jumat (20/1/17) siang hari di salah satu restoran di Solo.

Suasana acara

Delegasi Muslimah HTI diwakili Fitri Yulianti, A.Md, Tri Budiana, S.Pd., Tri Endah Nugraheni, S.Pd. dan Desi Lisnayanti, M.Pd. Kunjungan ini disambut hangat oleh pihak IIBF yang diwakili Nur Indah Istiqomah, S.Pd. (Ketua LF IIBF Muslimah), dan anggotanya Shanty serta Elisna.

Audiensi dibuka dengan perkenalan dari Muslimah HTI dan IIBF, dilanjutkan pemaparan materi oleh Ibu Fitri. Beliau mengungkapkan, faktor ekonomi sebagai salah satu penyebab perceraian. Tuntutan pemenuhan hidup, sedangkan nafkah suami yang minim dan lemahnya landasan keimanan sering memicu pertengkaran antara suami dan istri hingga berujung pada perceraian.

Kondisi ekonomi yang serba kecukupan pun tidak luput dari masalah ini. Perempuan bekerja mengejar karir sehingga pendapatannya melebihi suami membuat istri menjadi kurang hormat dengan kedudukan suami.

Sepakat dengan pemaparan dari Ibu Fitri, Ibu Shanty menyebut, Sukoharjo yang belum bisa dikategorikan kota besar saja sudah berdiri mega mall dan hotel. “Ini memicu gaya hidup materialistis di tengah masyarakat,” katanya.

Ibu Indah menegaskan bahwa upaya menanggulangi memang perlu dilakukan, dan harus ditambah upaya pencegahan dengan cara membentengi generasi muda agar tidak timbul kasus-kasus baru.

“Problem saat ini sangat multidimensional, sementara solusinya hanya dikembalikan pada bentengan keluarga. Sangat tidak adil bila penanganan hanya dibebankan pada keluarga, padahal gempuran media sekularisme tak terelakkan,” katanya.

Menurutnya, negara seharusnya berperan mengendalikan dan memanfaatkan media untuk melakukan edukasi pada umat karena negara merupakan soko gurunya ketahanan keluarga.

Sementara, lanjut Bu Indah, nuansa politik saat ini justru mendukung untuk anti agama, semakin menjauhkan pilar-pilar agama dari kehidupan maka perlu adanya dakwah kepada penguasa.

Ibu Tri Endah menambahkan bahwa muhasabah pada penguasa juga tak kalah penting, karena kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa justru kontradiktif dengan tujuan yang diharapkan. Butuh perjuangan luar biasa dari berbagai pihak agar kembali tatanan hidup yang islami. Karena Islam mampu menyelesaikan seluruh persoalan hingga ke akar-akarnya.

Pada akhir audiensi, pihak IIBF sepakat dengan perjuangan Muslimah HTI dan bersedia turut serta dalam mengembalikan Islam kaffah ke tengah-tengah kehidupan dalam naungan Khilafah.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*